a. Saling Ketergantungan Positif
Guru menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk saling membutuhkan.
Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud saling ketergantungan
positif. Saling ketergantungan positif tersebut dapat dicapai melalui saling
ketergantungan pencapaian tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas,
saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, dan
saling ketergantungan hadiah.
b. Tanggung
Jawab Perseorangan
Jika
tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif,
setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Oleh
karena itu, guru harus membuat persiapan
yang matang dan menyusun tugas secara logis dan sistematis sehingga setiap
anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas
selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan dengan baik. Siswa yang tidak
melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas. Rekan-rekan satu kelompok
akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lainnya
sehingga anggota yang malas dalam bekerja akan terpacu oleh siswa yang rajin.
c. Tatap Muka
Dalam kooperatif, tatap muka
perlu dilakukan agar para siswa dalam kelompok dapat melakukan dialog dengan
sesama anggotanya dan tidak hanya dengan guru. Interaksi semacam ini
memungkinkan para siswa dapat menjadi sumber belajar. Interaksi semacam ini
sangat penting karena para siswa sering merasa lebih mudah belajar dari
sesamanya daripada belajar dari guru. Interaksi tatap muka memungkinkan
terciptanya sumber belajar yang bervariasi sehingga dapat mengoptimalkan
pencapaian hasil belajar.
d. Komunikasi antar Anggota
Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok merupakan
proses panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator
yang andal dalam waktu sekejap sebab untuk terampil berbahasa dengan baik perlu
dilakukan latihan yang terus menerus. Namun, proses ini merupakan proses yang
sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan
pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. Dengan demikian, guru
perlu membekali siswa dengan keterampilan berbahasa dan memberikan motivasi
kepada siswa untuk belajar berkomunikasi agar pelaksanaan pembelajaran berjalan
lancar.
e. Evaluasi Proses Kelompok
Kelompok belajar kooperatif lebih menekankan
terwujudnya belajar kelompok. Meskipun demikian, penilaian ditujukan untuk
mengetahui penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok dan hasil
penilaian dikomunikasikan oleh guru kepada kelompok. Dengan demikian, tiap
anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang perlu mendapat bantuan.
Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya. Karena
itu, tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok.
Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata pengusaan semua anggota
kelompok secara individual disebut dengan istilah akuntabilitas individual.
Dalam pembelajaran model ini kesepakatan bersama merupakan tujuan utama
yang harus dicapai. Karena itu, semua anggota dalam kelompok itu harus bekerja
sama sehingga hasilnya adalah kesuksesan bersama. Jadi, dalam model ini yang
harus ditonjolkan adalah bagaimana menyamakan persepsi untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka bentuk pengajaran
kelompok bisa terjadi melalui kerja kelompok atau diskusi kelompok. Lie (2004:
48) mengatakan sebagai berikut.
“Niat siswa bisa dibina dengan
beberapa kegiatan yang biasa membuat relasi masing-masing anggota kelompok
lebih erat seperti kesamaan kelompok, identitas kelompok, dan sapaan serta
sorak kelompok”.
No comments:
Post a Comment