Dekripsi
museum panyawangan adalah memiliki 9 ruangan.
Ruang
pertama terdapat foto silisilah bupati yang kesatu hingga sekarang yang
menjabat
Purwakarta
lahir pada tanggal 20 Juli 1831 , lalu setelah ruang pertama di ruang ke dua
ada sebuah poster besar Jepang , foto – foto Purwakarta jaman dahulu Gedung
Kembar dulu masih satu komplek dengan
Stasiun purwakarta dan pada jaman dulu
juga Situbuled tempat pemmandian badak dan sekarang jadi tempat air macur
Sribaduga karena pemerintahan Belanda jadi diubah.
Di
ruang 3 bertema Purwakarta Masa Kemerdekaan dan Pasal Kemerdekaan 1945 -1959 Regasdengklok
disana terdapat garuda besar yang melambangkan Bhineka Tunggal Ika, dan juga
pasal-pasal Drs.Mohammad Hatta, proklamator Ir.Soekarno dan juga panjahit
bendera Indonesia
Daftar
Bupati Purwakarta dari masakemasa yaitu
·
RH Sunariyo Roggowalyo
menjabat dari tahun 1968 sampai
dengan 1969
·
Rh Muchtar menjabat
dati tahun 19691 sampai dengan 1979
·
RHA Abubakar mejabat
dari tahun 1979 sampai dengan 1980
·
Mukdas Dasuki menjabat
dari tahun 1980 sampai dengan1982
·
RHA Abubakar menjabat
dari tahun 1982 sampai dengan 1983
·
Soedarna TM menjabat
dari tahun 1983 sampai dengan 1993
·
Bunyamin Dudih menjabat
dari tahun 1993 sampai dengan 2003
·
Tubagus Lily Hambali
Hasan menjabat dari tahun 2003 sampai dengan 2008
·
Dedi Mulyadi menjabat dari
tahun 2008 sampai dengan 2018
·
M.Taufiq Budi Santoso
{[PJ.} menjabat dari tahun 2018 sampai dengan 2018
·
Anne Ratna Mustika
menjabat dari tahun 2018 sampai dengan 2018
Ada ruangan sejarah
kerajaan Sunda,Indonesia.Museum yang diresmikan pada 21 Februari 2014 menyimpan
sembilan kisah besar pada sembilan ruangan museum yang meliputi:
v Bale
Prabu Maharaja Linggabuana,menyajikan sejarah Tatar Sunda.
v Bale
Prabu Niskala Wastukancana, merupakan hal of fame yang menampilkan sosok para
pemimpin Purwakarta.
v Bale
Prabu Dewaniskala, menggambarkan Purwakarta pada masa pengaruh Mataram, VOC dan
Hindia Belanda dalam rentang waktu tahun 1620 sampai dengan 1799.
v Bale
Prabu Jayaningrat, menyajikan keadaan Purwakarta pada masa pergerakan nasional
dan masa pendudukan Jepang;
v Bale
Prabu Ratudewata, kmenyajikan keadaan Purwakarta pada masa kemerdekaan dan
pasca kemerdekaan tahun 1945-1950, dimulai dengan peristiwa Rengasdengklok, dan
pada jaman demokrasi liberal tahun 1950-1959;
v Bale
Prabu Nilakendra, menampilkan Purwakarta pada masa demokrasi terpimpin tahun
1950-1967;
v Bale
Prabu Surawisesa, menyajikan Purwakarta pada masa pemerintahan 1968-1998 serta arus reformasi 1998 hingga sekarang;
v Bale
Ki Pamanah Rasa, menggambarkan “Digjaya Purwakarta Istimewa” 2008-2018.
terseliplah sebuah kisah dari suatu
keluarga yang tetap menjaga api semangat dedikasi 72 tahun silam. emua
bermula di mana Bung Karno dan Bung Hatta dibawa oleh para golongan muda dari
Jakarta menuju Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945—sehari sebelum hari
proklamasi. Sesampainya di sana, kedua tokoh besar tersebut ditempatkan lebih
dahulu di markas Pembela Tanah Air (PETA).
Selain itu juga karena alasan
keamanan agar tidak terendus oleh tentara Jepang dan ditambah dengan Bung Karno
yang membawa istri beserta anaknya, Guntur Soekarnoputra, yang masih balita.
Akhirnya mereka ditempatkan di rumah yang paling dekat dengan markas PETA yang
berada di tepi Sungai Citarum. Rumah tersebut adalah milik Djiaw Kie Siong.
Walau tidak mengetahui apa yang
terjadi saat itu secara jelas, Djiaw Kie Siong kemudian membawa seluruh
keluarganya ke rumah kerabatnya karena rumah tersebut akan didiami sementara
oleh Bung Karno dan Bung Hatta. Di
rumah itulah, Bung Karno dan Bung Hatta memulai proses menulis konsep
proklamasi. Sempat terjadi perdebatan antara kedua tokoh tersebut dengan para
golongan muda. Golongan muda menginginkan proklamasi harus dilaksanakan
secepat-cepatnya tanpa melalui Panitia Perencanaan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
yang dianggap dipengaruhi oleh Jepang. Namun, Bung Karno tetap bersikeras bahwa
proklamasi harus tetap dijalankan sesuai prosedur melalui PPKI.
“Pada tanggal 15 Agustus 1945
sebenarnya bendera Merah Putih sudah dikibarkan dan akan dilakukan pembacaan
proklamasi di markas PETA. Tapi tanggal 16 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung
Hatta dijemput, jadi dibacakannya di Jakarta,” kata Ibu Lanny, pemandu Rumah
Sejarah Rengasdengklok, yang merupakan cucu menantu dari Djiaw Kie Siong.
Ia menambahkan, setelah Bung Karno
dan Bung Hatta kembali ke Jakarta, terdapat beberapa robekan kertas yang
sepertinya digunakan dalam menyusun konsep proklamasi. Namun, karena terdapat
kekuatiran jika jejak dari kedua proklamator tersebut akan ketahuan oleh
tentara Jepang, maka robekan kertas tersebut kemudian dibakar untuk
menghilangkan jejak.
Pada 1957, saat mengetahui abrasi
sering melanda tepian Sungai Citarum, Djiaw Kie Siong berinisiatif untuk
memindahkan rumahnya sekitar 150 meter agar menjauh dari tepian sungai demi
mengamankan rumah bersejarah tersebut. Setahun kemudian, abrasi
meluluhlantakkan bekas lokasi rumah tersebut sehingga kini telah menjadi aliran
Sungai Citarum.
Pasal-Pasal
Pasal 33
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
Pasal 34
Fakir miskin dan anak-anak yang
terlantar dipelihara oleh negara
Penjelasan Pasal 33 UUD 45
Dalam pasal 33 tercantum
dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah
pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah
yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang. Sebab itu perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang
sesuai dengan itu ialah koperasi
No comments:
Post a Comment