Saturday, May 26, 2018

Laporan Studi Kasus Observasi di TK

BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke beberapa arah, yaitu pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan dan sosioemosional.
Pendidikan anak usia dini memiliki peran yang sangat penting seperti yang tertuang dalam UU PA (Undang Undang Pendidikan Anak), yaitu anak mempunyai hak untuk tumbuh, berkembang, bermain, beristirahat, berekreasi dan belajar dalam suatu pendidikan. Jadi, belajar adalah hak, bukan kewajiban. Karena belajar adalah hak, maka belajar harus menyenangkan, kondusif, dan memungkinkan anak menjadi termotivasi dan antusias.
Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini adalah aspek pengembangan perilaku dengan pembiasaan meliputi sosial, emosi, kemandirian, nilai moral dan agama, serta pengembangan kemampuan dasar, yang meliputi pengembangan bahasa, kognitif, seni, dan fisik motorik Usia dini merupakan masa keemasan (golden age). Oleh karena itu, pendidikan pada masa ini merupakan pendidikan yang sangat fundamental dan sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Anak-anak mendapat kesempatan untuk mengembangkan kreativitas melalui kegiatan yang ekspresif, bermain seni dan gerakan, guna mengembangkan gerakan motoriknya. Apabila anak mendapatkan stimulus yang baik, maka seluruh aspek perkembangan anak akan berkembang secara optimal. Oleh karena itu pendidikan anak usia dini harus dapat merangsang seluruh aspek perkembangan anak baik perkembangan perilaku, bahasa, kognitif, seni maupun fisik motorik
Taman Kanak-kanak (TK)/Raudlatul Athfal (RA) merupakan salah  satu lembaga pendidikan yang sangat penting, karena TK adalah salah satu lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan anak usia 4 – 6 tahun, dimana pada usia tersebut merupakan masa peka bagi anak dalam menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa  untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, nilai-nilai agama, emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan sosial.
Anak TK/RA adalah sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan dan mereka juga individu yang unik, artinya sikap anak yang satu berbeda dengan anak  yang lain baik itu dari segi fisik, psikis, kecerdasan, minat, bakat, emosi, dan sosial anak.
Berdasarkan keunikan/perbedaan tersebut timbullah berbagai permasalahan pada anak yang dapat menghambat perkembangan anak. Permasalahan itu dapat dilihat melalui perilaku anak saat mengikuti proses Pembelajaran atau pada saat anak bermain. Perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-sehari anak di sekolah salah satunya adalah anak pendiam, sering menangis, penakut, tidak mau berteman/bermain dengan teman sebayanya. Oleh karena itu pernulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang anak yang mengalami penyesuaian diri.

B. Tujuan Studi Kasus
            Tujuan dari studi kasus ini pada lembaga TK adalah menemukan penyebab anak menjadi pendiam, atau kurang penyesesuaian diri merumuskan alternatif pemecahan masalahnya, dan melaksanakan solusi penanganannya sekaligus sebagai pembelajaran bagi kami. Hal ini dilakukan agar kami sebagai  mahasiswa mengetahui secara langsung kasus-kasus yang dialami anak didik dengan melakukan praktek secara langsung melakukan bimbingan dan konseling dengan menentukan langkah penanganan yang tepat dengan kondisi anak yang mengalami kesulitan atau permasalahan tersebut.

C. Manfaat
Bagi Penulis Studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan yang didapat selama perkuliahan serta dapat mengaplikasikan dalam penanganan kasus krisis penyesuaian diri anak.
Bagi Lembaga Pendidikan TK Studi kasus ini diharapkan mampu menjadikan acuan dan berguna untuk memberikan informasi, pengetahuan dan ilmu baru bagi kemajuan dibidang bimbingan sebagai bahan referensi guna pengembangan ilmu pengetahuan.


















BAB II
PEMBAHASAN


A. Deskripsi Anak TK
1.      Pengertian Anak TK
Anak merupakan individu yang unik dimana masing-masing memiliki bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu sama lain. Di samping memiliki kesamaan, anak juga memiliki keunikan tersendiri seperti dalam gaya belajar, minat, dan latar belakang keluarga. Meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi, namun pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain.
Anak di bawah usia 5 tahun bisa dengan mudah menyerap informasi dalam jumlah yang luar biasa banyaknya. Pada anak yang berusia kurang dari 4 tahun akan lebih mudah dan lebih efektif. Di bawah 3 tahun bahkan jauh lebih mudah lagi dan jauh lebih efektif. Dan di bawah 2 tahun merupakan usia yang paling mudah menyerap dan paling efektif untuk menyerap informasi. Anak di bawah usia 5 tahun mempunyai energi yang sangat besar. Anak di bawah usia 5 tahun mempunyai keinginan belajar yang sangat besar (Aulia, 2011:62)
Anak usia Taman Kanak-kanak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan yang sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar.
Seorang anak sudah dapat melihat sejak lahir. Seorang anak sudah dapat berkomunikasi sejak lahir dengan menangis, ekspresi muka dan gerakan-gerakan. Apabila anak berinteraksi dengan lingkungan berarti sekaligus anak dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan. Dengan demikian hubungan anak dengan lingkungan, bersifat timbal balik, baik yang bersifat perkembangan psikologis maupun pertumbuhan dan perkembangan fisik.
Perkembangan kognitif dan sosial dipengaruhi oleh pertumbuhan sel otak dan perkembangan hubungan antar sel otak. Kondisi kesehatan dan gizi anak walaupun masih dalam kandungan itu akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Menurut Coughlin (dalam Sujiono dan Sujiono, 2010:24) ciri-ciri umum anak dalam rentang usia 3-6 tahun, diantaranya:
1)      Anak-anak pada usia tersebut menunjukkan perilaku yang bersemangat, menawan, dan sekaligus tampak kasar pada saat-saat tertentu.
2)     Anak mulai berusaha untuk memahami dunia di sekeliling mereka walaupun mereka masih sulit untuk membedakan antara khayalan dan kenyataan.
3)     Pada suatu situasi tertentu anak tampak sangat menawan dan dapat bekerja sama dengan teman dan orang lain tetapi pada saat yang lain mereka menjadi anak yang pengatur dan penuntut.
4)     Anak mampu mengembangkan kemampuan berbahasa dengan cepat, mereka seringkali terlihat berbicara sendiri dengan suara keras ketika mereka memecahkan masalah atau menyelesaikan suatu kegiatan, serta
Secara fisik, anak memiliki tenaga yang besar tetapi rentang konsentrasinya pendek sehingga cenderung berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lain.
2.      Karakteristik Anak TK
Pandangan para ahli pendidikan tentang anak cenderung berubah dari waktu kewaktu, dan berbeda satu sama lain sesuai dengan landasan teori yang digunakannya. Ada yang memandang anak sebagai makhluk yang sudah terbentuk oleh bawaannya atau memandang anak sebagai makhluk yang dibentuk oleh lingkungannya. Ada ahli lain yang  menganggap anak sebagai miniatur orang dewasa, dan ada pula yang memandang anak sebagai individu yang berbeda  total dari orang dewasa.
Anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Ia memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Ia sangat aktif, dinamis, antusias, dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarkannya, serta seolah-olah tak pernah berhenti belajar.
Pada hakikatnya anak adalah makhluk individu yang membangun sendiri pengetahuannya. Itu artinya guru dan pendidik anak usia dini lainnya tidaklah dapat menuangkan air begitu saja ke dalam gelas yang seolah-olah kosong melompong. Anak lahir dengan membawa sejumlah potensi yang siap untuk ditumbuhkembangkan asalkan lingkungan menyiapkan situasi dan kondisi yang dapat merangsang kemunculan dari potensi yang tersembunyi tersebut (Sujiono, 2009:55).
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentangan usia 0 tahun (dari lahir) sampai 8 tahun. Anak usia pra sekolah merupakan kelompok anak berusia sekitar 4-6 tahun yang merupakan bagian dari anak usia dini. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan dari 50% menjadi 80% (Departemen Pendidikan Nasional, 2004:1).
Pada masa anak usia dini merupakan periode kritis dalam perkembangan anak. Hasil kajian neurologi menunjukkan bahwa pada saat lahir otak bayi membawa potensi sekitar 100 milyar yang pada proses berikutnya sel-sel dalam otak tersebut berkembang dengan begitu pesat dengan menghasilkan bertrilyun-trilyun sambungan antar neuron. Supaya mencapai perkembangan optimal sambungan ini harus diperkuat melalui berbagai rangsangan psikososial, karena sambungan yang tidak diperkuat akan mengalami penyusutan dan musnah (Jalal dalam Wahyudin dan Agustin, 2010:2)
Anak usia dini merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal (Departemen Pendidikan Nasional, 2004:1)
Banyak teori perkembangan yang dihasilkan oleh para ahli; suatu teori mempunyai perbedaan dan persamaan dengan teori lainnya serta terjadinya perubahan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, Solehuddin (2002) mengidentifikasikan sejumlah karakteristik anak usia prasekolah sebagi berikut.
1)      Anak bersifat unik. Anak sebagai seorang individu berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan ini dapat dilihat dari aspek bawaan, minat, motivasi dan pengalaman yang diperoleh dari kehidupannya masing-masing. Ini berarti bahwa walaupun ada acuan pola perkembangan anak secara umum, dan kenyataan anak sebagai individu berkembang dengan potensi yang berbeda-beda.
2)      Anak mengekspresikan prilakunya secara relatif spontan. Ekspresi perilaku secara spontan oleh anak akan menampakan bahwa perilaku yang dimunculkan anak bersifat asli atau tidak ditutup-tutupi. Dengan kata lain tidak ada penghalang yang dapat membatasi ekspresi yang dirasakan oleh anak. Anak akan membantah atau menentang kalau ia merasa tidak suka. Begitu pula halnya dengan sikap marah, senang, sedih, dan menangis kalau ia dirangsang oleh situasi yang sesuai dengan ekspresi tersebut.
3)      Anak bersifat aktif dan energik. Bergerak secara aktif bagi anak usia prasekolah merupakan suatu kesenangan yang kadang kala terlihat seakan-akan tidak ada hentinya. Sikap aktif dan energik ini akan tampak lebih intens jika ia menghadapi suatu kegiatan yang baru dan menyenangkan.
4)      Anak itu egosentris. Sifat egosentris yang dimiliki anak menyebabkan ia cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingan sendiri.
5)      Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. Anak pada usia ini juga mempunyai sifat banyak memperhatikan, membicarakan dan mempertanyakan berbagai hal yang dilihat dan didengarnya terutama berkenaan dengan hal-hal yang baru.
6)      Anak bersifat eksploratif dan petualang. Ada dorongan rasa ingin tahu yang sangat kuat terhadap segala sesuatu, sehingga anak lebih anak lebih senang untuk mencoba, menjelajah, dan ingin mempelajari hal-hal yang baru. Sifat seperti ini misalnya, terlihat pada saat anak ingin membongkar  pasang alat-alat mainan yang ada.
7)      Anak umumnya kaya dengan fantasi. Anak menyenangi hal yang bersifat imajinatif. Oleh karena itu, mereka mampu untuk bercerita melebihi pengalamannya. Sifat ini memberikan implikasi terhadap pembelajaran bahwa bercerita dapat dipakai sebagai salah satu metode belajar.
8)      Anak masih mudah frustrasi. Sifat frustrasi ditunjukkan dengan marah atau menangis apabila suatu kejadian tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Sifat ini juga terkait dengan sifat lainnya seperti spontanitas dan egosentris.
9)      Anak masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu. Apakah suatu aktivitas dapat berbahaya atau tidak terhadap dirinya, seorang anak bahaya belum memiliki pertimbangan yang matang untuk itu. Oleh karena itu lingkungan anak terutama untuk kepentingan pembelajaran perlu terhindar dari hal atau keadaan yang membahayakan.
10)  Anak memiliki daya perhatian yang pendek. Anak umumnya memiliki daya perhatian yang pendek kecuali untuk hal-hal yang sangat disenanginya.
11)  Anak merupakan usia belajar yang paling potensial Dengan mempelajari sejumlah ciri dan potensi yang ada pada anak, misalnya rasa ingin tahu, aktif, bersifat eksploratif dan mempunyai daya ingat lebih kuat, maka dapat dikatakan bahwa pada usia anak-anak terdapat kesempatan belajar yang sangat potensial. Dikatakan potensial karena pada usia ini anak secara cepat dapat mengalami perubahan yang merupakan hakikat dari proses belajar. Oleh karena itu, lingkungan pembelajaran untuk anak perlu dikembangkan sesuai potensi yang dimilikinya.
12)  Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman. Anak mempunyai keinginan yang tinggi untuk berteman. Anak memiliki kemampuan untuk  bergaul dan bekerjasama dengan teman lainnya.
                        (http://www.scribd.com/doc/43291483/Karakteristik-Anak-TK)
Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang periode usia dini merupakan periode yang penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Maria Montessori (Elizabeth B. Hurlock, 1978:3) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Misalnya masa peka berbicara pada periode ini tidak terpenuhi maka anak akan mengalami kesukaran dalam berbahasa untuk periode selanjutnya.
Masa-masa sensitif anak pada usia ini mencakup sensitif pada :
a.      Keteraturan lingkungan
b.      Mengeksplorasi lingkungan dengan lidah dan tangan.
c.      Berjalan
d.      Sensitif terhadap obyek-obyek kecil dan detil
e.      Sensitif terhadap aspek-aspek sosial kehidupan

B. Identifikasi Kasus
Dalam memudahkan kami untuk mengadakan studi kasus yang terjadi pada TK Bhayangkari 11 Kab. Purwakarta, adalah 1 (satu) anak  dari sekian  anak didik kami dengan data sebagai berikut:
Nama                                       : RAGIL AGUSTINO
Jenis Kelamin                          : Laki-laki
Tempat Tgl Lahir                     : Purwakarta, 04 April 2009
Kelompok                                : B
Jarak dari rumah ke sekolah    : 5 KM
Nama Ayah                             : Ahmad
Nama Ibu                                : Sri Ngati Ningsih
Pekerjaan Ayah                       : Swasta
Pekerjaan Ibu                          : Swasta
Pendidikan Ayah                    : MI
Pendidikan Ibu                        : SMA

C. Gambaran Umum Kasus
            Dari pengamatan dan Observasi kami telah diperoleh data melalui penilaian sehari-hari di lembaga pada waktu proses pembelajaran baik dalam kelas maupun di luar kelas adalah sebagai berikut:
§  Sering berada di luar kelas pada waktu proses pembelajaran
§  Tidak mau berpisah dengan ibu pada waktu dalam kelas
§  Selama proses pembelajaran selalu minta panduan
§  Sering menangis,rewel,ngambek
§  Sering tidak mengikuti aktivitas pembelajaran didalam  maupun di luar kelas
§  Tidak mau berinteraksi atau bergaul dengan teman yang lain
§  Sering menyendiri
Penanganan anak yang mengalami gangguan penyesuaian diri :
1)      Menerima anak dengan baik termasuk kekurangan dan kelemahannya
2)      Mampu memberikan pujian
3)      Memperlakukan anak secara bijaksana yang diwarnai dengan kejujuran
4)      Menciptakan suasana yang aman
5)      Menciptakan suasana hidup yang penuh toleransi
6)      Memberi anak perhatian secara khusus setiap anak melakukan tugas-tugasnya.
7)      Menempatkan anak pada kegiatan kelompok.
8)      Memberi kesempatan pada anak untuk maju kedepan untuk menyiapkan do’a
9)      Melalui permainan yang membuat anak senang
10)  Menciptakan komunikasi antara guru dan orang tua dalam membimbing anak


BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Dari permasalahan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak pendiam atau kurang penyesuaian diri harus mendapatkan penanganan tidak hanya dari guru saja, melainkan juga membutuhkan dukungan dari orang tua sehingga mampu mengurangi bahkan menghilangkan trauma ketakutan yang menjadikannya pendiam atau kurang penyesuaian diri

B.  Saran
Disarankan kepada guru, agar terus melakukan pengamatan perkembangan anak didiknya yang bermasalah tanpa meninggalkan tanggung jawab kepada anak yang lain, dan harus mampu menggali potensi untuk memberikan media pembelajaran agar anak terus tertarik untuk berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar.
Kepada orangtua, disarankan agar mengurangi bahkan merubah pola asuh yang mungkin dapat menyebabkan anak menjadi terganggu perkembangan mentalnya, misalnya tidak mudah membentak, tidak mudah melarang hal yang dilakukan anak selagi aman dan terkendali, sering mengajak berbincang tentang dunia anak dan sering memberikan pujian agar anak merasa bahwa dirinya disayang oleh keluarganya.





DAFTAR PUSTAKA



Aulia. (2011). Mengajarkan Balita Anda Membaca.  Jogjakarta: Intan Media

http://www.scribd.com/doc/43291483/Karakteristik-Anak-TK

Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan Anak Jilid I (terjemahan). Jakarta: Erlangga

Sujiono, Y. (2009). Konsep Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.

Sujiono, Y.N dan Sujiono, B. (2010). Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak.  Jakarta: Indeks

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wahyudin, U. dan Agustin, M. (2011). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: Refika Aditama


No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive