Analisis
Isi (Content Anlysis).
Pengertian teknik
analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan
mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa.
Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol
coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi
interpretasi.Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk
komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua
bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat
menggunakan analisis isi sebagai teknik/metode penelitian.
Analisis isi dapat
digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita
radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir
semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik/metode
penelitian. Holsti menunjukkan tiga bidang yang banyak mempergunakan analisis
isi, yang besarnya hampir 75% dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian
sosioantropologis (27,7 persen), komunikasi umum (25,9%), dan ilmu politik
(21,5%).
Sejalan dengan
kemajuan teknologi, selain secara manual kini telah tersedia komputer untuk
mempermudah proses penelitian analisis isi, yang dapat terdiri atas 2 macam,
yaitu perhitungan kata-kata, dan “kamus” yang dapat ditandai yang sering
disebut General Inquirer Program.
Analisis isi tidak
dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat
dipergunakan jika memiliki syarat berikut.
1. Data yang tersedia
sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar,
pita rekaman, naskah/manuscript).
2. Ada keterangan
pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai
metode pendekatan terhadap data tersebut.
3. Peneliti memiliki
kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan/data-data yang dikumpulkannya
karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik.
Beberapa
pembedaan antara analisis isi dengan metode penelitian yang lain[6]:
1. Analisis isi adalah
sebuah metode yang tak mencolok (unobtrusive). Pemanggilan kembali informasi,
pembuatan model (modelling), pemanfaatan catatan statistik, dan dalam kadar
tertentu, etno-metodologi, punya andil dalam teknik penelitian yang non-reaktif
atau tak mencolok ini.
2. Analisis isi
menerima bahan yang tidak terstruktur karena lebih leluasa memanfaatkan bahan
tersebut dan ada sedikit kebebasan untuk mengolahnya dengan memanggil beberapa
informasi.
3. Analisis isi peka konteks
sehingga dapat memproses bentuk-bentuk simbolik.
4. Analisis isi dapat
menghadapi sejumlah besar data.
Metode Content
Analysis merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi. Dalam
hal ini, content analysis mencakup: klasifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam
komunikasi, menggunakan kriteria sebagai dasar klasifikasi, dan menggunakan
teknik analisis tertentu sebagai pembuat prediksi[7]. Deskripsi yang diberikan
para ahli sejak Janis (1949), Berelson (1952) sampai Lindzey dan Aronson (1968)
yang dikutip Albert Widjaya dalam desertasinya (1982) tentang Content Analysis
menampilkan tiga syarat, yaitu: objektivitas, dengan menggunakan prosedur serta
aturan ilmiah; generalitas, dari setiap penemuan studi mempunyai relevansi
teoritis tertentu; dan sistematis, seluruh proses penelitian sistematis dalam
kategorisasi data[8].
Kelebihan Analisis
Isi[9]:
a. Tidak dipakainya
manusia sebagai objek penelitian sehingga analisis isi biasanya bersifat
non-reaktif karena tidak ada orang yang diwawancarai, diminta mengisi kuesioner
ataupun yang diminta datang ke laboratorium.
b. Biaya yang
dikeluarkan lebih murah dibandingkan dengan metode penelitian yang lain dan
sumber data mudah diperoleh (misal di perpustakaan umum).
c. Analisis isi dapat
digunakan ketika penelitian survey tidak dapat dilakukan.
Kekurangan Analisis
Isi[10]:
a. Kesulitan
menentukan sumber data yang memuat pesan-pesan yang relevan dengan permasalahan
penelitian.
b. Analisis isi tidak
dapat dipakai untuk menguji hubungan antar variabel, tidak dapat melihat sebab
akibat hanya dapat menerima kecenderungan (harus dikombinasikan dengan metode
penelitian lain jika ingin menunjukkan hubungan sebab akibat).
Desain Analisis Isi
Setidaknya dapat
diidentifikasi tiga jenis penelitian komunikasi yang menggunakan analisis isi.
Ketiganya dapat dijelaskan dengan teori 5 unsur komunikasi yang dibuat oleh
Harold D. Lasswell, yaitu who, says what, to whom, in what channel, with what
effect. Ketiga jenis penelitian tersebut dapat memuat satu atau lebih unsur
“pertanyaan teoretik” Lasswell tersebut.
Pertama, bersifat
deskriptif, yaitu deskripsi isi-isi komunikasi. Dalam praktiknya, hal ini mudah
dilakukan dengan cara melakukan perbandingan. Perbandingan tersebut dapat
meliputi hal-hal berikut ini.
1. Perbandingan pesan
(message) dokumen yang sama pada waktu yang berbeda. Dalam hal ini analisis
dapat membuat kesimpulan mengenai kecenderungan isi komunikasi.
2. Perbandingan pesan
(message) dari sumber yang sama/tunggal dalam situasi-situasi yang berbeda.
Dalam hal ini, studi tentang pengaruh situasi terhadap isi komunikasi.
3. Perbandingan pesan
(message) dari sumber yang sama terhadap penerima yang berbeda. Dalam hal ini,
studi tentang pengaruh ciri-ciri audience terhadap isi dan gaya komunikasi.
4. Analisis
antar-message, yaitu perbandingan isi komunikasi pada waktu, situasi atau
audience yang berbeda. Dalam hal ini, studi tentang hubungan dua variabel dalam
satu atau sekumpulan dokumen (sering disebut kontingensi (contingency).
5. Pengujian hipotesis
mengenai perbandingan message dari dua sumber yang berbeda, yaitu perbedaan
antarkomunikator. Kedua, penelitian mengenai penyebab message yang berupa
pengaruh dua message yang dihasilkan dua sumber (A dan B) terhadap variabel
perilaku sehingga menimbulkan nilai, sikap, motif, dan masalah pada sumber B.
Ketiga, penelitian
mengenai efek message A terhadap penerima B. Pertanyaan yang diajukan adalah
apakah efek atau akibat dari proses komunikasi yang telah berlangsung terhadap
penerima (with what effect)?
Tahapan Proses
Penelitian Analisis Isi
Terdapat tiga langkah
strategis penelitian analisis isi.
Pertama, penetapan
desain atau model penelitian. Di sini ditetapkan berapa media, analisis
perbandingan atau korelasi, objeknya banyak atau sedikit dan sebagainya.
Kedua, pencarian data
pokok atau data primer, yaitu teks itu sendiri. Sebagai analisis isi maka teks
merupakan objek yang pokok bahkan terpokok. Pencarian dapat dilakukan dengan
menggunakan lembar formulir pengamatan tertentu yang sengaja dibuat untuk
keperluan pencarian data tersebut.
Ketiga, pencarian
pengetahuan kontekstual agar penelitian yang dilakukan tidak berada di ruang
hampa, tetapi terlihat kait-mengait dengan faktor-faktor lain.
METODE ANALISIS ISI
Dasar-dasar Rancangan
Penelitian Analisis Isi
Prosedur dasar
pembuatan rancangan penelitian dan pelaksanaan studi analisis isi terdiri atas
6 tahapan langkah, yaitu (1) merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesisnya,
(2) melakukan sampling terhadap sumber-sumber data yang telah dipilih, (3)
pembuatan kategori yang dipergunakan dalam analisis, (4) pendataan suatu sampel
dokumen yang telah dipilih dan melakukan pengkodean, (5) pembuatan skala dan
item berdasarkan kriteria tertentu untuk pengumpulan data, dan (6)
interpretasi/ penafsiran data yang diperoleh.
Urutan langkah
tersebut harus tertib, tidak boleh dilompati atau dibalik. Langkah sebelumnya
merupakan prasyarat untuk menentukan langkah berikutnya. Permulaan penelitian
itu adalah adanya rumusan masalah atau pertanyaan penelitian yang dinyatakan
secara jelas, eksplisit, dan mengarah, serta dapat diukur dan untuk dijawab
dengan usaha penelitian.
Pada perumusan
hipotesis, dugaan sementara yang akan dijawab melalui penelitian, peneliti
dapat memilih hipotesis nol, hipotesis penelitian atau hipotesis statistik.
Penarikan sampel
dilakukan melalui pertimbangan tertentu, disesuaikan dengan rumusan masalah dan
kemampuan peneliti.Pembuatan alat ukur atau kategori yang akan digunakan untuk
analisis didasarkan pada rumusan masalah atau pertanyaan penelitian, dan acuan
tertentu. Misalnya, kategori tinggi-sedang-rendah, dengan indikator-indikator
yang bersifat terukur.Kemudian, pengumpulan atau coding data, dilakukan dengan
menggunakan lembar pengkodean (coding sheet) yang sudah dipersiapkan. Setelah
semua data diproses, kemudian diinterpretasikan maknanya.
Teknik Pembuatan Skala
pada Analisis Isi
Telah dijelaskan dua
macam teknik penskalaan (scaling) yang bertujuan khusus untuk mengukur
intensitas. Pertama, metode Q-Sort, menyediakan suatu cara penskalaan universe
pernyataan-pernyataan mengenai variabel tertentu. Skala Q-Sort mempergunakan
distribusi skala 9 titik. Pada lajur pertama, (Y) berisi 9 point nilai, yang
menunjukkan tingkat terendah (1) sampai tingkat tertinggi (9), dan lajur kedua
(X) yang menunjukkan persentase pernyataan dalam tiap kategori. Untuk
menentukan item-item masuk pada kategori tertentu pada skala yang telah
tersedia, dipakai orang-orang yang dianggap sebagai juri penilai. Dalam hal ini
perlu ditetapkan keterandalan (reliabilitas) alat ukur, dan kesahihan
(validitas) pengukuran.
Kedua, metode skala
perbandingan pasangan (pair comparison scaling), yaitu teknik menentukan skala
relatif item-item yang tidak melibatkan distribusi nyata. Penggunaan metode ini
adalah untuk mengetahui pernyataan-pernyataan yang paling intens di antara
pasangan-pasangan yang mungkin. Keseluruhan metode ini akan menghasilkan suatu
skala relatif antaritem.
Reliabilitas dan
Validitas
Masalah reliabilitas
(keterandalan) dan validitas pengukuran (kesahihan) merupakan 2 hal pokok dalam
penelitian yang tidak boleh ditinggalkan. Reliabilitas didefinisikan sebagai
keterandalan alat ukur yang dipakai dalam suatu penelitian. Apakah kita
benar-benar dapat mengukur dengan tepat sesuai dengan alat atau instrumen yang
dimiliki.
Dikenal beberapa jenis
reliabilitas, yaitu berikut ini.
1. Intercoder dan
intracoder, yaitu pemberian kode dari luar dan dari dalam.
2. Pretest, yaitu
pengujian atau pengukuran perbedaan nilai antara juri-juri pemberi nilai.
3. Reliabilitas
kategori, yaitu derajat kemampuan pengulangan penempatan data dalam berbagi
kategori.
Validitas adalah
kesahihan pengukuran atau penilaian dalam penelitian. Dalam analisis isi,
validitas dilakukan dengan berbagai cara atau metode sebagai berikut.
1. Pengukuran
produktivitas (productivity), yaitu derajat di mana suatu studi menunjukkan
indikator yang tepat yang berhubungan dengan variabel.
2. Predictive
validity, yaitu derajat kemampuan pengukuran dengan peristiwa yang akan datang.
3. Construct validity,
yaitu derajat kesesuaian teori dan konsep yang dipakai dengan alat pengukuran
yang dipakai dalam penelitian tersebut.
ANALISIS ISI
KUALITATIF
Analisis Wacana
Analisis wacana adalah
analisis isi yang lebih bersifat kualitatif dan dapat menjadi salah satu
alternatif untuk melengkapi dan menutupi kelemahan dari analisis isi
kuantitatif yang selama ini banyak digunakan oleh para peneliti. Jika pada
analisis kuantitatif, pertanyaan lebih ditekankan untuk menjawab “apa” (what)
dari pesan atau teks komunikasi, pada analisis wacana lebih difokuskan untuk
melihat pada “bagaimana” (how), yaitu bagaimana isi teks berita dan juga
bagaimana pesan itu disampaikan.
Beberapa perbedaan
mendasar antara analisis wacana dengan analisis isi yang bersifat kuantitatif
adalah sebagai berikut.
Analisis wacana lebih
bersifat kualitatif daripada yang umum dilakukan dalam analisis isi kuantitatif
karena analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks daripada
penjumlahan unit kategori, seperti dalam analisis isi. Analisis isi kuantitatif
digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat manifest (nyata),
sedangkan analisis wacana justru memfokuskan pada pesan yang bersifat latent
(tersembunyi).Analisis isi kuantitatif hanya dapat mempertimbangkan “apa yang
dikatakan” (what), tetapi tidak dapat menyelidiki bagaimana ia dikatakan
(how).Analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi, sedangkan
analisis isi kuantitatif memang diarahkan untuk membuat generalisasi.
Model analisis wacana
yang diperkenalkan oleh van Dijk sering kali disebut sebagai “kognisi sosial”,
yaitu suatu pendekatan yang diadopsi dari bidang psikologi sosial. Menurut van
Dijk, ada 3 dimensi yang membentuk suatu wacana sehingga analisis yang
dilakukan terhadap suatu wacana harus meliputi ketiga dimensi tersebut, yaitu
teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
Analisis Semiotik
(Semiotic Analysis)
Pengertian semiotika
secara terminologis adalah ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek,
peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Menurut Eco, semiotik
sebagai “ilmu tanda” (sign) dan segala yang berhubungan dengannya cara
berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya
oleh mereka yang mempergunakannya.
Menurut Eco, ada
sembilan belas bidang yang bisa dipertimbangkan sebagai bahan kajian untuk
semiotik, yaitu semiotik binatang, semiotik tanda-tanda bauan, komunikasi
rabaan, kode-kode cecapan, paralinguistik, semiotik medis, kinesik dan
proksemik, kode-kode musik, bahasa yang diformalkan, bahasa tertulis, alfabet
tak dikenal, kode rahasia, bahasa alam, komunikasi visual, sistem objek, dan
sebagainya. Semiotika di bidang komunikasi pun juga tidak terbatas, misalnya
saja bisa mengambil objek penelitian, seperti pemberitaan di media massa,
komunikasi periklanan, tanda-tanda nonverbal, film, komik kartun, dan sastra
sampai kepada musik.
Analisis Framing
Analisis Framing
adalah bagian dari analisis isi yang melakukan penilaian tentang wacana
persaingan antarkelompok yang muncul atau tampak di media. Dikenal konsep
bingkai, yaitu gagasan sentral yang terorganisasi, dan dapat dianalisis melalui
dua turunannya, yaitu simbol berupa framing device dan reasoning device.
Framing device menunjuk pada penyebutan istilah tertentu yang menunjukkan
“julukan” pada satu wacana, sedangkan reasoning device menunjuk pada analisis
sebab-akibat. Di dalamnya terdapat beberapa ‘turunan’, yaitu metafora,
perumpamaan atau pengandaian.
No comments:
Post a Comment