A. Multimedia Interaktif
1.
Pengertian
Multimedia
Multimedia berasal dari
kata multi dan media. Multi berasal dari bahasa Latin, yaitu nouns yang berarti banyak atau
bermacam-macam, sedangkan
kata media berasal dari bahasa Latin, yaitu medium
yang berarti perantara atau sesuatu yang dipakai untuk menghantarkan,
menyampaikan, atau membawa sesuatu (Munir, 2013:2)
Geyeskyi 1993 dalam
Munir (2013:2) mendefinisikan, “multimedia adalah kumpulan media berbasis komputer
dari sistem komunikasi yang memiliki peran untuk membangun, menyimpan,
menghantarkan dan menerima informasi dalam bentuk teks, grafik, audio, video
dan sebagainya”. Menurut Azhar (1997:170) secara sederhana, “definisi multimedia dapat
diartikan sebagai lebih dari satu media”. Hal
itu bisa berupa kombinasi antara teks, grafis, animasi, suara dan video.
Menurut Arianty dan
Haryono (2010:25) secara umum multimedia terbagi menjadi dua alur, yaitu : (a) Multimedia
linier adalah multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun
yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekunsial
(berurutan), contohnya
: TV dan film; (b) Multimedia interaktif adalah multimedia yang dilengkapi
dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna/user, sehingga
pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh
multimedia interaktif yaitu multimedia pembelajaran interaktif, keping CD
pembelajaran interaktif, aplikasi game,
dan powerpoint. Multimedia interaktif merupakan multimedia berbasis komputer.
Dari beberapa pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa multimedia sebenarnya adalah suatu istilah
generik bagi suatu media yang menggabungkan berbagai macam media baik untuk
tujuan pembelajaran maupun bukan. Keragaman media ini meliputi teks, audio,
animasi, video, bahkan simulasi.
2. Pengertian Multimedia Interaktif
Multimedia Interaktif
adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat
dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang
dikehendaki untuk proses selanjutnya (Daryanto, 2013:51). Menurut Munir (2013:110), “Multimedia
Interaktif adalah suatu tampilan multimedia yang dirancang oleh designer agar
tampilannya memenuhi fungsi menginformasikan pesan dan memiliki interaktifitas
kepada penggunanya (user)”.
Philips, 1997 dalam Munir (2013:111) mengartikan, “multimedia
interaktif sebagai sebuah frase yang menggambarkan gelombang baru piranti lunak
komputer terutama yang berkaitan dengan bagian informasi”. Sedangkan
Elsom-Cook, 2001 dalam Munir (2013:110) mendefinisikan, “multimedia ineraktif
adalah kombinasi dari berbagai komunikasi saluran menjadi menjadi pengalaman
komunikatif terkoordinasi yang bahasa lintas-channel yang terintegrasi
penafsiran tidak ada”.
Pengertian interaktif terkait dengan
komunkasi dua arah atau lebih dari komponen-komponen komunikasi. Komunikasi
dalam multimedia interaktif (berbasis komputer) merupakan
hubungan manusia (sebagai user/pengguna produk) dengan komputer (software/apliksi/produk dalam format
file tertentu, biasanya dalam bentuk CD). Dengan demikian, produk/CD/aplikasi
yang diharapkan memiliki hubungan dua arah/timbal balik antara
software/aplikasi dengan user (Harto,
2008:3) dalam http://lutfizulfi_wordpress.com/2010/08/08/ pembelajaran-interaktif-berbasis-multimedia/
Dari beberapa uraian di atas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa multimedia interaktif merupakan suatu tampilan
multimedia yang dirancang agar tampilannya memenuhi fungsi menginformasikan
pesan dan memiliki interaksi kepada penggunanya/user. Tampilan multimedia
merupakan gabungan dari media audio dan visual yang terdiri dari teks, grafis,
gambar, foto, audio, video maupun animasi yang terintegrasi dan telah dikemas
menjadi file digital (komputerisasi).
3.
Karekteristik
Multimedia Interaktif
Karakteristik Multimedia interaktif dalam pembelajaran
menurut Munir (2013:115) yaitu: (1) Memiliki lebih dari satu media yang
konvergen, misalnya menggabungkan unsur audio dan visual; (2) Bersifat
interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasikan respon
pengguna; dan (3) Bersifat mandiri dalam pengertian memberi kemudahan dan
kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan tanpa
bimbingan orang lain.
Sedangkan menurut Ariani dan Haryanto, (2010:27),
karakteristik media interaktif adalah sebagai berikut: (1) Memiliki lebih dari
satu media yang konvergen, misalnya menggabungkan unsur audio dan visual; (2)
Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasi
respon pengguna; (3) Bersifat mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan dan
kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan tanpa
bimbingan orang lain; (4) Mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengontrol laju kecepatan belajarnya sendiri; (5) Memperhatikan bahwa
peserta didik mengikuti suatu urutan yang koheren dan terkendali.
Karakterisrik media interaktif menurut (Harto dalam Hakim dan
Purnama, 2012:55) yaitu terkait dengan komunikasi 2 arah atau lebih dari komponen-komponen
komunikasi. Komponen komunikasi dalam multimedia interaktif (berbasis komputer)
adalah hubungan antara manusia (sebagai user/pengguna produk) dan komputer
(software/aplikasi/produk dalam format file tertentu, biasanya dalam bentuk
CD). Dengan demikian produk/CD/aplikasi yang diharapkan memiliki hubungan 2
arah/timbal balik antara software/aplikasi dengan usernya.
Dari uraian di atas multimedia interaktif memiliki
karakteristik khusus yaitu dilengkapi alat pengontrol sehingga terdapat
interaksi antara pengguna/user dengan tampilan multimedia interaktif. Dengan interaktivitas yang dimiliki
oleh multimedia interaktif, maka multimedia interaktif dapat dikembangkan untuk
berbagai kepentingan, salah satunya sebagai media pembelajaran. Sebagai media pembelajaran, tampilan
multimedia interaktif memenuhi fungsi menyampaikan materi pelajaran kepada
siswa dan bersifat interaktif.
4. Manfaat Multimedia Interaktif
Manfaat penggunaan multimedia interaktif menurut
Ariani & Haryono (2010:26) adalah, “proses pembelajaran jelas lebih menarik, lebih interaktif, jumlah
waktu mengajar (ceramah) dapat dikurangi, kualitas belajar peserta didik dapat
lebih termotivasi dan terdongkrak dan belajar mengajar dapat dilakukan dimana
dan kapan saja (sangat fleksibel), serta sikap dan perhatian belajar siswa
dapat ditingkatkan dan dipusatkan”. Menurut Sucipta (2010:1-2), secara umum
manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih
efektif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat
ditingkatkan dan proses belajar mengajar dapat dilakukan di mana dan kapan
saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan.
Susilana, dkk (2007:18) menerangkan manfaat multimedia yaitu, “Apabila multimedia pembelajaran dipilih, dikembangkan dan
digunakan secara tepat dan baik, akan memberi manfaat yang sangat besar bagi
para guru dan siswa. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif,
jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat
ditingkatkan dan proses belajar mengajar dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap
belajar siswa dapat ditingkatkan.”
5.
Keunggulan
Multimedia Interaktif
Daryanto (2013:52)
mengemukakan bahwa keunggulan multimedia pembelajaran yaitu: (a) Memperbesar benda yang
sangat kecil dan tidak tampak oleh mata, seperti kuman, bakteri, elektron, dan lain-lain; (b) Memperkecil
benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan ke sekolah, seperti gajah,
rumah, gunung, dan lain-lain; (c) Menyajikan benda atau peristiwa yang
kompleks, rumit
dan berlangsung cepat atau lambat, seperti sistem tubuh manusia, bekerjanya
suatu mesin, beredarnya planet Mars, berkembangnya bunga dan lain-lain; (d) Menyajikan
benda atau peristiwa
yang jauh, seperti bulan, bintang, salju dan lain-lain; (e) Menyajikan benda
atau peristiwa yang berbahaya, seperti letusan
gunung berapi, harimau, racun, dan lain-lain; (f) Meningkatkan daya tarik dan
perhatian siswa.
Sedangkan menurut Munir
(2013:113) kelebihan menggunakan multimedia interaktif dalam pembelajaran
diantaranya: (a) Sistem
pembelajaran lebih inovatif
dan interaktif; (b) Pendidik akan selalu dituntut untuk kreatif inovatif dalam
mencari terobosan pembelajaran; (c) Mampu menggabungkan antara teks, gambar,
audio, musik, animasi gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling
mendukung guna tercapainya tujuan pembelajaran; (d) Menambah motivasi peserta didik selama proses
belajar mengajar hingga didapatkan tujuan
pembelajaran yang diinginkan; (e) Mampu memvisualisasikan materi yang selama
ini sulit untuk diterangkan hanya sekedar dengan penjelasan atau alat peraga
yang konvensional; (f) Melatih peserta didik lebih mandiri
dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.
Menurut Swajati
(2005:11) pemanfaatan multimedia interaktif yaitu: (a) Mampu menampilkan
multimedia dengan file yang lebih besar; (b) Jauh lebih hemat
dibandingkan pemanfaatan
media secara online; (c) Tingkat interaktivitasnya tinggi karena lebih banyak
pengalaman belajar melalui teks audio, video, hingga animasi yang dikemas dengan tayangan gambar
yang ditampilkan bersama judul dan narasi suara dan penampilan tingkah laku
atau proses yang kompleks.
Berdasarkan uraian di atas, maka multimedia interaktif
mempunyai banyak kelebihan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai media dalam
pembelajaran. Adapun manfaat kegunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran
yaitu: (a) Proses pembelajaran lebih menarik karena tampilannya berupa dari
teks, grafis, gambar, foto, audio, video maupun animasi; (b) Efisien waktu yang
digunakan; (c) Meningkatkan aktivitas siswa; (d) Bersifat interaktif, terdapat
interaksi antara media dan pengguna/user.
Meskipun multimedia
interaktif mempunyai banyak kelebihan dan manfaat, tetapi dalam penggunaan
multimedia interaktif dalam pembelajaran juga harus mengingat dan
mempertimbangkan kelemahan yang dimiliki oleh multimedia interaktif tersebut. Adapun
kekurangan/kelemahan multimedia interaktif menurut Swajati (2010) diantaranya
yaitu: (a) Design yang buruk menyebabkan kebingungan sehingga pesan tidak dapat
tersampaikan dengan baik; (b) Kendala bagi orang dengan kemampuan
terbatas/cacat/disable; (c) Tuntutan
terhadap spesifikasi komputer yang memadai.
Oleh karena itu,
seorang guru harus jeli dalam memilih media dalam pembelajaran. Guru harus
dapat memaksimalkan manfaat/kegunaannya dan meminimalkan kelemahan yang
dimiliki oleh media tersebut. Guru juga
harus dapat mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan dari media yang digunakan.
6.
Langkah-langkah Penerapan Multimedia Interaktif
Untuk menerapkan
penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran diperlukan langkah-langkah
yang tepat agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Adapun
langkah-langkah dalam menerapkan multimedia interaktif dalam kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut :
a.
Persiapkan tema atau bahan materi ajar
yang akan disampaikan.
b.
Persiapkan perlengkapan multimedia
interaktif yang akan digunakan.
c.
Kondisikan kelas seperti lampu sehingga
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
d.
Kondisikan siswa agar selama kegiatan
pembelajaran dilaksanakan dapat mengikuti dengan baik.
Langkah-langkah dalam
menerapkan multimedia interaktif dalam kegiatan pembelajaran tersebut dilakukan
sebagai salah satu upaya agar pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai.
B. Hasil Belajar
1.
Pengertian
Hasil Belajar
Untuk
menentukan ketuntasan belajar siswa digunakan instrumen tes hasil belajar
siswa. Penentuan ketuntasan berdasarkan penilaian acuan patokan, yaitu sejauh
mana acuan yang ditargetkan dapat dikuasai siswa dengan cara menghitung proporsi
jumlah siswa yang menjawab benar dibagi dengan jumlah siswa seluruhnya
(Trianto, 2011:63).
Menurut
Sudjana (2009:22):
“Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a)
keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian (c) sikap dan
cita-cita”.
Purwanto (1990:40) mengemukakan bahwa
“hasil belajar merupakan hasil yang dapat dicapai oleh seorang peserta didik
setelah menempuh proses pembelajaran pada materi pelajaran tertentu misalnya
pada akhir semester atau pada akhir tahun juga setelah proses kegiatan
belajar.” Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan
akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya
input secara fungsional. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan
perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan
yang menjadi hasil belajar. Jadi hasil belajar adalah perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.
Secara operasional, meningkatkan
hasil belajar dalam penelitian ini adalah serangkaian proses kegiatan
pembelajaran yang telah dicapai oleh setiap peserta didik dalam mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja, artinya
hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan tidak dilihat
secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif. Derajat kemampuan
yang diperoleh peserta didik diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar
(Suprijono, 2012:6).
Dari
pengertian di atas, hasil belajar yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman. Hasil belajar siswa pada hakekatnya perubahan tingkah
laku yang dicapai dengan kriteria tertentu, tingkah laku sebagai hasil belajar
dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor.
Oleh sebab itu dalam penelitian hasil belajar peranan tujuan instruksional yang
berbasis rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa
menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.
2.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil
belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan
dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan
mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat
perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor (Slametto, 2003:16). Hasil belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik,
2006:30). Hasil belajar
memang sangat bervariatif. Idealnya hasil belajar itu bukan hanya berupa aspek
kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor. Hasil belajar tersebut
dapat tercapai jika peserta didik mampu mengembangkan dirinya dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah.
Syah (1995:132) mengemukakan bahwa
“faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah: (a) Faktor internal (faktor
dari dalam diri siswa), yakni keadaan jasmani dan rohani siswa. Faktor internal
meliputi aspek fisiologi (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologi (yang
bersifat rohaniah) yang termasuk aspek psikologi antara lain intelegensi sikap,
minat, bakat, motivasi; (b) Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa)
yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal meliputi lingkungan
sosial dan non sosial. Yang termasuk lingkungan sosial antara lain adalah
keluarga, guru dan staf, masyarakat, dan teman. Sedangkan yang termasuk
lingkungan non sosial antara lain rumah, sekolah, peralatan dan alam.
3.
Jenis Hasil Belajar
Suprijono (2012:6) mengemukakan
“hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar mencakup kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Hasil belajar tersebut berupa:
1)
Informasi verbal
yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan
maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan
spesifik.
2)
Keterampilan
intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan
intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis
fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
3)
Strategi kognitif
yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan
masalah.
4)
Keterampilan
motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan
koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5)
Sikap adalah
kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek
tersebut.
Teori
Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori
ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perincian menurut Munawan
(2009:1-2) adalah sebagai berikut :
1.
Ranah Kognitif
Berkenaan
dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2.
Ranah Afektif
Berkenaan
dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu
menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan
suatu nilai atau kompleks nilai.
3.
Ranah Psikomotor
Meliputi
keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular
(menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada
afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor
dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses
pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh
guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan
pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan
diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
C. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD
1.
Pengertian Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS)
Beberapa istilah yang
digunakan dalam pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) antara lain: civics, Civics Educations. Socials Studies,
Socials Sciences, dan Social
Education sering digunakan scara
bergantian, “Socials Sciences”
sebagai organisasi dari “bodies of
knowledge” mengenai hubungan antar manusia. (Wesley dalam Muchtar, 2007:
829). Marsh dan Print (Muchtar, 2007: 829) menggunakan “Social Science” untuk kelompok mata pelajaran sosial dalam
kurikulum sekolah. Sedangkan istilah “Social
Studies” didefinisikan sebagai porsi dari ilmu sosial untuk pendidikan “a portion of social science” (Estvan
dalam Muchtar, 2007: 830).
Istilah studi sosial
muncul sebagai sebutan konseptual bagi ilmu-ilmu sosial, yang merupakan
terjemahan dari Social Studies yang telah lama digunakan di Amerika untuk mata
pelajaran dalam kurikulum di sekolah. Di Indonesia diperkenalkan istilah ini
pada tahu 1971 pada seminar Nasional Civics
Education di Tawangmangu Solo, yang didasari hasil survey pelajaran
ilmu-ilmu sosial pada tahun 1969, yang kemudian disusul oleh muncul naskah yang
berjudul Tantangan dalam Pengajaran
Ilmu-ilmu Sosial yang di tulis oleh Hartshon dan Soemantri pada tahun 1970.
(Muchtar, 2007:829).
Dari uraian di atas
menunjukan bahwa penggunaan istilah “studi sosial” kendatipun tidak dijadikan nama bagi
pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), namun terus berkembang sebagai
sebutan konseptual dalam pembaharuan pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang secara operasional lebih berperan
sebagai “pendekatan dalam pengembangan kurikulum” pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS).
Scounce
(Muchtar, 2007: 829) menekankan bahwa “program pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial harus mampu memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang berorientasi
kepada aktivitas belajar peserta didik (siswa)”. Pelibatan peserta didik secara
penuh dalam serangkaian aktivitas dan
pengalaman belajar mampu memberikan kesempatan yang luas pada peserta didik
untuk terlibat di dalam proses memecahkan masalah di dalam lingkungan belajar
yang dibuat sebagaimana realitas yang sesungguhnya.
Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu program pendidikan yang merupakan suatu
keseluruhan yang pada pokoknya sosialnya yang bahannya diambil dari berbagai
ilmu sosial seperti geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, ilmu
politik dan psikologi sosial. Nasution (Sumaatmaja. N, 2002:12.3).
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan pengajaran yang selalu
berkenaan dengan kehidupan nyata di masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhan
dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dan memajukan kehidupannya.
Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan
mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), peserta didik diarahkan untuk dapat
menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta
warga dunia yang cinta damai. (Kurikulum 2006)
2.
Model Pembelajaran Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) di SD
Model dalam kajian ini
diartikan sebagai kerangka konseptual yang dikembangkan dan digunakan sebagai
pedoman sistematik dalam melaksanakan dan mengembangkan pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) sesuai dengan tujuan dan kepentingannya. Di Indonesia
ada sejumlah model yang dikembangkan dalam pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS), yaitu dengan menggunakan pendekatan integrated,
correlated dan separated. Untuk
pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD menggunakan model integrated yaitu pendekatan model pembelajaran
pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang dijadikan satu dari ilmu-ilmu
sosial, seperti; sejarah, geografi, ekonomi dan antropologi (Muchtar,2007:831).
3.
Tujuan Pembelajaran Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) di SD
Tujuan pembelajaran pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di persekolahan adalah untuk menumbuhkan warga
negara yang baik. Pembelajaran di sekolah merupakan upaya membentuk sifat warga
negara yang baik akan mudah ditumbuhkan pada siswa apabila guru mendidik mereka
dengan jalan menempatkannya dalam kebudayaannya daripada memusatkan perhatian
pada disiplin ilmu yang terpisah-pisah. Pengorganisasian bahannya harus secara
ilmiah dan psikologis. (Sapriya, dkk., 2006:11).
Djahiri (Sapriya,dkk.,
2006:13) mengemukakan 5 (lima) tujuan pokok dalam pembelajaran pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), yaitu:
a.
Membina siswa
agar mampu mengembangkan pengertian/pengetahuan berdasarkan data, generalisasi
serta konsep ilmu tertentu maupun yang bersifat interdisipliner/komprehensif
dari berbagai cabang ilmu sosial.
b.
Membina siswa
agar mampu mengembangkan dan mempraktikan keanekaragaman keterampilan studi,
kerja dan keterampilan intelektualnya secara pantas dan tepat sebagaimana
diharapkan ilmu-ilmu sosial.
c.
Membina dan
mendorong siswa untuk memahami, menghargai dan menghayati adanya keanekaragaman
dan kesamaan kultural maupun individual.
d.
Membina siswa ke
arah turut mempengaruhi nilai-nilai kemasyarakatan serta mengembangkan dalam
menyempurnakan nilai-nilai yang ada pada dirinya.
e.
Membina siswa untuk
berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan baik sebagai individu maupun
sebagai warga negara.
Di dalam kurikulum 2006 dijelaskan
tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD agar siswa
sebagai peserta didik memilki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
a.
Mengenal konsep-konsep yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya.
b.
Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan
keterampilan dalam kehidupan sosial.
c.
Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d.
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
4. Ruang Lingkup Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar
Pembelajaran pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar dimaksudkan untuk membina generasi
penerus usia dini untuk memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata
kehidupannya, menghayati tuntutan keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan
penuh kebersamaan, dan mahir berperan serta di lingkungannya sebagai insan
sosial dan warga negara yang baik.
Berdasarkan pada kajian di atas,
seyogianya dalam kegiatan pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
siswa dapat diberikan materi dengan materi yang diberikan dengan terjun
langsung mengamati dalam lingkungan di luar kelas sebagai sumber pembelajaran.
Pembelajaran
pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar
dimaksudkan untuk membina generasi penerus usia dini guna memahami potensi dan
peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya, menghayati tuntutan keharusan
dan pentingnya bermasyarakat dengan penuh kebersamaan, dan mahir berperan serta
di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik. Berdasarkan
pada kajian di atas, seyogianya dalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) siswa dapat diberikan materi dengan mengamati lingkungan /objek
wisata yang dapat menjadi sumber belajar, agar materi yang diberikan lebih
jelas dan dipahami ke dalam lingkungan alam dan masyarakat.
5. Penggunaan Multimedia Interaktif Pada Pembelajaran IPS
Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan multimedia interaktif untuk meningkatkan pemahaman konsep
Perkembangan Teknologi Transportasi pada siswa kelas IV SDN 4 Ciseureuh
Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta. Dalam penggunaan multimedia
interaktif dalam pembelajaran yang diperlukan CD pembelajaran interaktif IPS
dan laptop. Konsep Perkembangan Teknologi Transportasi sudah dikemas dalam
keping CD pembelajaran interaktif dan dioperasikan melalui laptop.
Dalam pembelajaran siswa
dilibatkan mengoperasikan tampilan
CD pembelajaran (sebagai user). Guru bertindak sebagai fasilitator, yang memfasilitasi siswa memberikan umpan balik dan memperjelas
penyampaian konsep jika tampilan multimedia kurang dimengerti oleh siswa.
Setelah kerangka isi
dan multimedia interaktif telah dilaksanakan dilanjutkan dengan pemberian
penjelasan materi itu sendiri. Pada akhir media multimedia interaktif tahap
pertama, diberikan penjelasan dan diikuti dengan siswa menjelaskan kembali apa
yang telah dijelaskan di dalam multimedia interaktif. Penjelasan berisi
pengertian-pengertian singkat mengenai sejarah perkembangan teknologi yang
dijelaskan dalam multimedia interaktif. Kemudian dilanjutkan dengan siswa
menjelaskan kembali dan menanyakan apa yang ada di dalam multimedia interaktif
yang tidak mereka pahami. Guru dibantu observer memonitor aktivitas tiap siswa
dan pelaksanaan pembelajaran.
Pada kegiatan akhir
guru dan siswa menyimpulkan inti pembelajaran dan ditutup dengan mengerjakan
soal tes evaluasi untuk mengetahui aktivitas belajar dan hasil belajar siswa
terhadap pembelajaran IPS pada pokok bahasan sejarah perkembangan teknologi
produksi, komunikasi, dan transportasi dengan menggunakan media multimedia
interaktif.
No comments:
Post a Comment