Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan motorik halus anak usia dini yaitu usia dan jenis
kelamin. Kemampuan seorang anak untuk melakukan gerak motorik tertentu tak akan
sama dengan anak lain walaupun usia mereka sama. Misalnya, Ani seorang anak
berusia 4 tahun, sudah dapat membuka baju sendiri, sedangkan Dede yang juga
berusia 4 tahun masih memerlukan bantuan untuk melepas bajunya jika ia akan
mandi atau Adi seorang anak berusia 5 tahun masih belum dapat menangkap bola
yang dilemparkan padanya, padahal Anto teman sebayanya sudah sangat terampil
melakukan kegiatan lempar dan tangkap bola bersama teman-temannya. Keadaan
tersebut menunjukkan ada anak-anak yang masih kurang menguasai gerakan motorik
halus atau kasarnya. (Sumantri, 2005 : 143).
Perbedaan jenis kelamin
juga berpengaruh pada perkembangan motorik anak TK. Anak perempuan lebih sering
melatih ketrampilan yang membutuhkan keseimbangan tubuh, seperti permainan
melompati tali (skipping), atau melompat-lompat dengan bola besar (hoping).
Sedangkan anak laki-laki lebih senang melatih ketrampilan melempar, menangkap dan
menendang bola atau berperilaku yang mementingkan kecepatan dan kekuatan. Anak
laki-laki juga lebih senang berpartisipasi pada kegiatan yang melatih
ketrampilan motorik kasar, sedangkan anak perempuan lebih suka pada ketrampilan
motorik halus. Ada beberapa kegiatan yang dapat mengembangkan gerakan motorik
anak, misalnya aktivitas berjalan di atas papan, olahraga (melompat tali,
renang, sepak bola, bulu tangkis, senam, bersepeda), menari atau bermain drama.
Kegiatan-kegiatan tersebut selain menyenangkan untuk anak-anak juga dapat
melatih rasa percaya diri anak.
Selain perkembangan motorik kasar yang meningkat, perkembangan motorik
halus juga meningkat. Pada usia ini koordinasi mata, tangan anak semakin baik.
Anak sudah dapat menggunakan kemampuan untuk melatih diri dengan bantuan orang
dewasa. Anak dapat menyikat gigi, menyisir, mengancingkan baju, membuka dan
memakai sepatu, melipat, meronce, dan lain-lain. Kelenturan tangannya juga
semakin baik. Anak dapat menggunakan tangannya untuk berkreasi. Faktor-faktor
pendukung dalam meningkatkan perkembangan motorik kasar maupun motorik halus antara
lain adalah mainan atau lingkungan yang memungkinkan anak untuk melatih keterampilan
motoriknya (Izzaty, 2005 : 55).
Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola
gerakan yang dapat dilakukan anak. Misalnya dalam kemampuan motorik kasar anak
belajar menggerakan seluruh atau sebagian besar anggota tubuh, sedangkan dalam
mempelajari keterampilan motorik halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan
dan mata. Anak juga belajar menggerakan pergelangan tangan agar lentur dan anak
belajar berkreasi dan berimajinasi.
Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi,
seperti menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas, tapi
tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang
sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan
fisik serta kematangan mental.
Keterampilan motorik halus
sangat penting karena berpengaruh pada segi pembelajaran lainnya. Keadaan ini
sesuai dengan penelitian Tedjasaputra (2001:46) bahwa motorik
halus penting karena ini nantinya akan dibutuhkan anak dari segi akademis.
Kegiatan akademis tersebut seperti menulis, menggunting, menjiplak, mewarnai,
melipat, menarik garis dan menggambar. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock
(1999:45) bahwa penguasaan motorik
halus penting bagi anak, karena seiring makin banyak keterampilan motorik yang dimiliki semakin baik
pula penyesuaian sosial yang dapat dilakukan anak serta semakin baik prestasi
di sekolah.
Motorik halus adalah gerakan
yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang
dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan otot-otot
kecil atau halus, gerakan lebih menuntut koordinasi mata dan tangan serta
kemampuan pengendalian gerak yang baik, yang memungkinkan melakukan ketepatan
dan kecermatan dalam gerakan-gerakan.
Senada dengan pengertian
tersebut, Sujiono (2009:113)
mengatakan bahwa: “Keterampilan motorik halus adalah keterampilan yang
gerakannya hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan
oleh otot-otot kecil. Seperti keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan
gerakan pergelangan tangan yang tepat.”
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
gerakan motorik halus anak tidak terlalu membutuhkan tenaga yang kuat, namun
lebih terpaku pada koordinasi mata dan tangan yang lebih cermat. Hal tersebut,
memungkinkan anak untuk dapat mengurus dirinya sendiri misalnya menyisir
rambut, menggosok gigi, mengancingkan baju dan lain-lain.
No comments:
Post a Comment