.
Usaha-usaha ke arah penerapan teori
andragogi dalam kegiatan pendidikan orang dewasa telahdicobakan oleh beberapa
ahli, berdasarkan empat asumsi dasar orang yaitu: konsep diri, akumulasi
pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasibelajar.Konsep Andragogi didasarkan
pada sedikitnya 4 asumsi tentang karakteristik warga belajar yang berbeda dari
asumsi yang mendasari pedagogi tradisional,yaitu:
1)
konsep diri mereka bergerak dari seseorang dengan pribadi yang tergantung
kepada orang lain kearah seseorang yang mampu mengarahkan diri sendiri.
2)
Mereka telah mengumpulkan segudang pengalaman yang selau bertambah
yang menjadi sumber belajar yang semakin kaya.
3)
Kesiapan belajar mereka menjadi semakin berorientasi kepada tugas-tugas
perkembangan dari peranan sosial mereka.
4)
Perspektif waktu mereka berubah dari penerapan yang tidak seketika dari
pengetahuan yang mereka peroleh kepada penerapan yang segera, dan sesuai dengan
itu orientasi mereka kearah belajar bergeser dari yang berpusat kepada mata
pelajaran kepada yang berpusat kepada penampilan.
Asumsi dasar tersebut dijabarkan dalam proses
perencanaan kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyiapkan Iklim Belajar yang Kondusif
Faktor lingkungan berpengaruh terhadap
keberhasilan belajar. Oleh karena itu, dalam pembelajaran model Andragogi
langkah pertama yang harus dikerjakan adalah menyiapkan iklim belajar yang
kondusif. Ada tiga hal yang perlu disiapkan agar tercipta iklim belajar yang
kondusif itu. Pertama, penataan fisik seperti ruangan yang nyaman, udara yang
segar, cahaya yang cukup, dan sebagainya. Termasuk di sini adalah kemudahan
memperoleh sumber-sumber belajar baik yang bersifat materi seperti buku maupun
yang bukan bersifat materi seperti bertemu dengan fasilitator. Kedua,
penataan iklim yang bersifat hubungan manusia dan psikologis seperti
terciptanya suasana atau rasa aman, saling menghargai, dan saling bekerjasama. Ketiga,
penataan iklim organisasional yang dapat dicapai melalui kebijakan pengembangan
SDM, penerapan filosofi manajemen, penataan struktur organisasi, kebijakan
finansial, dan pemberian insentif.
2. Menciptakan Mekanisme Perencanaan Bersama
Perencanaan pembelajaran dalam model
Andragogi dilakukan bersama antara fasilitator dan peserta didik. Dasarnya
ialah bahwa peserta didik akan merasa lebih terikat terhadap keputusan dan
kegiatan bersama apabila peserta didik terlibat dan berpartisipasi dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan.
3. Menetapkan Kebutuhan Belajar
Dalam proses pembelajaran orang dewasa perlu diketahui
lebih dahulu kebutuhan belajarnya. Ada dua cara untuk mengetahui kebutuhan
belajar ini adalah dengan model kompetensi dan model diskrepensi. Model
kompetensi dapat dilakukan dengan mengunakan berbagai cara seperti penyusunan
model peran yang dibuat oleh para ahli. Pada tingkat organisasi dapat dilakukan
dengan melaksanakan analisis sistem, analisis performan, dan analisis berbagai
dokumen seperti deskripsi tugas, laporan pekerjaan, penilaian pekerjaan,
analisis biaya, dan lain-lain. Pada tingkat masyarakat dapat digunakan berbagai
informasi yang berasal dari penelitian para ahli, laporan statistik, jurnal,
bahkan buku, dan monografi. Model dikrepensi, adalah mencari kesenjangan.
Kesenjangan antara kompetensi yang dimodelkan dengan kompetensi yang dimiliki
oleh peseta didk. Peseta didik perlu melakukan self assesment.
4. Merumuskan Tujuan Khusus (Objectives) Program
Tujuan pembelajaran ini akan menjadi
pedoman bagi kegiatan-kegiatan pengalaman pembelajaran yang akan dilakukan.
Banyak terjadi kontroversi dalam merumuskan tujuan pembelajaran ini karena
perbedaan teori atau dasar psikologi yang melandasinya. Pada model Andragogi
lebih dipentingkan terjadinya proses self-diagnosed
needs.
5. Merancang Pola
Pengalaman Belajar
Untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan perlu disusun pola pengalaman belajarnya
atau rancangan programnya. Dalam konsep Andragogi, rancangan program meliputi
pemilihan problem areas yang telah diidentifikasi oleh peserta
didik melalui self-diagnostic, pemilihan format belajar
(individual, kelompok, atau massa) yang sesuai, merancang unit-unit pengalaman
belajar dengan metoda-metoda dan materi-materi, serta mengurutkannya dalam
urutan yang sesuai dengan kesiapan belajar peserta didik dan prinsip estetika.
Rancangan program dengan menggunakan model pembelajaran Andargogi pada dasarnya
harus dilandasi oleh konsep self-directed learning dan oleh
karena itu rancangan program tidak lain adalah preparat tentang learning-how-to-learn
activity.
6. Melaksanakan Program (Melaksanakan Kegiatan Belajar)
Catatan
penting pertama untuk melaksanakan program kegiatan belajar adalah apakah cukup
tersedia sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan membelajarkan dengan
menggunakan model Andragogi. Proses pembelajaran Andragogi adalah proses
pengembangan sumberdaya manusia. Peranan yang harus dikembangkan dalam
pengembangan sumberdaya manusia adalah peranaan sebagai administrator program,
sebagai pengembang personel yang mengembangkan sumberdaya manusia. Dalam
konteksi pelaksanaan program kegiatan belajar perlu dipahami hal-hal yang
berkaitan dengan berbagai teknik untuk membantu orang dewasa
belajar dan yang berkaitan dengan berbagai bahan-bahan dan alat-alat
pembelajaran.
7. Mengevaluasi Hasil Belajar dan Menetapkan Ulang Kebutuhan Belajar Proses pembelajaran model
Andragogi diakhiri dengan langkah mengevaluasi program. Pekerjaan mengevaluasi
merupakan pekerjaan yang harus terjadi dan dilaksanakan dalam setiap proses
pembelajaran. Tidak ada proses pembelajaran tanpa evaluasi. Proses evaluasi
dalam model pembelajaran Andragogi bermakna pula sebagai proses untuk
merediagnosis kebutuhan belajar
No comments:
Post a Comment