BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah
titipan Tuhan yang harus kita jaga dan kita didik agar ia menjadi manusia yang
berguna dan tidak menyusahkan siapa saja. Secara umum anak mempunyai hak dan
kesempatan untuk berkembang sesuai potensinya terutama dalam bidang pendidikan.
Namun seringkali kita melihat perkembangan prestasi anak yang ternyata
tergolong memiliki bakat istimewa.
Setiap
individu hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara
optimal sesuai dengan kemampuan, kecerdasan, bakat, minatnya, latar belakang
dan lingkungan fisik serta sosial masing-masing siswa maka kemajuan belajar
siswa yang setingkat (sekelas) mungkin tidak sama.
Setiap anak
dipercaya memiliki bakat sendiri-sendiri. Namun bakat anak ini tidak bisa
langsung terlihat begitu saja. Karenanya orang tua harus mengenali dan memahami
bakat yang dimiliki anaknya. Dengan memahami bakat anak, akan lebih mudah dan
terarah dalam mengembangkannya.
Psikologi Pendidikan adalah suatu
ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan terhadap anak didik dalam
situasi pendidikan. Psikologi disebut juga dengan ilmu jiwa. Mempelajari
Psikologi Pendidikan sangat penting apalagi bagi seorang pendidik, guna supaya
terciptanya suatu kondisi belajar yang efektif.Berbicara mengenai Psikologi
Pendidikan sangat luas pembicaraannya. Oleh karena itu dalam makalah ini akan
dibatasi pada persoalan-persoalan bakat dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Mengingat hal tersebut sangat berhubungan erat dalam pembentukan pribadi seseorang.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah yang diangkat kali ini adalah :
1.
Apakah yang dimaksud dengan Bakat?
2.
Apa saja Dimensi-Dimensi Pokok Bakat itu?
3.
Bagaimanakah caranya kita mengenal Bakat Seseorang?
4.
Bagaimana cara Mengembangkan Bakat?
C. Tujuan Penulisan
1.
Ingin mengetahui Pengertian Bakat
2.
Ingin mengetahui Dimensi-Dimensi Pokok Bakat
3.
Ingin mengetahui caranya kita mengenal Bakat Seseorang
4.
Ingin mengetahui cara Mengembangkan Bakat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bakat
Bakat adalah
suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus
mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, keterampilan khusus. Misalnya, berupa
kemampuan berbahasa, kemampuan bermain musik, dll. Seorang yang berbakat musik,
misalnya, dengan latihan yang sama dengan orang lain yang tidak berbakat musik,
akan lebih cepat menguasai keterampilan tersebut. Jadi, suatu kondisi yang
khusus pada seseorang berupa suatu potensi disertai latihan atau belajar, dapat
mengembangkan suatu kemahiran tertentu yang biasanya sifatnya khusus. Maka
seseorang yang memiliki berupa potensi musik, bila ia belajar musik akan lebih
cepat mahir dibandingkan dengan orang lain yang tidak mempunyai potensi music.
Potensi adalah gaya yang tersedia pada seseorang yang memungkinkan
berkembangnya ciri-ciri tertentu, daya ini sudah ada sejak lahir, atau dibawa
sejak lahir.
Bakat adalah
semacam perasaan dan perhatian, ia merupakan salah satu metode pikir. Bakat itu
menjadi jelas karena pengalaman, akan tetapi kita hanya condong kepada sebagian
saja dari sekumpulan aspek-aspek kegiatan yang kita alami dan lakukan.
Terbentuknya bakat manusia terhadap macam-macam kegiatan yang dilakukannya atau
tidak terbentuknya bakat itu ditentukan oleh banyak faktor. Sering kali bakat
dan kemampuan berjalan seiring, hanya saja ada keadaan-keadaan dimana keduanya
muncul serentak. Jadi kemampuan dan bakat adalah dua faktor yang berbeda dan
terpisah antara satu bidang dengan bidang yang lainnya.
Menurut M.
Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan disebutkan bahwa kata bakat
lebih dekat pengertiannya dengan kata Aptitude yang berarti kecakapan
pembawaan, yaitu yang mengenai kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi) yang
tertentu.
Woodworth dan
Marquis memberikan definisi demikian: “aptitude
is predictable achievement and can be measured by specially devised test”
(Woodworth dan Marquis, 1957: 58). Bakat (aptitude), oleh Woodworth dan Marquis
dimasukkan dalam kemampuan (ability). Menurutnya ability mempunyai tiga arti,
yaitu :
1.
Achievement yang merupakan actual ability, yang
dapat diukur langsung dengan alat atau tes tertentu.
2.
Capacity yang merupakan potential ability, yang
dapat diukur secara tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan
individu, di mana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan
training yang intensif dan pengalaman.
3.
Aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat
diungkap/diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu.
Dari contoh-contoh
yang telah dikemukakan itu terbukti bahwa tidak ada keseragaman pendapat
diantara para ahli, mengenai soal “apakah bakat itu”. Namun perbedaan-perbedaan
pendapat mereka sebenarnya tidak sebesar rumusan-rumusan tersebut.
Rumusan-rumusan yang berbeda-beda tersebut sebenarnya merupakan penyorotan
masalah bakat itu dari sudut yang berbeda-beda. Jadi, disamping adanya
perbedaan antara pendapat yang satu dengan pendapat yang lain,
pendapat-pendapat tersebut juga saling melengkapi.
B. Dimensi-dimensi Pokok Bakat
Menurut
Guilford bakat itu mencakup tiga dimensi pokok, yaitu :
1. Dimensi Perseptual
Dimensi
perseptual meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi, dan ini meliputi
faktor-faktor antara lain :
a.
Kepekaan indera
b.
Perhatian
c.
Orientasi waktu
d.
Luasnya daerah persepsi
e.
Kecepatan persepsi, dan sebagainya.
2.
Dimensi Psiko-motor
Dimensi psiko-motor ini mencakup
enam faktor, yaitu :
a.
Faktor kekuatan
b.
Faktor impuls
c.
Faktor kecepatan gerak
d.
Faktor ketelitian/ketepatan, yang terdiri atas
dua macam, yaitu :
a)
Faktor kecepatan statis, yang menitikberatkan
pada posisi.
b)
Faktor ketepatan dinamis, yang menitikberatkan
pada gerakan.
e.
Faktor koordinasi
f.
Faktor keluwesan (flexibility).
3.
Dimensi Intelektual
Dimensi inilah yang umumnya
mendapat penyorotan secara luas, karena memang dimensi inilah yang mempunyai
implikasi sangat luas. Dimensi ini meliputi lima faktor, yaitu:
a.
Faktor ingatan, yang mencakup:
a)
Faktor ingatan mengenai substansi
b)
Faktor ingatan mengenai relasi
c)
Faktor ingatan mengenai system
b.
Faktor pengenalan, yang mencakup:
a) Pengenalan terhadap keseluruhan
informasi.
b) Pengenalan terhadap golongan (kelas).
c) Pengenalan terhadap hubungan-hubungan.
d) Pengenalan terhadap bentuk dan
struktur.
e) Pengenalan terhadap kesimpulan.
c.
Faktor evaluatif, yang meliputi:
a) Evaluasi mengenai identitas
b) Evaluasi mengenai relasi-relasi.
c) Evaluasi terhadap system.
d) Evaluasi terhadap penting tidaknya problrm (kepekaan
terhadap problem yang dihadapi).
d.
Faktor berpikir konvergen, yang meliputi:
a) Faktor
untuk menghasilkan nama-nama.
b) Faktor
untuk menghasilkan hubungan-hubungan.
c) Faktor
untuk menghasilkan system-sistem.
d) Faktor
untuk menghasilkan transformasi.
e) Faktor
untuk menghasilkan implikasi-implikasi yang unik.
e.
Faktor berpikir divergen, yang meliputi:
a) Faktor untuk menghasilkan unit-unit.
b) Faktor untuk pengalihan kelas-kelas
secara spontan.
c) Faktor kelancaran dalam menghasilkan
hubungan-hubungan.
d) Faktor untuk menghasilkan system.
e) Faktor untuk transfomasi divergen.
f) Faktor untuk menyusun bagian-bagian
menjadi garis besar atau kerangka.
Dengan sengaja
pendapat Guilford ini dikemukakan dengan agak lengkap, tidak karena pendapat
tersebut dianggap sebagai satu-satunya pendapat yang benar, akan tetapi
terlebih-lebih sebagai ilustrasi untuk menunjukkan betapa rumitnya kualitas
manusia yang kita sebut bakat itu.
C. Caranya Kita Mengenal Bakat Seseorang
Menurut
sejarahnya usaha pengenalan bakat itu mula-mula terjadi pada bidang kerja/
jabatan, tetapi kemudian juga dalam bidang pendidikan. Bahkan dewasa ini daam
bidang pendidikanlah usaha yang paling banyak dilakukan. Dalam prakteknya
hampir semua ahli yang menyusun test untuk mengungkap bakat bertolak dari dasar
fikiran analisis factor. Pendapat Guilford yang telah disajikan diatas itu
merupakan salah satu contoh dari pola pemikiran yang demikian itu. Apa yang
dikemukakan Guilford itu adalah hal (materi) yang ada pada individu, yang
diperlukan untuk aktivitas apa saja. Jelasnya, untuk setiap aktifitas
diperlukan berfungsinya factor-faktor tersebut. Pemberian nama terhadap
berjenis-jenis bakat biasanya dilakukan berdasar atas dalam lapangan apa bakat
tersebut berfungsi, seperti bakat matematika, bakat bahasa, bakat olahraga, dan
sebagainya. Dengan demikian, maka macamnya bakat akan sangat tergantung pada
konteks kebudayaan dimana seseorang individu hidup. Mungkin penamaan itu
bersangkutan dengan bidang studi, mungkin pula dalam bidang kerja.
Sebenarnya
setiap bidang studi atau bidang kerja dibutuhkan berfungsinya lebih dari satu
factor bakat saja. Bermacam-macam factor mungkin diperlukan berfungsinya untuk
suatu lapangan studi atau lapangan kerja tertentu. Suatu contoh misalnya bakat
untuk belajar di Fakultas Teknik akan memerlukan berfungsinya faktor-faktor
mengenai bilangan, ruang, berfikir abstrak, bahasa, mekanik, dan mungkin masih
banyak lagi. Karena itu ada kecenderungan diantara para ahli sekarang untuk
mendasarkan pengukuran bakat itu pada pendapat, bahwa pada setiap sebenarnya
terdapat semua faktor-faktor yang diperlukan untuk berbagai macam lapangan,
hanya dengan kombinasi, konstelasi, dan intensitas yang berbeda-beda. Karena
itu biasanya dilakukan dalam diagnosis tentang bakat adalah membuat urutan
(ranking) mengenai berbagai bakat pada setiap individu.
Prosedur yang biasanya ditempuh
adalah :
a.
Melakukan analisis jabatan (job-analysis) atau
analisis lapangan studi untuk menemukan factor-faktor apa saja yang diperlukan
supaya orang dapat berhasil dalam lapangan tersebut.
b.
Dari hasil analisis itu dicabut pencandraan
jabatan (job-description) atau pencandraan lapangan studi.
c.
Dari pencandraan jabatan atau pencandraan
lapangan studi itu diketahui persyaratan apa yang harus dipenuhi supaya
individu dapat lebih berhasil dalam lapangan tersebut.
d.
Dari persyaratan itu sebagai landasan disusun
alat pengungkapnya (alat pengungkap bakat), yang biasanya berwujud test.
Dengan jalan
fikiran seperti yang digambarkan diatas itulah pada umumnya test bakat itu disusun.
Sampai sekarang boleh dikatakan belum ada test bakat yang cukup luas daerah
pemakainya (seperti misalnya test inteligensi). Berbagai test bakat yang yang
telah ada seperti misalnya F.A.C.T (Flanagan Aptitude Clasification Test) yang
disusun oleh Bennet, M-T test (Mathematical and Technical Test) yang disusun
oleh Luningprak masih sangat terbatas daerah berlakunya. Hal ini disebabkan
karena test bakat sangat terikat kepada konteks kebudayaan dimana test itu
disusun, sedangkan macam-macamnya bakat juga terikat kepada konteks kebudayaan
dimana klasifikasi bakat itu dibuat.
Berbicara
tentang mengenal bakat seseorang. Anak berbakat, perkembangan motoriknya
lebih cepat dibanding anak biasa. Entah dalam berbicara, berjalan, maupun
membaca. Misalnya, umur 9 bulan sudah bisa jalan (normalnya, usia 12,5 bulan).
Selain itu, ia juga cepat dalam memegang sesuatu dan membedakan bentuk serta
warna. Untuk kemampuan membaca, kadang anak berbakat memperolehnya dari belajar
sendiri.
Yaitu dari
mengamati dan menghubung-hubungkan. Misalnya dari memperhatikan
lalu-lintas, tv, atau buku. Anak berbakat juga senang bereksplorasi atau
menjajaki. "Jadi, kalau ia mempreteli barang-barang, bukan karena dia
nakal tapi karena rasa ingin tahunya". Tentang rasa ingin tahu yang
tinggi ini, memang pada umumnya dimiliki anak kecil. Hanya, pada anak berbakat
cara mengamatinya lebih kental dibanding anak-anak biasa. Hal lain yang menjadi
karakteristik anak berbakat ialah bicaranya bisa sangat serius. Pertanyaannya
sering menggelitik dan tak terduga. Kadang ia tak puas dengan jawaban yang
diberikan, sehingga terus berusaha mencari jawaban-jawaban lain. Untuk memahami
siswa berbakat, dapat diidentifikasi dari karakteristik yang sering muncul
dalam bentuk perilaku sebagai berikut:
Karakteristik belajar
• Belajar lebih cepat dan lebih
mudah
• Menyukai tugas dan tantangan
yang kompleks
• Mengetahui banyak hal dimana
anak lainya tidak mengetahuinya
• Memiliki kosa kata yang sangat
maju, dan kemampuan berbahasa sangat baik
• Sudah dapat membaca pada usia
yang sangat awal
• Terampil dalam memecahkan
masalah
• Sering mengajukan pertanyaan
yang kritis dan tidak teerduga
• Menunukkan rasa ingin tahu yang
tinggi terhadap banyak hal
Karakteristik Motivasi
• Persisten dalam menyelesaikan
tugas-tugas yang menjadi minatnya
• Senang mengerjakan tugas secara
independen, hanya sedikit memerlukan pengarahan
• Komitmen kuat pada tugas yang
dipilihnya.
Karaktersitik Kreativitas
• Sensitif terhadap estetika
• Suka bereksperimen, sering
menemukan cara baru dalam mengerjakan tugas
• Spontan dalam mengekresikan
rasa humor
• Banyak ide ketika menghadapi
tantangan/problem
Karakteristik Sosial-emosional:
• Memiliki rasa percaya diri yang
kuat
• Lebih menyukai teman yang lebih
tua usianya dan memiliki kesamaan minat
• Cenderung perpfeksionis
• Mudah menyesuiakan diri pada
situasi baru[6]
D. Cara Mengembangkan Bakat
Tidak ada
seorang pun yang tidak berbakat, yang membedakan ialah ada tidaknya minat untuk
mengembangkannya. Bakat merupakan potensi bawaan yang dimiliki manusia,
sedangkan minat tercipta karena adanya ketertarikan kuat atas sesuatu. Kedua
hal ini seringkali dikaitkan dengan faktor kecerdasan dan kesuksesan seseorang.
Bagi saya sendiri, orang cerdas itu orang yang mampu memahami, mengembangkan
dan mendayagunakan bakatnya untuk kepentingan dan kebahagiaan hidupnya, dan
orang sukses ialah orang yang mampu membahagiakan hidupnya. Sukses bisa saja
karena bakat, tetapi sering juga karena minat. Jika demikian, bagaimana bakat
itu muncul dan terbentuk dalam diri kita? Bagaimana kita bisa mengembangkan
keduanya?
Secara ilmiah,
para ahli (dikutip dari www. kesehatan.kompas.com) menyatakan bahwa saat lahir
kita memiliki 100 miliar neuron. Tiga bulan atau 60 hari menjelang
kelahiran, neuron yang kita miliki itu sudah berkomunikasi satu sama lain.
Mereka bahkan membentuk jalinan yang dinamakan dengan axon. Saat jalinan
terbentuk, sebuah sinapsis pun otomatis terbentuk. Di usia tiga tahun,
setiap 100 miliar neuron kita itu telah menciptakan jaringan sinapsis
dengan neuron lainnya. Koneksi antarneuron inilah yang menjadi awal mula
munculnya bakat. Tanda-tandanya, kita akan terlihat aktif luar biasa. Jalinan
sinapsis akan terus mendorong diri kita untuk tidak berhenti melakukan apa pun
yang kita mau sesuai dengan minat kita. Proses ini berlangsung hingga usia kita
mencapai 16 tahun. Di usia inilah bakat mulai terasah karena kita memiliki
ruang lebih luas untuk fokus dan benar-benar mengeksploitasi beberapa sinapsis
tertentu setelah mengalami proses kebingungan memilih, mencoba melakukan segala
sesuatu, dan kita tidak terfokus untuk mematangkan sebuah nilai kompetensi
tertentu. Dari proses ini, kita dapat memahami bahwa minat merupakan faktor
yang dapat mengarahkan bakat. Dalam beberapa pengertian, minat merupakan suatu
perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang tercipta dengan penuh kemauan
dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Dengan demikian, minat dan bakat
merupakan faktor yang saling mempengaruhi, terlepas dari faktor mana yang lebih
dominan. Keduanya penting untuk dikembangkan secara optimal bahkan maksimal.
Dalam
kenyatannya, bakat atau nature sering diartikan sebagai talenta, yakni
kemampuan tertentu yang unik, kecakapan, gift (anugerah) yang dimiliki
seseorang. Pengertian ini mengalami perkembangan signifikan dengan munculnya
pengertian menurut Gallup (2001) bahwa bakat merupakan pola pikir, perasaan dan
perilaku yang berulang-ulang dan dapat meningkatkan produktivitas. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka bakat itu tidak hanya menyangkut kecakapan tertentu,
tetapi juga berkaitan dengan adanya peran untuk mengembangkan. Dalam hal ini,
minat menjadi faktor penting yang berfungsi sebagai nurture yang akan membantu
pengembangan bakat tersebut. Minat merupakan suatu pemusatan perhatian secara
tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan, rasa ketertarikan, keinginan,
dan kesenangan. Ciri umum minat ialah adanya perhatian yang besar, memiliki
harapan yang tinggi, berorientasi pada keberhasilan, mempunyai kebangggaan,
kesediaan untuk berusaha dan mempunyai pertimbangan yang positif. Minat dapat
dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu
dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.
Keberadaan
minat merupakan faktor utama bagi pengembangan bakat karena tanpa minat, bakat
tidak akan berdayaguna. Artinya, minat yang tinggi akan membuat kita mampu
melakukan sesuatu sekalipun kita tidak berbakat, sebaliknya berbakat tanpa
minat akan sulit mengembangkan bakat tersebut. Karena itu, ketika kita
mengenali dan memahami bakat kita, tumbuhkanlah dan peliharalah minat kita agar
bakat yang kita punya terjaga. Minat bisa diciptakan, tetapi bakat merupakan
bawaan yang tidak bisa kita ciptakan dengan tiba-tiba. Semua orang bisa
melakukan hal yang sama dengan kita, tetapi yang berbakat bisa menghasilkan
kualitas yang lebih baik. Untuk memahami bakat dan minat memang bukan masalah
gampang karena tidak hanya menyangkut masalah banyaknya teori dan tes untuk
mengenali bakat dan mengukur minat kita. Lebih dari itu, ada yang sangat
penting untuk kita pahami yakni bagaimana mengembangkan bakat dan minat itu
untuk sebuah prestasi kehidupan karena tidak semua orang mampu memaksimalkan
bakatnya, sekalipun ia telah mengenali dan mengetahuinya.
Untuk mengembangkan
bakat dan minat, diperlukan beberapa faktor berikut. Pertama, stimulasi. Faktor
stimulan bakat dan minat bisa internal atau eksternal. Stimulan yang utama
ialah kesadaran akan potensi diri, belajar dan terus belajar, konsentrasi dan
fokus dengan kemampuan atau kelebihan diri kita. Jangan selalu melihat kepada
kelemahan, karena waktu kita akan terbuang, sehingga bakat pun ikut terpendam
dan minat jadi “melempem”. Kedua, berusahalah untuk kreatif dengan mencari
inspirasi dari mana saja dan dari siapa saja. Kreativitas akan menuntun jalan
kita menuju pengenalan dan pemahaman bakat, menumbuhkembangkan minat, sehingga
kita bisa mengembangkannya agar bermanfaat untuk hidup kita. Ketiga,
peliharalah kejujuran dan ketulusan. Kita harus jujur mengakui bakat yang kita
miliki sekalipun tidak begitu kita minati. Ketulusan mensyukuri bakat dapat
menumbuhkan minat meskipun perlu proses dan waktu. Bakat alami itu akan tetap
ada, bisa dikembangkan dan dimanfaatkan dengan meningkatkan kekuatan minat.
Misalnya, kita semua bisa menulis, tetapi yang berbakat bisa menghasilkan
tulisan yang lebih baik daripada yang lainnya. Ketika bakat itu disertai dengan
minat yang kuat, maka bakat itu akan berkembang lebih pesat dan berkualitas.
Bakat itu akan mengundang kerinduan untuk melakukannya kembali, seperti energi
yang mensuplai kebutuhan.
Dalam upaya
untuk pengembangan bakat untuk anak berkebutuhan Khusus Sekolah merupakan salah
satu lembaga sosial yang diharapkan dapat membantu anak-anak mencapai prestasi
pendidikan yang baik. Namun disamping sekolah orang tua memiliki peran yang
sangat berarti dalam mengembangkan bakat anak. Dipercaya bahwa adanya peran
pengasuhan yang baik cenderung membuka peluang lebih besar bagi anak-anak untuk
mengembangkan bakatnya sesuai dengan minat anak. Peran pola asuh keluarga yang
dilandasi kasih sayang, dan disertai pemberian stimulasi (perangsangan) yang
cukup dan sesuai dipercaya dapat melahirkan anak-anak yang berbakat.
Kerja sama antara sekolah dan
orang tua sangat dibutuhkan. Para orang tua bagi anak-anak yang berprestasi
tinggi memberikan pola asuh yang baik disertai kehangatan, selanjutnya para
guru memberikan pelatihan yang baik. Hal yang bisa dilakukan orangtua dirumah
adalah sebagai berikut:
·
Patoklah prestasi akademis yang tinggi namun realistis
buat anak.
·
Tanamkanlah rasa optimis kepada mereka bahwa
mereka bisa mencapainya.
·
Bicara dan bermain dengan anak, untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi.
·
Berceritalah mengenai berbagai peristiwa yang
sedang terjadi, apa saja yang terjadi di lingkungan sekitar. Saat berbicara
mengenai rutinitas harian Anda, jelaskan apa yang Anda lakukan dan mengapa.
Doronglah anak untuk bertanya untuk Anda jawab, atau bisa juga bantu dia untuk
menjawabnya sendiri.
·
Perhatikan apa yang mereka suka lakukan, seperti
Menonjolkah ia dalam olahraga tertentu? Apakah ia tidak bisa duduk diam untuk
waktu yang lama? Pandaikah ia menirukan gerakan badan atau wajah orang lain?
Tangkaskah ia dalam kegiatan yang membutuhkan ketrampilan tangan, seperti
origami (melipat kertas gaya jepang), membuat pesawat dari kerta, melukis,
bermain dengan tanah liat, atau merajut? Apakah ia dapat menggunakan badannya
dengan baik untuk mengekspresikan dirinya? Bantu mereka mengembangkan kesukaan
itu, dan cari tahu bagaimana mereka bisa mengikuti lomba di lingkungan sekitar
atau di tingkat kota.
Orang tua
hendaknya waspada akan diri mereka apakah mereka memberikan respon sungguh
terhadap kebutuhan anak ataukah hanya memberikan respon kepada bakat yang
dimiliki anak. Tidak sedikit orang tua yang salah dalam hal ini yaitu
adakalanya orang tua menyadari anak mereka berbakat lantas secara menggebu-gebu
memaksa anakya mengikuti latihan-latihan dengan program yang sangat ketat.
Dorongan seperti ini lambat laun akan membuat anak menyadari bahwa orang tua mereka
lebih berminat pada bakat yang mereka miliki daripada memperhatikan
kesejahteraan dan kebahagiaan diri mereka selaku anak-anaknya. Karenanya para
orang tua serta pendidik harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Dorongan, apalagi pemaksaan secara berlebihan
pada anak dapat melunturkan motivasi anak untuk mengembangkan bakat mereka.
Anak akan merasa tertekan, sakit hati, atau melakukan sesuatu hanya karena
berharap memperoleh hadiah. Masa kecil mereka bahkan akan hilang sebagian.
2.
Pujian yang berlebihan pada anak-anak usia muda
atau menjadikan anak sebagai figur publik secara terus menerus merupakan bentuk
eksploitasi terhadap anak bahkan cendrung melunturkan semangat anak untuk
mengeksplorasi bakat mereka lebih lanjut.
3.
Pujian yang berlebihan tanpa kendali emosi juga
dapat membawa anak terbjebak ke dalam sikap lupa diri.
4.
Para orang tua yang memiliki anak-anak berbakat
hendaknya jangan terlalu berharap bahwa anak-anak tersebut kelak akan menjadi
kreator, inventor atau inovator. Seorang anak yang berbakat sebagai seorang
dokter tidak harus menjadi penemu serum tertentu tetapi dapat menjadi pelayan
kesehatan yang sangat baik bagi masyarakat.
Dengan
demikian, sebaiknya yang dapat dilakukan guru dan orang tua agar anak dapat
berprestasi dengan cara menyenangkan adalah sebagai berikut:
1.
Orang tua dan guru harus menyadari bahwa setiap
anak merupakan pribadi yang unik dan berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan
ini terjadi karena setiap anak mempunyai bakat, kemampuan, dan kebutuhan yang
berbeda.
2.
Setiap anak pasti mempunyai salah satu dari
sembilan kecerdasan yang diberikan Allah SWT. Bahkan, ada juga anak yang
memiliki lebih dari satu kecerdasan. Kecerdasan itu adalah kecerdasan
linguistik, matematika-logika, ruang-visual, musik, naturalis, interpersonal,
intrapersonal, kemampuan olah tubuh, dan spiritual.
3.
Membantu anak untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Misalnya potensi fisik, iman, akhlak, ibadah, emosi, sosial,
mental, dan keterampilan. Biarkan anak mengembangkannya seperti keinginannya,
sedangkan orang tua mengarahkan saja.
4.
Sampaikan materi sesuai dengan kebutuhan,
perkembangan, kemampuan dan bakat anak. Materi harus yang dibutuhkan anak,
bukan yang diinginkan orang tua. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa
perlakuan yang tepat dan materi yang sesuai tidak akan mempunyai efek yang
positif jika tidak disampaikan pada situasi yang tepat. Sampaikan materi secara
efektif, yakni dengan bermain, bernyanyi, atau bercerita. Sesekali tinggalkan
status orang tua yang melekat pada kita, misalnya berubah menjadi badut, tukang
sulap, ilmuwan, atau sahabat bagi anak kita.
5.
Yang perlu diingat, prestasi anak bukanlah
prestasi untuk orang tuanya. Prestasi itu untuk diri anak itu sendiri.
Orang tua cukup mengarahkan dengan benar dan membantu anak dengan cara-cara yang
disukai anak, bukan dengan hukuman atau omelan yang bisa merusak hubungan
harmonis anak dengan orang tua. Keberhasilan anak tidak saja berasal dari usaha
yang dilakukan anak, tetapi juga bergantung pada orang tua dan lingkungan di
sekitarnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Bakat adalah semacam perasaan dan perhatian, ia
merupakan salah satu metode pikir. Bakat itu menjadi jelas karena pengalaman,
akan tetapi kita hanya condong kepada sebagian saja dari sekumpulan aspek-aspek
kegiatan yang kita alami dan lakukan. Terbentuknya bakat manusia terhadap
macam-macam kegiatan yang dilakukannya atau tidak terbentuknya bakat itu
ditentukan oleh banyak faktor. Sering kali bakat dan kemampuan berjalan
seiring, hanya saja ada keadaan-keadaan dimana keduanya muncul serentak. Jadi
kemampuan dan bakat adalah dua faktor yang berbeda dan terpisah antara satu
bidang dengan bidang yang lainnya
2.
Menurut Guilford bakat itu mencakup tiga dimensi
pokok, yaitu :
a.
Dimensi preseptual
b.
Dimensi psiko-motor
c.
Dimensi intelektual
3.
Ada kecenderungan diantara para ahli sekarang
untuk mendasarkan pengukuran bakat itu pada pendapat, bahwa pada setiap
sebenarnya terdapat semua faktor-faktor yang diperlukan untuk berbagai macam
lapangan, hanya dengan kombinasi, konstelasi, dan intensitas yang berbeda-beda.
Karena itu biasanya dilakukan dalam diagnosis tentang bakat adalah membuat
urutan (ranking) mengenai berbagai bakat pada setiap individu.
4.
Untuk mengembangkan bakat dan minat, diperlukan
beberapa faktor berikut.
a.
Pertama, stimulasi. Faktor stimulan bakat dan
minat bisa internal atau eksternal. Stimulan yang utama ialah kesadaran akan
potensi diri, belajar dan terus belajar, konsentrasi dan fokus dengan kemampuan
atau kelebihan diri kita. Jangan selalu melihat kepada kelemahan, karena waktu
kita akan terbuang, sehingga bakat pun ikut terpendam dan minat jadi
“melempem”.
b.
Kedua, berusahalah untuk kreatif dengan mencari
inspirasi dari mana saja dan dari siapa saja. Kreativitas akan menuntun jalan
kita menuju pengenalan dan pemahaman bakat, menumbuhkembangkan minat, sehingga
kita bisa mengembangkannya agar bermanfaat untuk hidup kita.
c.
Ketiga, peliharalah kejujuran dan ketulusan.
Kita harus jujur mengakui bakat yang kita miliki sekalipun tidak begitu kita
minati. Ketulusan mensyukuri bakat dapat menumbuhkan minat meskipun perlu
proses dan waktu. Bakat alami itu akan tetap ada, bisa dikembangkan dan
dimanfaatkan dengan meningkatkan kekuatan minat. Misalnya, kita semua bisa
menulis, tetapi yang berbakat bisa menghasilkan tulisan yang lebih baik
daripada yang lainnya. Ketika bakat itu disertai dengan minat yang kuat, maka
bakat itu akan berkembang lebih pesat dan berkualitas. Bakat itu akan
mengundang kerinduan untuk melakukannya kembali, seperti energi yang mensuplai
kebutuhan
B. Saran
1.
Perlu menambah wawasan tentang pengertian bakat,
dimensi-dimensi pokok bakat, cara mengenal bakat seseorang dan cara
mengembangkan bakat.
2.
Perlu menambah wawasan lagi tentang kajian agama
dalam masyarakat berskala kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan,
Jakarta, 1993
Wijaya Juhana, Psikologi Bimbingan, Bandung, 1988
http://nieujik.blogspot.com/2009/02/bakat-emosi-dan-kepribadian.html
http://bocahsudutkota.wordpress.com/2011/10/25/makalah-psikologi-pendidikan-bakat-dan-minat-by-husdiana/
http://www.anakciremai.com/2009/12/makalah-psikologi-tentang-pengembangan.html
http://niahidayati.net/mengembangkan-bakat-dan-minat.html
No comments:
Post a Comment