Saturday, June 2, 2018

Makalah Stimulasi Dini Untuk Mengembangkan Kecerdasan dan Kreativitas Anak

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir bahkan sebaiknya sejak janin 6 bulan di dalam kandungan, dilakukan setiap hari untuk merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan). Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus melalui kaki, tangan dan jari-hari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan dan pikiran bayi dan balita.
Rangsangan sejak lahir dilakukan sejak lahir secara terus menerus, bervariasi, dan memberikan suasana bermain dan kasih sayang. Akan mengembangkan kecerdasan jamak dan meningkatkan kreativitas anak. Mengembangkan kecerdasan jamak dan meningkatkan kreativitas anak sudah menjadi tanggung jawab orang tua dan para pendidik bahkan para peneliti untuk memberikan stimulasi dini pada anak usia dini.
Bermain adalah dunia anak, pada saat kegiatna bermain berlangsung hampir semua aspek perkembangan anak dapat terstimulasi dan berkembang dengan baik termasuk di dalamnya perkembangan kreativitas, kecerdasan jamak bisa dirangsang melalui stimulasi dini.


B.     Rumusan Masalah
  1. Bagaimana memberikan stimulasi dini yang baik terhadap anak?
  2. Bagaimana proses stimulasi dini yang baik?
  3. Bagaimana dampak stimulasi dini terhadap perkembangan kecerdasan jamak dan kreativitas anak?

C.    Tujuan Masalah
  1. Untuk mengetahui arti stimulasi dini.
  2. Untuk mengetahui proses stimulasi dini.
  3. Untuk mengetahui dampak dari stimulasi dini.
D.    Manfaat
Bagi guru dan orang tua
1.      Membantu dalam merumuskan permasalahan pemberian stimulasi dini terhadap anak usia dini dengan baik.
2.      Memberi solusi permasalahan yang selama ini dihadapi pada pemberian stimulasi dini terhadap anak usia dini.
3.      Menambah wawasan dan pengetahuan dalam pemberian stimulasi dini yang mempunyai dampak mampu meningkatkan kecerdasan jamak dan meningkatkan kreativitas anak.

E.     Proses Penyelesaian Masalah
Dalam mengoptimalkan peran pendidik dan orang tua dalam         memberikan stimulasi dini agar mampu meningkatkan kecerdasan jamak dan kreativitas anak.





BAB II
KAJIAN TEORI




Menurut pendapat Gardner (1993: 17), menyatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan untuk menyelesaikan masalah, menciptakan produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya masyarakat. Menurutnya pandangan tentang kecerdasan harus mengakui bahwa setiap orang mempunyai kekuatan pemahaman berbeda dan berdiri sendiri, menerima bahwa orang mempunyai kekuatan berbeda dan gaya pemahaman yang kontras.
Menurut Bandler dan Grinder dalam De Potter (1999: 39), kecerdasan merupakan ungkapan dari cara berpikir seseorang yang dapat dijadikan modalitas belajar, hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas belajar yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran pemrosesan dan komunikasi. Adapun modalitas yang dimiliki oleh setiap individu dibagi menjadi 3 yaitu: modalitas visual, auditorial, dan kinestetikal.


BAB III
PEMBAHASAN


Intervensi perlakuan terhadap anak usia dini menjadi kajian utama dalam bidang pendidikan pada dasawarsa terakhir ini. Intervensi tersebut dirasakan perlu sebagai upaya untuk mempersiapkan anak memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Betapa tidak, pada usia ini yaitu lahir sampai delapan tahun merupakan rentang usia kritis dan sekaligus strategis dalam proses pendidikan yang akan mewarnai proses serta hasil pendidikan pada tahap selanjutnya.
Anak usia dini berada dalam masa keemasan sepanjang rentang usia perkembangan anak. Usia keemasan merupakan masa dimana anak mulai peka untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Pada masa peka inilah terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap merespon pada stimulasi dan berbagai upaya-upaya pendidikan yang dirangsang oleh lingkungan.
Kebutuhan pokok untuk mengembangkan kecerdasan ada tiga antara lain adalah: kebutuhan Fisik-Biologis (terutama untuk pertumbuhan otak, sistem sensorik dan motorik). Emosi-Kasih sayang (mempengaruhi kecerdasan emosi, inter dan intrapersonal) dan Stimulasi Dini (merangsang kecerdasan-kecerdasan lain). Ketiga kebutuhan pokok tesebut harus diberikan secara bersamaan sejak janin di dalam kandungan karena akan saling berpengaruh.bila stimulasi dalam interaksi sehari-hari kurang bervariasi maka perkembangan kecerdasan juga kurang bervariasi.
Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir sebaiknya dilakukan sejak janin 6 bulan di dalam kandungan dan dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem indera. Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangang perasaan yang menyenangkan dan pikiran bayi dan balita. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus-menerus, bervariasi, dengan suasana bermain dan kasih sayang, akan memacu berbagai aspek kecerdasan anak (kecerdasan jamak). Kecerdasan jamak mencakup berbagai kemampuan, yaitu:
  1. Kecerdasan linguistik
  2. Kecerdasan logika matematika
  3. Kecerdasan kinestetika
  4. Kecerdasan visual spasial
  5. Kecerdasan naturalistik
  6. Kecerdasan musikal
  7. Kecerdasan interpersonal
  8. Kecerdasan intrapersonal
Dengan stimulasi dini tidak hanya meningkatkan kecerdasan jamak, tetapi bisa meningkatkan kreativitas anak dengan cara mengajak anak bermain. Karena melalui kegiatan bermain anak mampu mengembangkan potensi yang tersembunyi di dalam dirinya secara aman, nyaman dan menyenangkan. Karena bermain adalah kebutuhan semua anak terlebih lagi bagi anak-anak yang berada di rentang usi 3-6 tahun.
Adapun cara melakukan stimulasi dini yang baik dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita. Misalnya ketika memandikan, mengganti pokok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton TV, di dalam kendaraan dan menjelang tidur.
1.      Stimulasi untuk bayi 0-3 bulan dengan cara: mengusahakan rasa nyaman, aman dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran atau kotak-kotak hitam-putih), benda-benda berbunyi, menggulingkan bayi ke kanan-ke kiri, tengkurap, telentang, dirangsang untuk meraih dan memegang mainan.
2.      Umur 3-6 bulan ditambang dengan bermain “cilukba”, melihat wajah bayi dan pengasuh di cermin, dirangsang untuk tengkurap, telentang bolak-balik, duduk.
3.      Umur 6-9 bulan ditambah dengan memanggil namanya, mengajak bersalaman, tepuk tangan, membacakan dongeng, merangsang duduk, dilatih berdiri berpegangan.
4.      Umur 9-12 bulan ditambah dengan mengulang-ulang menyebutkan mama-papa, kakak, memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelindingkan bola, dilatih berdiri, berjalan dengan berpegangan.
5.      Umur 12-18 bulan ditambah dengan latihan mencoret-coret menggunakan pensil warna, menyusun kubus, balok-balok, potongan gambar sederhana (puzzle) memasukkan dan mengeluarkan benda-benda kecil dari wadahnya, bermain dengan boneka, sendok, piring, gelas, teko, sapu, lap. Latihlah berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur, memanjat tangga, menendang bola, melepas celana, mengerti dan melakukan perintah-perintah sederhana (mana bola, pegang ini, masukan itu, ambil itu), menyebutkan nama atau menunjukkan benda-benda.
6.      Umur 18-24 bulan ditambah dengan menanyakan, menyebutkan dan menunjukkan bagian-bagian tubuh (mana mata? Hidung? Telinga? Mulut? dll), menanyakan gambar atau menyebutkan nama binatang dan benda-benda di sekitar rumah, mengajak bicara tentang kegiatan sehari-hari (makan, minum mandi, main, minta, dll), latihan menggambar garis-garis, mencuci tangan, memakai celana-baju, bermain melempar bola, melompat.
7.      Umur 2-3 tahun ditambah dengan mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat (besar-kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit, dll), menyebutkan nama-nama teman, menghitung benda-benda, memakai baju, menyikat gigi, bermain kartu, boneka, masak-masakan, menggambar garis, lingkaran, manusia, latihan berdiri di satu kaki, buang air kecil/besar di toilet.
8.      setelah umur 3 tahun selain mengembangkan kemampuan-kemampuan umur sebelumnya, stimulasi juga diarahkan untuk kesiapan bersekolah, antara lain: memegang pensil dengan baik, menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana (buang air kecil/besar di toilet), dan kemandirian (ditinggalkan di sekolah), berbagi dengan teman, dll. Perangsangan dapat dilakukan di rumah (oleh pengasuh dan keluarga) namun dapat pula di Kelompok Bermain, Taman Kanak-kanak atau sejenisnya.

Pentingnya Suasana Ketika Stimulasi
Stimulasi dilakukan setiap ada kesempatan berinteraksi dengan bayi-balita, setiap hari, terus menerus, bervariasi, disesuaikan dengan umur perkembangan kemampuannya, dilakukan oleh keluarga (terutama ibu atau pengganti ibu).
Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan kegembiraan antara pengasuh dan bayi/balitanya. Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-buru, memaksakan kehendak pengasuh, tidak memperhatikan minat atua keinginan bayi/balita, atau bayi-balita sedang mengantuk, bosan atau ingin bermain yang lain. Pengasuh yang sering marah, bosan, sebal, mak atanpa disadari pengasuh justru memberikan rangsang emosional yang negatif. Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan pengasuh adalah merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan ditiru atau justru menimbulkan ketakutan bayi-balita.

Pentingnya pola pengasuhan yang demokratik (otoritatif)
Oleh karena itu interaksi antara pengasuh dan bayi atua balita harus dilakukan dalam suasana pola asuh yang demokratik (otoritatif). Yaitu pengasuh harus peka terhadap isyarat-isyarat bayi, artinya memperhatikan minat, keinginan atau pendapat anak, tidak memaksakan kehendak pengasuh, penuh kasih sayang, dan kegembiraan, menciptakan rasa aman dan nyaman, memberi contoh tanpa memaksa, mendorong keberanian untuk mencoba berkreasi, memberikan penghargaan atau pujian atas keberhasilan atau perilaku yang baik, memberikan koreksi bukan ancaman atau hukuman bila anak tidak dapat melakukan sesuatu atau ketika melakukan kesalahan.

Mengapa stimulasi dini bisa merangsang kecerdasan jamak?
Sel-sel otak janin dibentuk sejak 3-4 bulan di dalam kandungan ibu, kemudian setelah lahir sampai umur 3-4 tahun jumlahnya bertambah dengan cepat mencapai milyaran sel, tetapi belum ada hubungan antar sel-sel tersebut. Mulai kehamilan 6 bulan, dibentuklah hubungan antar sel, sehingga membentuk rangkaian fungsi-fungsi. Kualitas dan kompleksitas rangkaian hubungan antar sel-sel otak ditentukan oleh stimulasi (rangsangan) yang dilakukan oleh lingkungan kepada bayi-balita tersebut.
Semakin bervariasi rangsangan yang diterima bayi-balita maka semakin kompleks hubungan antar sel-sel otak. Semakin sering dan teratur rangsangan yang diterima, maka semakin kuat maka hubungan antar sel-sel otak tersebut. Semakin kompleks dan kuat hubungan antar sel-sel otak, maka semakin tinggi dan bervariasi kecerdasan anak di kemudian hari, bila dikembangkan terus menerus, sehingga anak akan mempunyai banyak variasi kecerdasan (multiple inteligensia).

Bagaimana cara merangsang kecerdasan jamak?
Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbal ajaklah bercakap-cakap, bacakan cerita berulang-ulang, rangsang untuk berbicara dan bercerita, menyanyikan lagu anak-anak, dll.
Latih kecerdasan logika-matematik dengan mengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitung mainan, bermain angka, halma, congklak, sempoa, catur, kartu, teka-teki, puzzle, monopoli, permainan komputer, dll.
Kembangkan kecerdasan visual-spatial dengan mengamati gambar, foto, merangkai dan membongkar lego, menggunting, melipat, menggambar, halma, puzzle, rumah-rumahan, permainan komputer, dll.
Melatih kecerdasan gerak tubuh dengan berdiri satu kaki, jongkok, membungkuk, berjalan di atas satu garis, berlari, melompat, melempar, menangkap, latihan senam, menari, olahraga permainan, dll.
Merangsang kecerdasan musikal dengan mendengarkan musik, bernyanyi, memainkan alat musik, mengikuti irama dan nada.
Melatih kecerdasan emosi inter-personal dengan bermain bersama dengan anak yang lebih tua dan lebih muda, saling berbagi kue, mengalah, meminjam mainan, bekerja sama membuat sesuatu, permainan mengendalikan diri, mengenal berbagai suku, bangsa, budaya, agama melalui buku, TV, dll.
Melatih kecerdasan emosi intra-personal dengan menceritakan perasaan, keinginan, cita-cita, pengalaman, berkhayal, mengarang ceritera, dll.
Merangsang kecerdasan naturalis dengan menanam biji hingga tumbuh, memelihara tanaman dalam pot, memelihara binatang, berkebun, wisata di hutan, gunung, sungai, pantai, mengamati langit, awan, bulan, bintang, dll.
Bila anak mempunyai potensi bawaan berbagai kecerdasan dan dirangsang terus-menerus sejak kecil dengan cara yang menyenangkan dan jenis yang bervariasi maka anak kita akan mempunyai kecerdasan yang jamak.

Bagaimana cara mengembangkan kreativitas anak?
Kreativitas dibutuhkan oleh manusia untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kreativitas harus dikembangkan sejak dini. Banyak keluarga yang tidak menyadari bahwa sikap orang tua yang otoriter (diktator) terhadap anak akan mematikan bibit-bibit kreativitas anak, sehingga ketika menjadi dewasa hanya mempunyai kreativitas yang sangat terbatas.

Bagaimana peran orang tua untuk mengembangkan kreativitas anak?
Kreativitas anak akan berkembang jika orang tua selalu bersikap otoritatif (demokratik), yaitu: mau mendengarkan omongan anak, menghargai pendapat anak, mendorong anak untuk berani mengungkapkannya. Jangan memotong pembicaraan anak ketika ia ingin mengungkapkan pikirannya. Jangan memaksakan pada anak bahwa pendapat orang tua paling benar, atau melecehkan pendapat anak.
Orang tua harus mendorong anak untuk berani mencoba mengemukakan pendapat, gagasan, melakukan sesuatu atau mengambil keputusan sendiri (asalkan tidak membahayakan atau merugikan orang lain atau diri sendiri). Jangan mengancam atau menghukum anak kalau pendapat atau perbuatannya dianggap salah oleh orang tua. Anak tidaklah salah, mereka umumnya belum tahu, dalam tahap belajar. Oleh karena itu tanyakan mengapa mereka berpendapat atau berbuat demikian, beri kesempatan untk mengemukakan alasan-alasan. Berikan contoh-contoh, ajaklah berpikir, jangan didikte atau dipaksa, biarkan mereka yang memperbaikinya dengan caranya sendiri. Dengan demikian tidak mematikan keberanian mereka untuk mengemukakan pikiran, gagasan, pendapat atau melakukan sesuatu.
Selain itu orang tua harus mendorong kemandirian anak dalam melakukan sesuatu, menghargai usaha-usaha yang telah dilakukannya, memberikan pujian untuk hasil yang telah dicapainya walau sekecil apapun. Cara-cara ini merupakan salah satu unsur penting pengembangan kreativitas anak.
Keluarga harus merangsang anak untuk tertarik mengamati dan mempertanyakan tentang berbagai benda atau kejadian di sekeliling kita, yang mereka degar, lihat, rasakan atau mereka pikirkan dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua harus menjawab dengan cara menyediakan sarana yang semakin merangsang anak berpikir lebih dalam, misalnya dengan memberikan gambar-gambar, buku-buku. Jangan menolak, melarang atau menghentikan rasa ingin tahu anak, asalkan tidak membahayakan dirinya atau orang lain.
Orang tua harus memberi kesempatan anak untuk mengembangkan khayalan, merenung, berfikir dan mewujudkan gagasan anak dengan cara masing-masing. Biarkan mereka bermain, menggambar, membuat bentuk-bentuk atau warna-warna dengan cara yang tidak lazim, tidak logis, tidak realistis atau belum pernah ada. Biarkan mereka menggambar sepeda dengan roda segi empat, langit berwarna merah, daun berwarna biru. Jangan banyak melarang, mendikte, mencela, mengecam, atau membatasi anak.berilah kebebasan, kesempatan, dorongan, penghargaan atau pujian untuk mencoba suatu gagasan, asalkan tidak membahayakan dirinya atau orang lain.
Semua hal-hal tersebut akan merangsang perkembangan fungsi otak kanan yang penting untuk kreativitas anak yaitu: berfikir divergen (meluas), intuitif (berdasarkan intuisi), abstrak, bebas, simultan.




BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN


A.    Kesimpulan
Jika menginginkan anak dengan kecerdasan jamak harus dilakukan perangsangan sejak bayi setiap hari pada semua sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan), dengan mengajak berbicara, bermain untuk merangsang perasaan dan pikiran, merangsang gerak kasar dan halus pada leher, tubuh, kaki, tangan dan jari-jari).
Cara melakukan stimulasi harus disesuaikan dengan umur dan tahapan tumbuh-kembang anak. Stimulasi dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita, misalnyaketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton TV, di dalam kendaraan, menjelang tidur, atau kapan pun dan dimanapun ketika anda dapat berinteraksi dengan balita anda. Selanjutnya dapat ditambah melalui Kelompok Bermain, Taman Kanak-kanak dan sejenisnya.
Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, yaitu pola asuh yang otoritatif (demokratif). Artinya: pengasuh harus peka terhadap isyarat-isyawarat bayi, memperhatikan minat, keinginan atau pendapat anak, tidak memaksakan kehendak pengasuh, penuh kasih sayang, dan kegembiraan, menciptakan rasa aman dan nyaman, memberi contoh tanpa memaksa, mendorong keberanian untuk mencoba berkreasi, memberikan penghargaan aau pujian atas keberhasilan atau perilaku yang baik, memberikan koreksi bukan ancaman atau hukuman bila anak tidak dapat melakukan sesuatu atau ketika melakukan kesalahan.
Pola asuh otoritatif penting untuk mengembangkan kreativitas anak. Dengarkan omongan anak, dorong anak untuk berani mengucapkan pendapatnya, hargai pendapat anak, jangan memotong pembicaraan anak, jangan memaksakan pendapat orang tua atau melecehkan pendapat anak.
Rangsanglah anak untuk tertarik mengamati dan mempertanyakan tentang berbagai hal di lingkungannya, beri kebebasan dan dorongan untuk mengembangkan khayalan, merenung, berpikir, mencoba dan mewujudkan gagasan. Berikan pujian untuk hasil yang telah dicapainya walau sekecil apapun. Jangan menghentikan rasa ingin tahu anak, jangan banyak mengancam atua menghukum, beri kesempatan untuk mencoba, asalkan tidak membahayakan dirinya atau orang lain.

B.     Saran
1.      Bagi Guru
Para guru disarankan menambah pengetahuan dan wawasan tentang manfaat stimulasi dini dan cara melakukan stimulasi dini dengan baik sehingga dapat mengembangkan kecerdasan jamak dan kreativitas anak.

2.      Bagi Lembaga/Yayasan
Diharapkan dapat mengembangkan kecerdasan jamak dan kreativitas yaitu dengan cara stimulasi dini yang baik terhadap anak usia dini sehingga kelak dapat dicontoh oleh sekolah-sekolah lain.






DAFTAR PUSTAKA



Syah M. (2000). Psikologi Pendidikan. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Yuliani Nurani Sujiono, Dr, M.Pd. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks.










No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive