BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan di bidang teknologi memberikan kemudahan bagi
seseorang dalam menjalankan rutinitas. Namun disisi lain, kemajuan teknologi
juga berdampak buruk bagi perkembangan anak. Hal ini tak lain karena
terlupakannya nilai-nilai leluhur.Contoh nyata adalah terlupakannya permainan
tradisional.Tak sedikit anak – anak jaman sekarang yang melupakan permainan
tradisional seperti permainanular tannga, angklek dan permainan tradisional
lainnya.Sulit mengharapkan mereka mau kembali mengenal permainan tradisional,
karena disamping teknologi yang tinggi dan tidak sederhana, permainan ini
terkesan kuno.Namun sebenarnya banyak nilai-nilai yang dapat dipelajari dari
setiap permainan tradisional itu.Kemampuan menghitung dan mengenal bilangan
dapat dikembangakan melalui permainan ular tangga tersebut.
Media pembelajaran yang sering kita temui pada saai ini
adalah media pembelajaran balam bentuk cetak, audio visual, dan berbasis
computer.Namun sebenarnya ada juga media pembelajaran dalam bentuk permainan.Bagi
anak taman kanak – kanak media pembelajaran permainan akan sangat menyenangkan
dan mudah untuk dipahami. Karena media
pembelajaran dalam bentuk permainan mampu melatih kognitif anak dan memotivasi anak
untuk belajar dan bersosial. Inilah yang membuat saya memiliki gagasan menjadikan
permainan tadisional, salah satunya permainan ular tangga sebagai media
pembelajaran matematika untuk taman kanak – kanak agar anak – anak dapat
belajar sambil bermain dan tidak melupakan permainan tradisional.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah diatas maka
permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana peranan permainan ular tangga sebagai media
pembelajaran matematikapada anak taman kanak – kanak?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan tulisan ini adalah
sebagai berikut :
1.
Keterkaitan permainan ular tangga dengan konsep
matematika pada anak taman kanak – kanak.
2.
Peranan permainan ular tangga sebagai media
pembelajaran matematika.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan
ini antara lain :
- Tulisan ini diharapkan dapat menjadi motivasi
belajar anak dan mengembangkan kemampuan mengenal konsep bilangan pada
anak Taman Kanak – Kanak dengan menggunakan media permainan ular tangga.
- Tulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan
bagi guru untuk memilih media permainan ular tangga dalam mengembangkan
kemampuan mengenal konsep bilangan dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
- Tulisan ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif kepada lembaga penyelengggaraan pendidikan dalam
mengembangkan kemampuan mengenal konsep bilangan anak Taman Kanak – Kanak
dengan penggunaan media permainan ular tangga.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Permainan Ular Tangga
Permainan ular
tangga diciptakan pada abad ke–2 sebelum masehi dengan nama“Paramapada Sopanam”
(Ladder to Salvation). Dikembangkan oleh pemukaagama Hindu untuk
mengajarkan anak-anak mengenai “penghargaan”.Ularmerepresentasikan “keputusan
yang buruk dan jahat”, sedangkan tangga melambangkan “keputusan yang bermoral
dan baik”. Permainan ini masuk ke Inggris pada tahun 1892, dan pada tahun 1943
namanya diubah menjadi “Chutes and Ladders” oleh Milton Bradley di Amerika
untuk dikomersialkan (http://id.wikipedia.org/wiki/Ular_tangga). Ular tangga
menjadi bagian dari permainan tradisional di Indonesia meskipun tidak ada data
yang lengkap mengenai kapan munculnya permainan tersebut.Pada zaman dulu, banyaknyaanak-anak
Indonesia yang bermain ular tangga membuat permainan ini menjadi sangat populer
di masyarakat. Permainan ini ringan, sederhana, mendidik,menghibur dan sangat
berinteraktif jika dimainkan bersama – sama.
Pada permainan
ular tangga, medanpermainan adalah sebuah papan atau karton bergambar
kotak-kotak biasanya berukuran 10x10 kotak. Tiap kotak diberi nomor urut mulai
dari nomor 1 darisudut kiri bawah sampai nomor 10 di sudut kanan bawah, lalu
dari kanan ke kiri mulai nomor 11 baris kedua sampai nomor 20 dan seterusnya
sampai nomor 100 di sudut kiri atas. Kotak-kotak tertentu berisi gambar yang
mengandung pesan atau perbuatan.Ada pesan atau perbuatan baik, ada yang
buruk.Pesan atau perbuatan baik biasanya diganjar dengan kenaikan ke kotak yang
lebih tinggi lewat tangga, sedangkan pesan atau perbuatan buruk dihukum dengan
penurunan ke kotak lebih rendah melewati ular.Karena itu dinamakan Ular Tangga.Menurut Arinil Janah dalam laporannya menyatakan
bahwatidak ada bentuk standar dari papan ular tangga. Setiap orang dapat
menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlahkotak, ular dan tangga
yang berlainan.Di bawah ini adalah gambar dari salah satu papan ular
tangga.
Gambar 1 : papan ular tangga
dengan dadu dan bidaknya.
Permainan
sederhana namun mengasyikkan ini tersebar di seluruh dunia dan umumnya memiliki
ciri yang sama dengan nama yang umumnya merupakan terjemahan dari kata ular dan
tangga dalam bahasa masing-masing. Dalam bahasaInggris misalnya dinamakan Snakes-and-Ladders.
Ada beberapa
aturan dalam penggunaan media permainan ular tangga menurut pendapat Rahman
(2010) diantaranya adalah:
1. Semua
pemain memulai permainan dari petak nomor 1 dan berakhir pada petak nomor
100.
2. Terdapat
beberapa jumlah ular dan tangga yang terletak pada petak tertentu pada papan
permainan.
3. Terdapat
1 buah dadu dan beberapa bidak. Jumlah bidak yang digunakan sesuai dengan
jumlah pemain. Biasanya bidak menggunakan warna yang berbeda untuk setiap
pemain, tidak ada aturan tertentu untuk jenis bidak yang harus digunakan.
4. Panjang
ular dan tangga bermacam-macam, ular dapat memindahkan bidak pemain mundur
beberapa petak, sedangkan tangga dapat memindahkan bidakpemain maju beberapa
petak.
5. Sebagian
dari ular dan tangga adalah pendek, dan hanya sedikit tangga yang panjang. Pada beberapa papan bermain terdapat ular pada
petak nomor 99 yang akan memindahkan bidak pemain jauh ke bawah.
6. Untuk
menentukan siapa yang mendapat giliran pertama, biasanya dilakukan pelemparan
dadu oleh setiap pemain, yang mendapat nilai tertinggi ialah yang mendapat
giliran pertama.
7. Semua
pemain memulai dari petak nomor 1.
8.
Pada saat gilirannya, pemain
melempar dadu dan dapat memajukan bidaknya beberapa petak sesuai dengan angka
hasil lemparan dadu.
9.
Bila pemain mendapat anggka 6
dari pelemparan dadu, maka pemain tersebut mendapat giliran sekali lagi untuk
melempar dadu dan memajukan bidaknya sesuai dengan angka yang diperoleh dari
pelemparan dadu terakhir.
10. Boleh
terdapat lebih dari 1 bidak pada suatu petak.
11. Jika
bidak pemain berakhir pada petak yang mengandung kaki tangga, maka bidak
tersebut berhak maju sampai pada petak yang ditunjuk oleh puncak dari tangga
tersebut.
12. Jika
bidak pemain berakhir pada petak yang mengandung ekor ular, maka bidak tersebut
harus turun sampai pada petak yang ditunjuk oleh kepala dari ular
tersebut.
13. Pemenang
dari permainan ini adalah pemain yang pertama kali berhasil mencapai petak
100.
2.2 Keterkaitan Media Pembelajaran, Konsep
Matematika, dan Permainan Ular Tangga
Media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan untuk
terjadinya proses belajar. Dengan media siswa mendapat banyak informasi
sehingga meteri akan semakin jelas dan mudah dimengerti. Selain itu, media juga
dapat mengurangi keterbatasan guru atau buku dan meningkatkan daya tarik
terhadap materi yang sedang diajarkan sehingga siswa lebih berminat untuk
belajar. Khusus dalam materi yang termasuk Ilmu Pengetahuan Alam, dengan
menggunakan media pembelajaran dapat mengurangi kebosanan menghafal, kesulitan
menjelaskan peristiwa atau gejala alam, dan kesulitan mendapatkan gambaran yang
jelas tentang flora, fauna, jenis zat tertentu, dan lain – lain.Dalam
pembelajaran matematika, digunakannya media yaitu agar dapat menjembatani
antara konsep – konsep matematika yang abstrak menjadi lebih kongkrit, sehingga
anak dapat memahami matematika yang disajikan oleh guru.
Penelitian yang dilakukan
oleh Novarina menjelaskan penggunaan permainan ular tangga dalam pembelajaran
terbukti dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan kognitif anak dalam memahami konsep bilangan 1 sampai 10 pada anak –
anak Taman Kanak – Kanak. Peningkatan
ditandai dengan meningkatnya kelancaran menyebutkann urutan bilangan 1
sampai 10, menunjukkan benda untuk bilangan 1 sampai 10, memasangkan lambang
bilangan dengan benda sampai 10.
Penggunaan media
permainan ular tangga sebagai media pembalajaran dapat digunakan sebagai salah
satu alternative untuk dapat
mengembangkan kemampuan mengenal konsep
bilangan. Guru dapat menggunakan media permainan ular tangga yang
direkomendasikan dalam pembelajaran metematika di Taman Kanak – Kanak yang
merupakan permainan yang disukai anak – anak karena cara memainkannya yang
sangat mudah dan menarik. Menurut Nining Sriningsih mengungkapkan secara umum
bahwa media permainan ular tangga dapat diberikan untuk anak usia 5-6 tahun
dalam rangka menstimulasi berbagai bidang pengembangan seperti kognitif, bahasa
dan sosial. Keterampilan berbahasa yang dapat distimulasi melalui permainan ini
misalnya kosakata naik turun, maju mundur, ke atas – ke bawah, dan lain
sebagainya.Keterampilan sosial yang dilatih dalam permainan ini di antaranya
kemauan mengikuti dan mematuhi aturan permainan, bermain secara bergiliran.Keterampilan
kognitif matematika yang terstimulasi yaitu menyebutkan urutan bilangan,
mengenal lambang bilangan dan konsep bilangan.
BAB III
METODE PENULISAN
Metode
yang diterapkan dalam penyusunan tulisan ini adalah metode kajian pustaka dan
metode observasi.Metode kajian pustaka dilakukan dengan mengumpulkan
sumber-sumber tertulis dari literatur, media cetak maupun media internet yang
relevan yang dapat memberikan informasi dalam pembuatan tulisan ini. Metode
observasi dilakukan dengan mengamati dan mengumpulkan informasi secara langsung
terkait dengan penggunaan permainan ular tangga sebagai media pembelajaran
matematiaka pada anak taman kanak – kanak.Dari informasi dan data-data yang
telah diperoleh selanjutnya dilakukan suatu metode analisa untuk mengkaji suatu
solusi yang dapat diterapkan dalam penggunaan permainan ular tangga menjadi
suatu media pembelajaran matematika.Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam
penulisan ini adalah sebagai berikut :
- Identifikasi Masalah
- Pengumpulan
informasi dan data melalui observasi
- Pengumpulan data melalui media cetak dan media
elektronik yang relevan untuk mendukung analisis dan sintesis
permasalahan.
- Analisis dan sintesis terhadap permasalahan serta
perumusan solusi.
- Penyusunan
hasil analisis dan sintesis dalam bentuk tulisan.
BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
4.1 Kerterbatasan Penggunaan Media Pembelajaran dalam Pengenalan Konsep Matematika pada Anak Taman Kanak –
Kanak
Beberapa lembaga pendidikan anak Taman Kanak –
Kanak mengajarkan konsep – konsep metematika yang menekankan pada penguasaan
angka melalui latihan dan praktek – praktek paper
pencil test. Dengan demikian, pembelajaran matematika yang terjadi tidak
bermakna bagi anak. Beberapa anak mungkin dapat menyebutkan bilangan 1 sampai
10 dengan lancar, tetapi anak tersebut belum tentu dapat menunjukan dengan baik
jumlah benda yang sesuai dengan bilangan – bilangan tersebut. Karena
mengajarkan konsep – konsep matematika dasar cenderung menekankan pada praktek
– praktek paper pecil test, maka
metode yang digunakan menjadi kurang variatif karena guru hanya menggunakan
metode pemberian tugas dalam mengenalkan konsep dan lambang bilangan. Anak
hanya diberikan lembar kerja yang berisi angka – angka ataupun menyebutkan
bilangan 1 sampai 20secara bersama – sama kemudian anak ditugaskan untuk
menulis angka tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan anak cepat bosan dan tidak
tertarik dalam pembelajaran matematika.
Agar tujuan pembelajaran tercapai dan terciptanya
proses belajar mengajar yang tidak membosankan, guru dapat menggunakan media
pembelajaran secara tepat. Namun lembaga pendidikan jarang sekali menggunakan
permainan sebagai media pembelajaran. Padahal kita ketahui masa Taman Kanak –
Kanak merupakan masa – masa bermain. Anak pada masa ini akan sangat tertarik
apabila diberikan suatu permainan oleh gurunya dan pengaitkan permainan
tersebut dengan ilmu pengetahuan yang timbul. Dengan demikian anak akan
termotivasi untuk belajar sehingga penggunaan media permainan ini akan menambah
wawasan anak untuk mengenal berbagai permainan yang positif untuk kehidupannya.
4.2 Solusi
Penggunaan media
permainan ular tangga membawa dampak positif bagi kegiatan belajar di kelas.
Terutama untuk anak Taman Kanak – Kanak, media permainan ini akan memudahkan
mereka untuk memahami konsep – konsep matematika dalam permainan tersebut. Media
permainan ular tangga tak hanya memudahkan memahami konsep matematika, tetapi
juga melatih anak untuk belajar bersosial.Keunggulan dari media permainan ular
tangga adalah :
1.
Memungkinkan anak berinteraksi
langsung antara anak dengan benda – benda di sekitarnya.
2.
Mengenal kalah dan menang.
3.
Belajar bekerjasama dan
menunggu giliran.
4.
Membangkitkan imajinasi dan
mengingat peraturan permainan.
5.
Belajar memecahkan masalah.
6.
Menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan.
7.
Membangkitkan motivasi dan
merangsang anak untuk belajar.
8.
Merangsang anak belajar
pramatematika yaitu saat menghitung langkah pada permainan ular tangga dan
menghitung titik – titik yang terdapat pada dadu.
9.
Lebih merangsang siswa dalam
melakukan aktifitas belajar individual ataupun kelompok.
10. Menstimulasi
aspek perkembangan kognitif, bahasa, dan social.
11. Dapat
mengembangkan kreaktifitas, kemandirian siswa menciptakan komunikasi timbal
balik serta dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa.
Peran guru dalam penggunaan media permainan ular tangga
di Taman Kanak-kanak sangat penting sebagai fasilitator dalam permainan ular
tangga sehingga dapat memberikan kemudahan dan keleluasaan terhadap anak dalam
melakukan permainan ini dan sebagai wasit dalam permainan ini sehingga
permainan ular tangga dapat berjalan dengan baik dan menyenangkan bagi setiap
anak yang bermain dalam permainan ular tangga ini.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Media permainan ular tangga dalam pembalajaran terbukti dapat
dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kognitif
anak dalam memahami konsep bilangan.
5.2
Saran
Lembaga pendidikan diharapkan dapat menggunakan permainan
tradisional ular tangga sebagai media pembelajaran matematika dalam proses
belajar mengajar di kelas pada anak Taman Kanak – Kanak.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. (2009). Standar Pendidikan
Anak UsiaDini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Janah, Arinil.(2009).Laporan PTK Ular Tangga PKn.[Online].Tersedia dihttp://arinilwordpress.com/2009/10/28/laporan-ptk-ular-tangga-pkn/.[29November 2010].
Novarina, Dina. (2010). Penggunaan Permainan Ular Tangga Untuk
Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak dalam Memahami KonsepBilangan di TK.
Skripsi Universitas Negeri Malang: tidak diterbitkan.
Nurlaela, A. (2009). Peningkatan Kemampuan Mengenal Bilangan Pada
Anak Usia Dini Melalui Penggunaan Media Balok. Bandung FIP: UPI. Tidakditerbitkan.
Rahman Faizal, (2010). Permainan Ular Tangga. Makalah Politeknik
Bandung.tidak diterbitkan.
Rahmawati, Indah. (2009). Media Permainan Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa.Tersedia di http//issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi. [29 November
2010].
Sriningsih, Nining. (2008). Pembelajaran Matematika Terpadu Untuk Anak
Usia Dini. Bandung: Pustaka Sebelas.
Sudono, A. (1995). Alat Permainan dan Sumber Belajar TK.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
TinggiProyek Pendidikan Tenaga Akademik Jakarta.
Wijaya, Ariyadi. (2011).Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia. [Online]
Tersedi
http://www.ubaya.ac.ida28 Januari 2012].
No comments:
Post a Comment