Salah satu cara yang dianggap efektif dipakai dalam
pelaksanaan pembinaan adalah dengan melaksanakannya di tempat guru mengajar,
sehingga semua warga sekolah, murid dan guru secara bersama-sama mendapatkan
pembinaan. Dengan metode in-house training memungkinkan perubahan pada
level sekolah secara signifikan. Dalam menerapkan model pembinaan, in-house
training dipandang sebagai metode yang tepat dalam pembinaan guru-guru
mupun peserta ekstra kurikuler (Alfaris, 2012). Pengertian in-house training
yang dimaksud adalah “pelatihan” yang pelaksanaannya bertempat di sekolah
masing-masing, tempat di mana guru-guru melaksanakan pengajaran.
Definisi in-house training yang lebih umum
diberikan oleh Nawawi (1983:113), yaitu suatu usaha untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan guru dalam bidang tertentu sesuai dengan tugasnya
agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya. Dalam penerapan metode
pembinaan, pembina atau narasumber melakukan kunjungan ke masing-masing sekolah
untuk melakukan pembinaan. Dengan kegiatan seperti ini diharapkan masalah
berupa hambatan atau kendala terkait pelaksanaan penelitian dapat diatasi
secara langsung.
Seperti diungkapkan oleh Drayton (2013), terdapat
paling sedikit dua keuntungan atau manfaat dari metode in-house training,
yaitu, pertama adalah murah jika dibandingkan dengan melaksanakan kursus yang
mengundang narasumber tertentu. Kedua, pelatihan dapat dilakukan secara lebih
fokus dan lebih nyaman karena dilakukan dilingkungan tempat para peserta
pelatihan bekerja dengan contoh-contoh kasus yang langsung dapat diatasi pada
saat bekerja.
Dalam buku panduan pembelajaran yang dikeluarkan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menegah Atas (2008), in-house training bertujuan
memberikan pengarahan dan pendampingan secara langsung kepada para guru agar pembelajaran
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan di masing-masing
sekolah. Lebih khususnya, in-house training bertujuan memberikan
pengarahan dan pendampingan secara langsung di kelas kepada guru pelaksana
program pembelajaran, yaitu membantu guru dalam:
a. mempersiapkan,
mengembangkan, dan mengopersionalkan rencana pembelajaran
b. mengembangkan
dan menggunakan secara optimal media sesuai dengan materi pembelajaran yang
diampu.
c. mengatasi
kesulitan atau hambatan secara langsung di kelas atau di luar kelas sesuai
dengan substansinya
d. mengembangkan
perangkat evaluasi pencapaian hasil belajar siswa
e. merancang
pengembangan pembelajaran di masing-masing sekolah sesuai dengan kebutuhan guru
No comments:
Post a Comment