Monday, July 23, 2018

Perbedaan Model Kooperatif dengan Kerja Kelompok

Ada lima unsur yang membedakan model kooperatif dengan kerja kelompok biasa seperti dikemukakan Roger dan Johnson (Lie, 2004:7) yaitu, ‘Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan yaitu saling ketergantungan, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok’.
a.  Saling Ketergantungan Positif
Guru menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif tersebut dapat dicapai melalui saling ketergantungan pencapaian tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, dan saling ketergantungan hadiah.
b. Tanggung Jawab Perseorangan
    Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Oleh karena itu, guru  harus membuat persiapan yang matang dan menyusun tugas secara logis dan sistematis sehingga setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan dengan baik. Siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas. Rekan-rekan satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lainnya sehingga anggota yang malas dalam bekerja akan terpacu oleh siswa yang rajin.

c.  Tatap Muka

   Dalam kooperatif, tatap muka perlu dilakukan agar para siswa dalam kelompok dapat melakukan dialog dengan sesama anggotanya dan tidak hanya dengan guru. Interaksi semacam ini memungkinkan para siswa dapat menjadi sumber belajar. Interaksi semacam ini sangat penting karena para siswa sering merasa lebih mudah belajar dari sesamanya daripada belajar dari guru. Interaksi tatap muka memungkinkan terciptanya sumber belajar yang bervariasi sehingga dapat mengoptimalkan pencapaian hasil belajar.
                     
d.  Komunikasi antar Anggota

Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok merupakan proses panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang andal dalam waktu sekejap sebab untuk terampil berbahasa dengan baik perlu dilakukan latihan yang terus menerus. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. Dengan demikian, guru perlu membekali siswa dengan keterampilan berbahasa dan memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar berkomunikasi agar pelaksanaan pembelajaran berjalan lancar.

e. Evaluasi Proses Kelompok

                        Kelompok belajar kooperatif lebih menekankan terwujudnya belajar kelompok. Meskipun demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok dan hasil penilaian dikomunikasikan oleh guru kepada kelompok. Dengan demikian, tiap anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang perlu mendapat bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya. Karena itu, tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata pengusaan semua anggota kelompok secara individual disebut dengan istilah akuntabilitas individual.
Dalam pembelajaran model ini kesepakatan bersama merupakan tujuan utama yang harus dicapai. Karena itu, semua anggota dalam kelompok itu harus bekerja sama sehingga hasilnya adalah kesuksesan bersama. Jadi, dalam model ini yang harus ditonjolkan adalah bagaimana menyamakan persepsi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka bentuk pengajaran kelompok bisa terjadi melalui kerja kelompok atau diskusi kelompok. Lie (2004: 48) mengatakan sebagai berikut.
“Niat siswa bisa dibina dengan beberapa kegiatan yang biasa membuat relasi masing-masing anggota kelompok lebih erat seperti kesamaan kelompok, identitas kelompok, dan sapaan serta sorak kelompok”.

Banyak manfaat yang dapat diambil dari model pembelajaran dengan berkelompok. Dengan pembelajaran model ini, siswa saling berinteraksi satu sama lain, tenggang rasa, menjunjung tinggi sikap saling menghargai dan menghormati antar sesama, dan dapat saling mengoreksi kesalahan dan saling menumbuhkan minat. 

No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive