BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi
baru lahir bahkan sebaiknya sejak janin 6 bulan di dalam kandungan, dilakukan
setiap hari untuk merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan,
perabaan, pembauan, pengecapan). Selain itu harus pula merangsang gerak kasar
dan halus melalui kaki, tangan dan jari-hari, mengajak berkomunikasi, serta
merangsang perasaan yang menyenangkan dan pikiran bayi dan balita.
Rangsangan sejak lahir dilakukan sejak lahir secara terus
menerus, bervariasi, dan memberikan suasana bermain dan kasih sayang. Akan
mengembangkan kecerdasan jamak dan meningkatkan kreativitas anak. Mengembangkan
kecerdasan jamak dan meningkatkan kreativitas anak sudah menjadi tanggung jawab
orang tua dan para pendidik bahkan para peneliti untuk memberikan stimulasi
dini pada anak usia dini.
Bermain adalah dunia anak, pada saat kegiatna bermain
berlangsung hampir semua aspek perkembangan anak dapat terstimulasi dan
berkembang dengan baik termasuk di dalamnya perkembangan kreativitas,
kecerdasan jamak bisa dirangsang melalui stimulasi dini.
B.
Rumusan Masalah
- Bagaimana memberikan stimulasi dini yang baik terhadap anak?
- Bagaimana proses stimulasi dini yang baik?
- Bagaimana dampak stimulasi dini terhadap perkembangan kecerdasan
jamak dan kreativitas anak?
C.
Tujuan Masalah
- Untuk mengetahui arti stimulasi dini.
- Untuk mengetahui proses stimulasi dini.
- Untuk mengetahui dampak dari stimulasi dini.
D.
Manfaat
Bagi guru dan orang tua
1.
Membantu dalam merumuskan permasalahan
pemberian stimulasi dini terhadap anak usia dini dengan baik.
2.
Memberi solusi permasalahan yang
selama ini dihadapi pada pemberian stimulasi dini terhadap anak usia dini.
3.
Menambah wawasan dan pengetahuan
dalam pemberian stimulasi dini yang mempunyai dampak mampu meningkatkan
kecerdasan jamak dan meningkatkan kreativitas anak.
E.
Proses Penyelesaian Masalah
Dalam mengoptimalkan peran pendidik dan orang tua dalam memberikan stimulasi dini agar mampu
meningkatkan kecerdasan jamak dan kreativitas anak.
BAB II
KAJIAN TEORI
Menurut pendapat Gardner (1993: 17), menyatakan bahwa
kecerdasan merupakan kemampuan untuk menyelesaikan masalah, menciptakan produk
yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya masyarakat. Menurutnya
pandangan tentang kecerdasan harus mengakui bahwa setiap orang mempunyai
kekuatan pemahaman berbeda dan berdiri sendiri, menerima bahwa orang mempunyai
kekuatan berbeda dan gaya pemahaman yang kontras.
Menurut Bandler dan Grinder dalam De Potter (1999: 39),
kecerdasan merupakan ungkapan dari cara berpikir seseorang yang dapat dijadikan
modalitas belajar, hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas
belajar yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran pemrosesan dan
komunikasi. Adapun modalitas yang dimiliki oleh setiap individu dibagi menjadi
3 yaitu: modalitas visual, auditorial, dan kinestetikal.
BAB III
PEMBAHASAN
Intervensi perlakuan terhadap anak usia dini menjadi kajian
utama dalam bidang pendidikan pada dasawarsa terakhir ini. Intervensi tersebut
dirasakan perlu sebagai upaya untuk mempersiapkan anak memasuki jenjang
pendidikan selanjutnya. Betapa tidak, pada usia ini yaitu lahir sampai delapan
tahun merupakan rentang usia kritis dan sekaligus strategis dalam proses
pendidikan yang akan mewarnai proses serta hasil pendidikan pada tahap
selanjutnya.
Anak usia dini berada dalam masa keemasan sepanjang rentang
usia perkembangan anak. Usia keemasan merupakan masa dimana anak mulai peka
untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari
lingkungannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Pada masa peka inilah
terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap merespon
pada stimulasi dan berbagai upaya-upaya pendidikan yang dirangsang oleh
lingkungan.
Kebutuhan pokok untuk mengembangkan kecerdasan ada tiga
antara lain adalah: kebutuhan Fisik-Biologis (terutama untuk
pertumbuhan otak, sistem sensorik dan motorik). Emosi-Kasih sayang
(mempengaruhi kecerdasan emosi, inter dan intrapersonal) dan Stimulasi
Dini (merangsang kecerdasan-kecerdasan lain). Ketiga kebutuhan pokok
tesebut harus diberikan secara bersamaan sejak janin di dalam kandungan karena
akan saling berpengaruh.bila stimulasi dalam interaksi sehari-hari kurang
bervariasi maka perkembangan kecerdasan juga kurang bervariasi.
Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi
baru lahir sebaiknya dilakukan sejak janin 6 bulan di dalam kandungan dan
dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem indera. Selain itu harus
pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak
berkomunikasi, serta merangang perasaan yang menyenangkan dan pikiran bayi dan
balita. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus-menerus, bervariasi,
dengan suasana bermain dan kasih sayang, akan memacu berbagai aspek kecerdasan
anak (kecerdasan jamak). Kecerdasan jamak mencakup berbagai kemampuan, yaitu:
- Kecerdasan linguistik
- Kecerdasan logika matematika
- Kecerdasan kinestetika
- Kecerdasan visual spasial
- Kecerdasan naturalistik
- Kecerdasan musikal
- Kecerdasan interpersonal
- Kecerdasan intrapersonal
Dengan stimulasi dini tidak hanya meningkatkan kecerdasan jamak,
tetapi bisa meningkatkan kreativitas anak dengan cara mengajak anak bermain.
Karena melalui kegiatan bermain anak mampu mengembangkan potensi yang tersembunyi
di dalam dirinya secara aman, nyaman dan menyenangkan. Karena bermain adalah
kebutuhan semua anak terlebih lagi bagi anak-anak yang berada di rentang usi
3-6 tahun.
Adapun cara melakukan stimulasi dini yang baik dilakukan
setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita. Misalnya ketika
memandikan, mengganti pokok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak
berjalan-jalan, bermain, menonton TV, di dalam kendaraan dan menjelang tidur.
1.
Stimulasi untuk bayi 0-3 bulan
dengan cara: mengusahakan rasa nyaman, aman dan menyenangkan, memeluk,
menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara, membunyikan
berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan menggerakkan benda
berwarna mencolok (lingkaran atau kotak-kotak hitam-putih), benda-benda
berbunyi, menggulingkan bayi ke kanan-ke kiri, tengkurap, telentang, dirangsang
untuk meraih dan memegang mainan.
2.
Umur 3-6 bulan ditambang dengan
bermain “cilukba”, melihat wajah bayi dan pengasuh di cermin, dirangsang untuk
tengkurap, telentang bolak-balik, duduk.
3.
Umur 6-9 bulan ditambah dengan
memanggil namanya, mengajak bersalaman, tepuk tangan, membacakan dongeng,
merangsang duduk, dilatih berdiri berpegangan.
4.
Umur 9-12 bulan ditambah dengan
mengulang-ulang menyebutkan mama-papa, kakak, memasukkan mainan ke dalam wadah,
minum dari gelas, menggelindingkan bola, dilatih berdiri, berjalan dengan
berpegangan.
5.
Umur 12-18 bulan ditambah dengan
latihan mencoret-coret menggunakan pensil warna, menyusun kubus, balok-balok,
potongan gambar sederhana (puzzle) memasukkan dan mengeluarkan benda-benda
kecil dari wadahnya, bermain dengan boneka, sendok, piring, gelas, teko, sapu,
lap. Latihlah berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur, memanjat tangga,
menendang bola, melepas celana, mengerti dan melakukan perintah-perintah
sederhana (mana bola, pegang ini, masukan itu, ambil itu), menyebutkan nama
atau menunjukkan benda-benda.
6.
Umur 18-24 bulan ditambah dengan
menanyakan, menyebutkan dan menunjukkan bagian-bagian tubuh (mana mata? Hidung?
Telinga? Mulut? dll), menanyakan gambar atau menyebutkan nama binatang dan
benda-benda di sekitar rumah, mengajak bicara tentang kegiatan sehari-hari
(makan, minum mandi, main, minta, dll), latihan menggambar garis-garis, mencuci
tangan, memakai celana-baju, bermain melempar bola, melompat.
7.
Umur 2-3 tahun ditambah dengan
mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat (besar-kecil,
panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit, dll), menyebutkan nama-nama teman,
menghitung benda-benda, memakai baju, menyikat gigi, bermain kartu, boneka,
masak-masakan, menggambar garis, lingkaran, manusia, latihan berdiri di satu
kaki, buang air kecil/besar di toilet.
8.
setelah umur 3 tahun selain
mengembangkan kemampuan-kemampuan umur sebelumnya, stimulasi juga diarahkan
untuk kesiapan bersekolah, antara lain: memegang pensil dengan baik, menulis,
mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana
(buang air kecil/besar di toilet), dan kemandirian (ditinggalkan di sekolah),
berbagi dengan teman, dll. Perangsangan dapat dilakukan di rumah (oleh pengasuh
dan keluarga) namun dapat pula di Kelompok Bermain, Taman Kanak-kanak atau
sejenisnya.
Pentingnya Suasana Ketika
Stimulasi
Stimulasi dilakukan setiap ada kesempatan berinteraksi
dengan bayi-balita, setiap hari, terus menerus, bervariasi, disesuaikan dengan
umur perkembangan kemampuannya, dilakukan oleh keluarga (terutama ibu atau
pengganti ibu).
Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan
dan kegembiraan antara pengasuh dan bayi/balitanya. Jangan memberikan stimulasi
dengan terburu-buru, memaksakan kehendak pengasuh, tidak memperhatikan minat
atua keinginan bayi/balita, atau bayi-balita sedang mengantuk, bosan atau ingin
bermain yang lain. Pengasuh yang sering marah, bosan, sebal, mak atanpa
disadari pengasuh justru memberikan rangsang emosional yang negatif. Karena
pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan pengasuh adalah merupakan
stimulasi yang direkam, diingat dan akan ditiru atau justru menimbulkan
ketakutan bayi-balita.
Pentingnya pola pengasuhan
yang demokratik (otoritatif)
Oleh karena itu interaksi antara pengasuh dan bayi atua
balita harus dilakukan dalam suasana pola asuh yang demokratik (otoritatif).
Yaitu pengasuh harus peka terhadap isyarat-isyarat bayi, artinya memperhatikan
minat, keinginan atau pendapat anak, tidak memaksakan kehendak pengasuh, penuh
kasih sayang, dan kegembiraan, menciptakan rasa aman dan nyaman, memberi contoh
tanpa memaksa, mendorong keberanian untuk mencoba berkreasi, memberikan
penghargaan atau pujian atas keberhasilan atau perilaku yang baik, memberikan
koreksi bukan ancaman atau hukuman bila anak tidak dapat melakukan sesuatu atau
ketika melakukan kesalahan.
Mengapa stimulasi dini bisa
merangsang kecerdasan jamak?
Sel-sel otak janin dibentuk sejak 3-4 bulan di dalam
kandungan ibu, kemudian setelah lahir sampai umur 3-4 tahun jumlahnya bertambah
dengan cepat mencapai milyaran sel, tetapi belum ada hubungan antar sel-sel
tersebut. Mulai kehamilan 6 bulan, dibentuklah hubungan antar sel, sehingga
membentuk rangkaian fungsi-fungsi. Kualitas dan kompleksitas rangkaian hubungan
antar sel-sel otak ditentukan oleh stimulasi (rangsangan) yang dilakukan oleh
lingkungan kepada bayi-balita tersebut.
Semakin bervariasi rangsangan yang diterima bayi-balita
maka semakin kompleks hubungan antar sel-sel otak. Semakin sering dan teratur
rangsangan yang diterima, maka semakin kuat maka hubungan antar sel-sel otak
tersebut. Semakin kompleks dan kuat hubungan antar sel-sel otak, maka semakin
tinggi dan bervariasi kecerdasan anak di kemudian hari, bila dikembangkan terus
menerus, sehingga anak akan mempunyai banyak variasi kecerdasan (multiple inteligensia).
Bagaimana cara merangsang
kecerdasan jamak?
Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbal ajaklah
bercakap-cakap, bacakan cerita berulang-ulang, rangsang untuk berbicara dan
bercerita, menyanyikan lagu anak-anak, dll.
Latih kecerdasan
logika-matematik dengan mengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitung
mainan, bermain angka, halma, congklak, sempoa, catur, kartu, teka-teki, puzzle,
monopoli, permainan komputer, dll.
Kembangkan kecerdasan visual-spatial
dengan mengamati gambar, foto, merangkai dan membongkar lego, menggunting,
melipat, menggambar, halma, puzzle, rumah-rumahan, permainan komputer, dll.
Melatih kecerdasan gerak
tubuh dengan berdiri satu kaki, jongkok, membungkuk, berjalan di atas satu
garis, berlari, melompat, melempar, menangkap, latihan senam, menari, olahraga
permainan, dll.
Merangsang kecerdasan musikal
dengan mendengarkan musik, bernyanyi, memainkan alat musik, mengikuti irama dan
nada.
Melatih kecerdasan emosi
inter-personal dengan bermain bersama dengan anak yang lebih tua dan lebih
muda, saling berbagi kue, mengalah, meminjam mainan, bekerja sama membuat
sesuatu, permainan mengendalikan diri, mengenal berbagai suku, bangsa, budaya,
agama melalui buku, TV, dll.
Melatih kecerdasan emosi
intra-personal dengan menceritakan perasaan, keinginan, cita-cita,
pengalaman, berkhayal, mengarang ceritera, dll.
Merangsang kecerdasan naturalis dengan menanam biji hingga
tumbuh, memelihara tanaman dalam pot, memelihara binatang, berkebun, wisata di
hutan, gunung, sungai, pantai, mengamati langit, awan, bulan, bintang, dll.
Bila anak mempunyai potensi bawaan berbagai kecerdasan dan
dirangsang terus-menerus sejak kecil dengan cara yang menyenangkan dan jenis
yang bervariasi maka anak kita akan mempunyai kecerdasan yang jamak.
Bagaimana cara mengembangkan
kreativitas anak?
Kreativitas dibutuhkan oleh manusia untuk menyelesaikan
berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kreativitas harus dikembangkan
sejak dini. Banyak keluarga yang tidak menyadari bahwa sikap orang tua yang
otoriter (diktator) terhadap anak akan mematikan bibit-bibit kreativitas anak,
sehingga ketika menjadi dewasa hanya mempunyai kreativitas yang sangat terbatas.
Bagaimana peran orang tua
untuk mengembangkan kreativitas anak?
Kreativitas anak akan berkembang jika orang tua selalu
bersikap otoritatif (demokratik), yaitu: mau mendengarkan omongan anak,
menghargai pendapat anak, mendorong anak untuk berani mengungkapkannya. Jangan
memotong pembicaraan anak ketika ia ingin mengungkapkan pikirannya. Jangan
memaksakan pada anak bahwa pendapat orang tua paling benar, atau melecehkan
pendapat anak.
Orang tua harus mendorong anak untuk berani mencoba
mengemukakan pendapat, gagasan, melakukan sesuatu atau mengambil keputusan
sendiri (asalkan tidak membahayakan atau merugikan orang lain atau diri
sendiri). Jangan mengancam atau menghukum anak kalau pendapat atau perbuatannya
dianggap salah oleh orang tua. Anak tidaklah salah, mereka umumnya belum tahu,
dalam tahap belajar. Oleh karena itu tanyakan mengapa mereka berpendapat atau
berbuat demikian, beri kesempatan untk mengemukakan alasan-alasan. Berikan
contoh-contoh, ajaklah berpikir, jangan didikte atau dipaksa, biarkan mereka
yang memperbaikinya dengan caranya sendiri. Dengan demikian tidak mematikan
keberanian mereka untuk mengemukakan pikiran, gagasan, pendapat atau melakukan
sesuatu.
Selain itu orang tua harus mendorong kemandirian anak dalam
melakukan sesuatu, menghargai usaha-usaha yang telah dilakukannya, memberikan
pujian untuk hasil yang telah dicapainya walau sekecil apapun. Cara-cara ini
merupakan salah satu unsur penting pengembangan kreativitas anak.
Keluarga harus merangsang anak untuk tertarik mengamati dan
mempertanyakan tentang berbagai benda atau kejadian di sekeliling kita, yang
mereka degar, lihat, rasakan atau mereka pikirkan dalam kehidupan sehari-hari. Orang
tua harus menjawab dengan cara menyediakan sarana yang semakin merangsang anak
berpikir lebih dalam, misalnya dengan memberikan gambar-gambar, buku-buku.
Jangan menolak, melarang atau menghentikan rasa ingin tahu anak, asalkan tidak
membahayakan dirinya atau orang lain.
Orang tua harus memberi kesempatan anak untuk mengembangkan
khayalan, merenung, berfikir dan mewujudkan gagasan anak dengan cara
masing-masing. Biarkan mereka bermain, menggambar, membuat bentuk-bentuk atau
warna-warna dengan cara yang tidak lazim, tidak logis, tidak realistis atau
belum pernah ada. Biarkan mereka menggambar sepeda dengan roda segi empat,
langit berwarna merah, daun berwarna biru. Jangan banyak melarang, mendikte,
mencela, mengecam, atau membatasi anak.berilah kebebasan, kesempatan, dorongan,
penghargaan atau pujian untuk mencoba suatu gagasan, asalkan tidak membahayakan
dirinya atau orang lain.
Semua hal-hal tersebut akan merangsang perkembangan fungsi
otak kanan yang penting untuk kreativitas anak yaitu: berfikir divergen
(meluas), intuitif (berdasarkan intuisi), abstrak, bebas, simultan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Jika menginginkan anak dengan kecerdasan jamak harus
dilakukan perangsangan sejak bayi setiap hari pada semua sistem indera
(pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan), dengan mengajak
berbicara, bermain untuk merangsang perasaan dan pikiran, merangsang gerak
kasar dan halus pada leher, tubuh, kaki, tangan dan jari-jari).
Cara melakukan stimulasi harus disesuaikan dengan umur dan
tahapan tumbuh-kembang anak. Stimulasi dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi
dengan bayi/balita, misalnyaketika memandikan, mengganti popok, menyusui,
menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton TV,
di dalam kendaraan, menjelang tidur, atau kapan pun dan dimanapun ketika anda
dapat berinteraksi dengan balita anda. Selanjutnya dapat ditambah melalui
Kelompok Bermain, Taman Kanak-kanak dan sejenisnya.
Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan,
yaitu pola asuh yang otoritatif (demokratif). Artinya: pengasuh harus peka terhadap
isyarat-isyawarat bayi, memperhatikan minat, keinginan atau pendapat anak,
tidak memaksakan kehendak pengasuh, penuh kasih sayang, dan kegembiraan,
menciptakan rasa aman dan nyaman, memberi contoh tanpa memaksa, mendorong
keberanian untuk mencoba berkreasi, memberikan penghargaan aau pujian atas
keberhasilan atau perilaku yang baik, memberikan koreksi bukan ancaman atau
hukuman bila anak tidak dapat melakukan sesuatu atau ketika melakukan
kesalahan.
Pola asuh otoritatif penting untuk mengembangkan
kreativitas anak. Dengarkan omongan anak, dorong anak untuk berani mengucapkan
pendapatnya, hargai pendapat anak, jangan memotong pembicaraan anak, jangan
memaksakan pendapat orang tua atau melecehkan pendapat anak.
Rangsanglah anak untuk tertarik mengamati dan
mempertanyakan tentang berbagai hal di lingkungannya, beri kebebasan dan
dorongan untuk mengembangkan khayalan, merenung, berpikir, mencoba dan
mewujudkan gagasan. Berikan pujian untuk hasil yang telah dicapainya walau
sekecil apapun. Jangan menghentikan rasa ingin tahu anak, jangan banyak
mengancam atua menghukum, beri kesempatan untuk mencoba, asalkan tidak
membahayakan dirinya atau orang lain.
B.
Saran
1.
Bagi Guru
Para guru disarankan menambah pengetahuan
dan wawasan tentang manfaat stimulasi dini dan cara melakukan stimulasi dini dengan
baik sehingga dapat mengembangkan kecerdasan jamak dan kreativitas anak.
2.
Bagi Lembaga/Yayasan
Diharapkan dapat mengembangkan
kecerdasan jamak dan kreativitas yaitu dengan cara stimulasi dini yang baik
terhadap anak usia dini sehingga kelak dapat dicontoh oleh sekolah-sekolah
lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Syah M. (2000). Psikologi
Pendidikan. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Yuliani Nurani Sujiono, Dr, M.Pd. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT. Indeks.
No comments:
Post a Comment