Senam lantai atau senam ketangkasan
merupakan bagian integral dari cabang olahraga senam secara keseluruhan, yang
biasa dilakukan dan dilombakan oleh anak-anak dan orang dewasa yang terlatih.
Untuk dapat melakukan senam ketangkasan atau senam lantai diperlukan
keterampilan gerak tinggi, koordinasi gerakan yang matang, keberanian, percaya
diri yang tinggi, keuletan, ketangkasan dan kekuatan, maka dari itu untuk
melakukan senam lantai atau senam ketangkasan dilakukan latihan yang terencana
dan sistimatis untuk dapat mencapai tujuan dari pembelajaran khususnya serta
dapat menghasilkan atlet-atlet senam yang handal umumnya. Menurut asal katanya
senam itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu ”Gymnos” serta ”Gymnastique”
dari bahasa Perancis, Gymnos sendiri menurut arti katanya adalah ”telanjang”.
Menurut sejarahnya senam pada jaman dulunya memang dilakukan dengan telanjang
dan wanita tidak diperbolehkan melihat, senam dilakukan dengan telanjang ini
dimaksudkan untuk mendapatkan gerakan-gerakan yang maksimal tanpa ada pakaian
yang mengganggu.
Senam lantai atau senam
ketangkasan merupakan aktivitas jasmani
yang efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Gerakan-gerakan senam lantai sangat sesuai untuk mengisi program pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan. Gerakannya merangsang perkembangan komponen
kebugaran jasmani, seperti kekuatan dan daya otot, kelenturan juga keseimbangan
dari seluruh bagian tubuh. Disamping itu senam juga berpotensi mengembangkan
keteraturan gerak dasar, sebagai landasan penting bagi penguasaan keterampilan
tertentu suatu cabang olahraga.
Konsep dasar senam lantai atau senam
ketangkasan adalah suatu bentuk gerakan-gerakan tubuh yang direncanakan dan
disusun secara teratur dengan tujuan untuk memperbaiki sikap dan bentuk badan,
membina dan meningkatkan kesegaran jasmani, serta membentuk dan mengembangkan
keterampilan serta kepribadian yang selaras. Dalam memahami definisi dan arti
senam, kesulitan lainnya timbul manakala kita ingin membagi senam ke dalam
jenis-jenisnya. Untuk lebih memudahkan penjenisan senam, alangkah baiknya kita
ikuti pengelompokan senam yang dibuat oleh FIG (Federation International de
Gymnestique) yang di Indonesiakan menjadi Federasi Senam Internasional.
Menurut FIG, senam dibagi menjadi 6
kelompok yaitu:
1. Senam
artistik (artistic gymsnastics)
2. Senam
ritmik sport(sportive rytmic gymnastics)
3. Senam aerobic sport (sport aerobic)
4. Senam akrobotik (acrobatic gymbastics)
5. Senam trampolin (trampolinning)
6. Senam umum (general gymnastics)
|
Disiplin/nomor
pada cabang olahraga senam yang sudah ada kepengurusannya di Indonesia terdiri
atas:
1. Artistik putra
2. Artistik
putri
3. Rithmic
4. Sport
aerobic
5. General
Gymnatics (non kompetensi)
Peralatan tiap disiplin:
1. Artistik
putra
a. matras
b. kuda-kuda pelana (pomel horse)
c. gelang-gelang (still ring)
d. meja lompat
(vauting table)
e. Palang sejajar (paralel bars)
f. Palang tunggal (singgle bars)
2. Artistik
Putri
a. Meja lompat (vouting table)
b. Palang bertingkat (uneven Paralel bars)
c. Balok keseimbangan (balance beam)
d. Matras
3. Ritmik
a. Hoopes (simpai)
b. Bola
c. Galah
d. Pita
e. Matras
f. Musik
4. Sport
Aerobic
a. Panggung (Stage)
b. Musik
5. General
Gymnastic
a. Musik tanpa alat secara masal
b. Musik dengan alat secara masal
Senam
dapat dibedakan dari olahraga yang lainnya oleh seperangkat pola
gerak
dominannya yang unik. Kesemua
pola gerak dominannya itu adalah
1.
Pendaratan.(landing)
2.
Posisi Statis (static position)
3.
Gerak berpindah tempat (lokomotor)
4.
Ayunan (swings)
5.
Putaran (rotation)
6.
Tolakan (spring)
7.
Layangan dan ketinggian (flight and height)
Dalam praktek pelaksanaan di lapangan
aspek senam ini tidak dapat dilaksanakan dengan maksimal, ada beberapa faktor
yang menyebabkannya antara lain faktor sarana, misalnya tidak tersedianya
matras atau lokasi yang nyaman untuk pembelajaran, kondisi daerah, karena ada
daerah yang masih menganggap bahwa Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
khususnya aspek Senam masih sangat tabu atau tidak etis untuk dilakukan, selain
itu ternyata dalam praktek dilapangan masih banyak guru yang tidak
melaksanankan aspek ini dengan alasan yang bermacam-macam, misalnya
ketidakmampuan guru dalam hal ini seorang guru tidak ada kompetensi dalam
memberikan materi ini, selain itu faktor siswa juga menjadi alasan seorang Guru
pendidikan Jasmani tidak adanya motivasi, karena takut dan lain-lain .
Guru Pendidkan Jasmani dituntut untuk
bisa berkreasi dan kreatif untuk menyiasati dan mencari solusi dalam rangka
praktek dilapangan, sehinga kendala-kendala seperti diatas bisa diatasi, karena
tidak semua pokok bahasan dalam aspek Senam harus dilakukan dengan mengunakan
media matras, misalnya bisa dilakukan di lapangan rumput, ataupun memodifikasi
alat untuk dipakai dalam proses pembelajaran. Selain bisa berkreasi dan kreatif
tentunya faktor kompetensi seorang Guru Pendidikan Jasmani juga sangat penting
untuk ditingkatkan.
No comments:
Post a Comment