Saturday, May 26, 2018

MULTIMEDIA INTERAKTIF DAN PEMBELAJARAN IPS



A.  Multimedia Interaktif
1.    Pengertian Multimedia
Multimedia berasal dari kata multi dan media. Multi berasal dari bahasa Latin, yaitu nouns yang berarti banyak atau bermacam-macam, sedangkan kata media berasal dari bahasa Latin, yaitu medium yang berarti perantara atau sesuatu yang dipakai untuk menghantarkan, menyampaikan, atau membawa sesuatu (Munir, 2013:2)
Geyeskyi 1993 dalam Munir (2013:2) mendefinisikan, “multimedia adalah kumpulan media berbasis komputer dari sistem komunikasi yang memiliki peran untuk membangun, menyimpan, menghantarkan dan menerima informasi dalam bentuk teks, grafik, audio, video dan sebagainya”. Menurut Azhar (1997:170) secara sederhana, “definisi multimedia dapat diartikan sebagai lebih dari satu media”. Hal itu bisa berupa kombinasi antara teks, grafis, animasi, suara dan video.
Menurut Arianty dan Haryono (2010:25) secara umum multimedia terbagi menjadi dua alur, yaitu : (a) Multimedia linier adalah multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekunsial (berurutan), contohnya : TV dan film; (b) Multimedia interaktif adalah multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna/user, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh multimedia interaktif yaitu multimedia pembelajaran interaktif, keping CD pembelajaran interaktif, aplikasi game, dan powerpoint. Multimedia interaktif merupakan multimedia berbasis komputer.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa multimedia sebenarnya adalah suatu istilah generik bagi suatu media yang menggabungkan berbagai macam media baik untuk tujuan pembelajaran maupun bukan. Keragaman media ini meliputi teks, audio, animasi, video, bahkan simulasi.
2.    Pengertian Multimedia Interaktif
Multimedia Interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya (Daryanto, 2013:51). Menurut Munir (2013:110), “Multimedia Interaktif adalah suatu tampilan multimedia yang dirancang oleh designer agar tampilannya memenuhi fungsi menginformasikan pesan dan memiliki interaktifitas kepada penggunanya (user)”.
Philips, 1997 dalam Munir (2013:111) mengartikan, “multimedia interaktif sebagai sebuah frase yang menggambarkan gelombang baru piranti lunak komputer terutama yang berkaitan dengan bagian informasi”. Sedangkan Elsom-Cook, 2001 dalam Munir (2013:110) mendefinisikan, “multimedia ineraktif adalah kombinasi dari berbagai komunikasi saluran menjadi menjadi pengalaman komunikatif terkoordinasi yang bahasa lintas-channel yang terintegrasi penafsiran tidak ada”.
Pengertian interaktif terkait dengan komunkasi dua arah atau lebih dari komponen-komponen komunikasi. Komunikasi dalam multimedia interaktif (berbasis komputer) merupakan hubungan manusia (sebagai user/pengguna produk) dengan komputer (software/apliksi/produk dalam format file tertentu, biasanya dalam bentuk CD). Dengan demikian, produk/CD/aplikasi yang diharapkan memiliki hubungan dua arah/timbal balik antara software/aplikasi dengan user (Harto, 2008:3) dalam http://lutfizulfi_wordpress.com/2010/08/08/ pembelajaran-interaktif-berbasis-multimedia/
Dari beberapa uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa multimedia interaktif merupakan suatu tampilan multimedia yang dirancang agar tampilannya memenuhi fungsi menginformasikan pesan dan memiliki interaksi kepada penggunanya/user. Tampilan multimedia merupakan gabungan dari media audio dan visual yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video maupun animasi yang terintegrasi dan telah dikemas menjadi file digital (komputerisasi).



3.        Karekteristik Multimedia Interaktif
Karakteristik Multimedia interaktif dalam pembelajaran menurut Munir (2013:115) yaitu: (1) Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya menggabungkan unsur audio dan visual; (2) Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasikan respon pengguna; dan (3) Bersifat mandiri dalam pengertian memberi kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan tanpa bimbingan orang lain.
Sedangkan menurut Ariani dan Haryanto, (2010:27), karakteristik media interaktif adalah sebagai berikut: (1) Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya menggabungkan unsur audio dan visual; (2) Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasi respon pengguna; (3) Bersifat mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan tanpa bimbingan orang lain; (4) Mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengontrol laju kecepatan belajarnya sendiri; (5) Memperhatikan bahwa peserta didik mengikuti suatu urutan yang koheren dan terkendali.
Karakterisrik media interaktif menurut (Harto dalam Hakim dan Purnama, 2012:55) yaitu terkait dengan komunikasi 2 arah atau lebih dari komponen-komponen komunikasi. Komponen komunikasi dalam multimedia interaktif (berbasis komputer) adalah hubungan antara manusia (sebagai user/pengguna produk) dan komputer (software/aplikasi/produk dalam format file tertentu, biasanya dalam bentuk CD). Dengan demikian produk/CD/aplikasi yang diharapkan memiliki hubungan 2 arah/timbal balik antara software/aplikasi dengan usernya.
Dari uraian di atas multimedia interaktif memiliki karakteristik khusus yaitu dilengkapi alat pengontrol sehingga terdapat interaksi antara pengguna/user dengan tampilan multimedia interaktif. Dengan interaktivitas yang dimiliki oleh multimedia interaktif, maka multimedia interaktif dapat dikembangkan untuk berbagai kepentingan, salah satunya sebagai media pembelajaran. Sebagai media pembelajaran, tampilan multimedia interaktif memenuhi fungsi menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dan bersifat interaktif.

4.    Manfaat Multimedia Interaktif
Manfaat  penggunaan multimedia interaktif menurut Ariani & Haryono (2010:26) adalah, “proses pembelajaran jelas lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar (ceramah) dapat dikurangi, kualitas belajar peserta didik dapat lebih termotivasi dan terdongkrak dan belajar mengajar dapat dilakukan dimana dan kapan saja (sangat fleksibel), serta sikap dan perhatian belajar siswa dapat ditingkatkan dan dipusatkan”. Menurut Sucipta (2010:1-2), secara umum manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih efektif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan dan proses belajar mengajar dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan.
Susilana, dkk (2007:18) menerangkan manfaat multimedia yaitu, “Apabila multimedia pembelajaran dipilih, dikembangkan dan digunakan secara tepat dan baik, akan memberi manfaat yang sangat besar bagi para guru dan siswa. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan dan proses belajar mengajar dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan.

5.        Keunggulan Multimedia Interaktif
Daryanto (2013:52) mengemukakan bahwa keunggulan multimedia pembelajaran yaitu: (a) Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata, seperti kuman, bakteri, elektron, dan lain-lain; (b) Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan ke sekolah, seperti gajah, rumah, gunung, dan lain-lain; (c) Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung cepat atau lambat, seperti sistem tubuh manusia, bekerjanya suatu mesin, beredarnya planet Mars, berkembangnya bunga dan lain-lain; (d) Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan, bintang, salju dan lain-lain; (e) Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, seperti  letusan gunung berapi, harimau, racun, dan lain-lain; (f) Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.
Sedangkan menurut Munir (2013:113) kelebihan menggunakan multimedia interaktif dalam pembelajaran diantaranya: (a) Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif; (b) Pendidik akan selalu dituntut untuk kreatif inovatif dalam mencari terobosan pembelajaran; (c) Mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik, animasi gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling mendukung guna tercapainya tujuan pembelajaran; (d) Menambah  motivasi peserta didik selama proses belajar  mengajar hingga didapatkan tujuan pembelajaran yang diinginkan; (e) Mampu memvisualisasikan materi yang selama ini sulit untuk diterangkan hanya sekedar dengan penjelasan atau alat peraga yang konvensional; (f) Melatih peserta didik lebih   mandiri  dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.
Menurut Swajati (2005:11) pemanfaatan multimedia interaktif yaitu: (a) Mampu  menampilkan  multimedia dengan file yang lebih besar; (b) Jauh lebih hemat dibandingkan pemanfaatan media secara online; (c) Tingkat interaktivitasnya tinggi karena lebih banyak pengalaman belajar melalui teks audio, video, hingga animasi yang dikemas dengan tayangan gambar yang ditampilkan bersama judul dan narasi suara dan penampilan tingkah laku atau proses yang kompleks.
Berdasarkan uraian di atas, maka multimedia interaktif mempunyai banyak kelebihan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai media dalam pembelajaran. Adapun manfaat kegunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran yaitu: (a) Proses pembelajaran lebih menarik karena tampilannya berupa dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video maupun animasi; (b) Efisien waktu yang digunakan; (c) Meningkatkan aktivitas siswa; (d) Bersifat interaktif, terdapat interaksi antara media dan pengguna/user.
Meskipun multimedia interaktif mempunyai banyak kelebihan dan manfaat, tetapi dalam penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran juga harus mengingat dan mempertimbangkan kelemahan yang dimiliki oleh multimedia interaktif tersebut. Adapun kekurangan/kelemahan multimedia interaktif menurut Swajati (2010) diantaranya yaitu: (a) Design yang buruk menyebabkan kebingungan sehingga pesan tidak dapat tersampaikan dengan baik; (b) Kendala bagi orang dengan kemampuan terbatas/cacat/disable; (c) Tuntutan terhadap spesifikasi komputer yang memadai.
Oleh karena itu, seorang guru harus jeli dalam memilih media dalam pembelajaran. Guru harus dapat memaksimalkan manfaat/kegunaannya dan meminimalkan kelemahan yang dimiliki  oleh media tersebut. Guru juga harus dapat mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan dari media yang digunakan.

6. Langkah-langkah Penerapan Multimedia Interaktif
Untuk menerapkan penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran diperlukan langkah-langkah yang tepat agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Adapun langkah-langkah dalam menerapkan multimedia interaktif dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut :
a.    Persiapkan tema atau bahan materi ajar yang akan disampaikan.
b.    Persiapkan perlengkapan multimedia interaktif yang akan digunakan.
c.    Kondisikan kelas seperti lampu sehingga pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
d.   Kondisikan siswa agar selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan dapat mengikuti dengan baik.
Langkah-langkah dalam menerapkan multimedia interaktif dalam kegiatan pembelajaran tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya agar pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

B.  Hasil Belajar
1.        Pengertian Hasil Belajar
Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa digunakan instrumen tes hasil belajar siswa. Penentuan ketuntasan berdasarkan penilaian acuan patokan, yaitu sejauh mana acuan yang ditargetkan dapat dikuasai siswa dengan cara menghitung proporsi jumlah siswa yang menjawab benar dibagi dengan jumlah siswa seluruhnya (Trianto, 2011:63).
Menurut Sudjana (2009:22):
“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian (c) sikap dan cita-cita”.

Purwanto (1990:40) mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan hasil yang dapat dicapai oleh seorang peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran pada materi pelajaran tertentu misalnya pada akhir semester atau pada akhir tahun juga setelah proses kegiatan belajar.” Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Jadi hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.
Secara operasional, meningkatkan hasil belajar dalam penelitian ini adalah serangkaian proses kegiatan pembelajaran yang telah dicapai oleh setiap peserta didik dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja, artinya hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif. Derajat kemampuan yang diperoleh peserta didik diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar (Suprijono, 2012:6).
Dari pengertian di atas, hasil belajar yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman. Hasil belajar siswa pada hakekatnya perubahan tingkah laku yang dicapai dengan kriteria tertentu, tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh sebab itu dalam penelitian hasil belajar peranan tujuan instruksional yang berbasis rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.

2.        Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor (Slametto, 2003:16). Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2006:30). Hasil belajar memang sangat bervariatif. Idealnya hasil belajar itu bukan hanya berupa aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor. Hasil belajar tersebut dapat tercapai jika peserta didik mampu mengembangkan dirinya dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah.
Syah (1995:132) mengemukakan bahwa “faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah: (a) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan jasmani dan rohani siswa. Faktor internal meliputi aspek fisiologi (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologi (yang bersifat rohaniah) yang termasuk aspek psikologi antara lain intelegensi sikap, minat, bakat, motivasi; (b) Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa) yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal meliputi lingkungan sosial dan non sosial. Yang termasuk lingkungan sosial antara lain adalah keluarga, guru dan staf, masyarakat, dan teman. Sedangkan yang termasuk lingkungan non sosial antara lain rumah, sekolah, peralatan dan alam.

3.        Jenis Hasil Belajar
Suprijono (2012:6) mengemukakan “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Hasil belajar tersebut berupa:
1)      Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik.
2)      Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
3)      Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. 
4)      Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 
5)      Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perincian menurut Munawan (2009:1-2) adalah sebagai berikut :
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

C.  Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD
1.    Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
            Beberapa istilah yang digunakan dalam pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) antara lain: civics, Civics Educations. Socials Studies, Socials Sciences, dan Social Education  sering digunakan scara bergantian, “Socials Sciences” sebagai organisasi dari “bodies of knowledge” mengenai hubungan antar manusia. (Wesley dalam Muchtar, 2007: 829). Marsh dan Print (Muchtar, 2007: 829) menggunakan “Social Science” untuk kelompok mata pelajaran sosial dalam kurikulum sekolah. Sedangkan istilah “Social Studies” didefinisikan sebagai porsi dari ilmu sosial untuk pendidikan “a portion of social science” (Estvan dalam Muchtar, 2007:  830).
            Istilah studi sosial muncul sebagai sebutan konseptual bagi ilmu-ilmu sosial, yang merupakan terjemahan dari  Social Studies yang telah lama digunakan di Amerika untuk mata pelajaran dalam kurikulum di sekolah. Di Indonesia diperkenalkan istilah ini pada tahu 1971 pada seminar Nasional Civics Education di Tawangmangu Solo, yang didasari hasil survey pelajaran ilmu-ilmu sosial pada tahun 1969, yang kemudian disusul oleh muncul naskah yang berjudul Tantangan dalam Pengajaran Ilmu-ilmu Sosial yang di tulis oleh Hartshon dan Soemantri pada tahun 1970. (Muchtar, 2007:829).
            Dari uraian di atas menunjukan bahwa penggunaan istilah “studi sosial”  kendatipun tidak dijadikan nama bagi pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), namun terus berkembang sebagai sebutan konseptual dalam pembaharuan pendidikan  Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang secara operasional lebih berperan sebagai “pendekatan dalam pengembangan kurikulum” pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
            Scounce (Muchtar, 2007: 829) menekankan bahwa “program pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus mampu memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang berorientasi kepada aktivitas belajar peserta didik (siswa)”. Pelibatan peserta didik secara penuh  dalam serangkaian aktivitas dan pengalaman belajar mampu memberikan kesempatan yang luas pada peserta didik untuk terlibat di dalam proses memecahkan masalah di dalam lingkungan belajar yang dibuat sebagaimana realitas yang sesungguhnya.
            Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya sosialnya yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, ilmu politik dan psikologi sosial. Nasution (Sumaatmaja. N, 2002:12.3).
            Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan pengajaran yang selalu berkenaan dengan kehidupan nyata di masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dan memajukan kehidupannya.
Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. (Kurikulum 2006)

2.    Model Pembelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD
            Model dalam kajian ini diartikan sebagai kerangka konseptual yang dikembangkan dan digunakan sebagai pedoman sistematik dalam melaksanakan dan mengembangkan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sesuai dengan tujuan dan kepentingannya. Di Indonesia ada sejumlah model yang dikembangkan dalam pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), yaitu dengan menggunakan pendekatan integrated, correlated dan separated. Untuk pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD menggunakan model integrated yaitu pendekatan model pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang dijadikan satu dari ilmu-ilmu sosial, seperti; sejarah, geografi, ekonomi dan antropologi (Muchtar,2007:831).
3.    Tujuan Pembelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD
            Tujuan pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di persekolahan adalah untuk menumbuhkan warga negara yang baik. Pembelajaran di sekolah merupakan upaya membentuk sifat warga negara yang baik akan mudah ditumbuhkan pada siswa apabila guru mendidik mereka dengan jalan menempatkannya dalam kebudayaannya daripada memusatkan perhatian pada disiplin ilmu yang terpisah-pisah. Pengorganisasian bahannya harus secara ilmiah dan psikologis. (Sapriya, dkk., 2006:11).
            Djahiri (Sapriya,dkk., 2006:13) mengemukakan 5 (lima) tujuan pokok dalam pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), yaitu:
a.    Membina siswa agar mampu mengembangkan pengertian/pengetahuan berdasarkan data, generalisasi serta konsep ilmu tertentu maupun yang bersifat interdisipliner/komprehensif dari berbagai cabang ilmu sosial.
b.    Membina siswa agar mampu mengembangkan dan mempraktikan keanekaragaman keterampilan studi, kerja dan keterampilan intelektualnya secara pantas dan tepat sebagaimana diharapkan ilmu-ilmu sosial.
c.    Membina dan mendorong siswa untuk memahami, menghargai dan menghayati adanya keanekaragaman dan kesamaan kultural maupun individual.
d.   Membina siswa ke arah turut mempengaruhi nilai-nilai kemasyarakatan serta mengembangkan dalam menyempurnakan nilai-nilai yang ada pada dirinya.
e.    Membina siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan baik sebagai individu maupun sebagai warga negara.

            Di dalam kurikulum 2006 dijelaskan tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD agar siswa sebagai peserta didik memilki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
a.    Mengenal  konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan  masyarakat dan lingkungannya.
b.    Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,  inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c.    Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d.   Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

4.    Ruang Lingkup Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar
            Pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar dimaksudkan untuk membina generasi penerus usia dini untuk memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya, menghayati tuntutan keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan penuh kebersamaan, dan mahir berperan serta di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik.
            Berdasarkan pada kajian di atas, seyogianya dalam kegiatan pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa dapat diberikan materi dengan materi yang diberikan dengan terjun langsung mengamati dalam lingkungan di luar kelas sebagai sumber pembelajaran.
Pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar dimaksudkan untuk membina generasi penerus usia dini guna memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya, menghayati tuntutan keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan penuh kebersamaan, dan mahir berperan serta di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik. Berdasarkan pada kajian di atas, seyogianya dalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa dapat diberikan materi dengan mengamati lingkungan /objek wisata yang dapat menjadi sumber belajar, agar materi yang diberikan lebih jelas dan dipahami ke dalam lingkungan alam dan masyarakat.           

5.    Penggunaan Multimedia Interaktif Pada Pembelajaran IPS
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan multimedia interaktif untuk meningkatkan pemahaman konsep Perkembangan Teknologi Transportasi pada siswa kelas IV SDN 4 Ciseureuh Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta. Dalam penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran yang diperlukan CD pembelajaran interaktif IPS dan laptop. Konsep Perkembangan Teknologi Transportasi sudah dikemas dalam keping CD pembelajaran interaktif dan dioperasikan melalui laptop.
Dalam pembelajaran siswa dilibatkan mengoperasikan tampilan CD pembelajaran (sebagai user). Guru bertindak sebagai fasilitator, yang memfasilitasi siswa memberikan umpan balik dan memperjelas penyampaian konsep jika tampilan multimedia kurang dimengerti oleh siswa.
Setelah kerangka isi dan multimedia interaktif telah dilaksanakan dilanjutkan dengan pemberian penjelasan materi itu sendiri. Pada akhir media multimedia interaktif tahap pertama, diberikan penjelasan dan diikuti dengan siswa menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan di dalam multimedia interaktif. Penjelasan berisi pengertian-pengertian singkat mengenai sejarah perkembangan teknologi yang dijelaskan dalam multimedia interaktif. Kemudian dilanjutkan dengan siswa menjelaskan kembali dan menanyakan apa yang ada di dalam multimedia interaktif yang tidak mereka pahami. Guru dibantu observer memonitor aktivitas tiap siswa dan pelaksanaan pembelajaran.
Pada kegiatan akhir guru dan siswa menyimpulkan inti pembelajaran dan ditutup dengan mengerjakan soal tes evaluasi untuk mengetahui aktivitas belajar dan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran IPS pada pokok bahasan sejarah perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi dengan menggunakan media multimedia interaktif.



No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive