Mengajar merupakan upaya yang
dilakukan oleh guru untuk membantu
siswa belajar. Dalam proses pembelajaran, siswalah
yang menjadi subyek, dialah
pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai
pelaku kegiatan belajar, maka guru hendaknya merencanakan pembelajaran yang
menuntut siswa banyak
melakukan aktivitas belajar sendiri atau mandiri. Hal
ini bukan berarti membebani
siswa dengan banyak tugas, aktivitas atau
paksaan-paksaan. Tetapi siswa belajar
mandiri dengan materi-materi yang telah diberikan
agar siswa lebih berminat dalam belajar dan berkembang pikiranya dengan tujuan
ilmu yang didapat secara
mandiri bermanfaat bagi masa depanya. Dalam
pelaksanaanya kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa bukan berarti guru
tidak begitu banyak
melakukan aktivitas, tetapi guru selalu member
petunjuk tentang apa yang harus
dilakukan siswa, mengarahkan, menguasai, dan
mengadakan evaluasi (Ibrahim &
Nana, 2003:27). Dengan demikian dalam suatu proses
pembelajaran siswa yang
harus aktif, fungsi guru hanya sebatas membantu,
sehingga proses kemandirian
belajar dapat tercapai.
Aktivitas merupakan prinsip atau
asas yang sangat penting dalam interaksi pembelajaran sebab pada prinsipnya
belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar kalau
tidak ada aktivitas. Dalam kegiatan belajar, subyek didik atau siswa harus
aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya
aktivitas (Sardiman, 2003:95). Dalam proses
kemandirian belajar siswa diperlukan aktivitas, siswa
bukan hanya jadi obyek tapi
subyek didik dan harus aktif agar proses kemandirian
dapat tercapai.
Hamalik (2005:175) juga
menjelaskan nilai aktivitas dalam pembelajaran,
yaitu :
a.
Para siswa mencari pengalaman sendiri dan
langsung mengalami sendiri.
b.
Beraktivitas sendiri akan mengembangkan seluruh
aspek pribadi siswa secara integral.
c.
Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan
siswa.
d.
Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan
sendiri.
e.
Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana
belajar menjadi demokratis.
f.
Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan
hubungan orang tua dengan guru.
g.
Pembelajaran dilaksanankan secara konkret
sehingga mengembangkan pemahaman berfikir kritis serta menghindari verbalitas.
h.
Pembelajaran di sekolah menjadi hidup
sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.
Aktivitas pembelajaran kemandirian
agar dapat berhasil memerlukan keaktifan siswa dalam beraktivitas baik secara
personal maupun secara kelompok. Selain itu juga dibutuhkan kedisiplinan,
pemahaman berfikir kritis, minat dan kemampuan sendiri. Dalam beraktivitas
pembelajaran juga memerlukan hubungan erat antara sekolah dengan masyarakat,
orang tua dengan guru.
Diedrich (dalam Sardiman, 2007 :
101) menyebutkan jenis-jenis aktivitas
dalam belajar, yang dapat digolongkan sebagai berikut
:
a. Visual
activities, yang termasuk di dalamnya memperhatikan gambar, melakukan
percobaan, menanggapi pekerjaan orang lain.
b. Oral
activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
c. Listening
activities, sebagai contoh : mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi, musik,
pidato.
d. Writing
activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
e. Drawing
activities, misalnya : menggambar, membuat peta, diagaram, grafik.
f. Motor
activities, yang termasuk didalamnya antara lain : melakukan percobaan, membuat
kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak
g. Mental
activities, sebagai contoh misalnya : menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, membuat hubungan, mengambil keputusan.
h. Emotional
activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat,
bergairah, berani, tenang, gugup.
Jenis aktivitas belajar sangat
mendukung dalam hal keterlaksanaan suatu proses pembelajaran mandiri.
Pembelajaran kemandirian membutuhkan suatu keaktifan siswa seperti mengerjakan
tugas, menanggapi pekerjaan teman, mendengarkan penjelasan, melakukan
percobaan.
No comments:
Post a Comment