Friday, May 25, 2018

PEMBELAJARAN BAHASA SUNDA DI TK




A.    Latar Belakang
Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentang usia lahir sampai 6 tahun. Juga disebut anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan 50-80%.  Hasil penelitian Pusat Kurikulum Balitbang Diknas tahun 1999, dalam berbagai aspek perkembangan anak, anak yang masuk TK lebih tinggi daripada anak yang tidak masuk TK di kelas I SD.
Data angka mengulang kelas tahun 2001/2002 untuk kelas I SD (10,85%), kelas II (6,6*%), kelas III (5,48%), kelas IV (4,28%), kelas V (2,92%), dan kelas VI (0,42%). Angka mengulang kelas I dan II lebih tinggi daripada kelas lain. Diperkirakan anak-anak yang mengulang kelas tersebut adalah anak-anak yang tidak masuk pendidikan prasekolah (baca: TK/RA) sebelum masuk SD. Mereka adalah anak yang belum siap dan tidak dipersiapkan oleh orang tuanya memasuki SD. Adanya perbedaan yang besar antara pola pendidikan informal di rumah dan pendidikan formal di sekolah menyebabkan anak yang masuk pendidikan prasekolah (TK/RA) mengalami kejutan sekolah dan mereka mogok sekolah atau tidak mampu menyesuaikan diri sehingga tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini menunjukkan pentingnya upaya pengembangan seluruh potensi anak masa prasekolah.
Usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensinya. Masa peka ini akan mematangkan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungannya. Masa ini menjadi masa peletak dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh karena itu, diperlukan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar tumbuh dan berkembang secara optimal.
Peran pendidik (orang tua, guru, dan orang dewasa lain) sangat diperlukan dalam upaya pengembangan potensi anak 4-6 tahun. Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan “bermain sambil belajar” atau “belajar seraya bermain”. Dengan bermain, anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, berekspresi diri, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, bermain dapat membantu anak mengenal dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Salah satu aspek perkembangan anak adalah aspek berbahasa. Perkembangan bahasa anak berkaitan erat dengan perkembangan mental dan perilakunya. Apabila dibiasakan berbahasa dengan baik dan santun, anak akan tumbuh dan berkembang untuk berkomunikasi secara baik dan santun pula.
            Anak cenderung dekat dengan ibunya. Komunikasi ibu dengan anak lebih erat, efektif, dan efisien. Salah satu bahasa yang dekat dengan anak adalah bahasa ibu mereka. Di Jawa Barat, misalnya, bahasa ibu bagi anak-anak adalah bahasa Sunda, meskipun terdapat bahasa Indonesia atau bahasa daerah lain. Bahasa ibu menjadi landasan awal anak dalam belajar berbahasa, berekspresi, dan berpikir. Anak yang pandai berbahasa ibunya cenderung akan lebih mudah belajar bahasa kedua (bahasa Indonesia) atau bahasa asing. Oleh karena itu, bahasa Sunda sebagai bahasa ibu bagi anak-anak di Jawa Barat perlu diperkenalkan kepada anak-anak usia dini atau usia prasekolah (TK/RA).
Pada dasarnya pendidikan TK/RA mengacu pada dua aspek perkembangan dalam pembentukan perilaku melalui dua cara, yakni (1) pembiasaan dan (2) pengembangan kemampuan dasar. Pertama, Pengembangan pembentukan perilaku melalui pembiasaan dilakukan secara terus-menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Bidang ini meliputi pengembangan moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian. Kedua, pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak. Pengembangan kemampuan dasar meliputi kemampuan berbahasa, kognitif, fisik/motorik, dan seni.
Melalui kedua pengembangan pembentukan kebiasaan dan kemampuan dasar tersebut, terutama kemampuan berbahasa Sunda, anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang cageur, bageur, bener, pinter teu kabalinger, singer, tur pangger.

B. Pengertian
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kemampuan Berbahasa Sunda TK/RA adalah program untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi melalui bahasa Sunda, yakni mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui bahasa yang sederhana secara tepat.

C. Fungsi dan Tujuan
1. Fungsi
            Pengembangan kemampuan berbahasa Sunda bagi anak TK/RA berfungsi sebagai berikut, yakni:
1) alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan;
2) alat untuk mengembangkan intelektual anak;
3) alat untuk mengembangkan ekspresi anak; dan
4) alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada
    orang lain.

2. Tujuan
Pengembangan kemampuan berbahasa Sunda di TK/RA bertujuan agar:
1)  Anak didik memperoleh pengalaman berbahasa Sunda;
2)  Anak didik mampu berkomunikasi dengan menggunakan
     bahasa Sunda.
3)      Anak didik menghargai dan membanggakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu, bahasa daerah, dan bahasa resmi kedua di Jawa Barat setelah bahasa Indonesia

D.Standar Kompetensi Lulusan TK/RA
            Standar kompetensi lulusan (SKL) Taman Kanak-kanak (TK)/Raudhatul Athfal (RA) dalam berbahasa Sunda adalah sebagai berikut.
a. Mampu bermain dengan menggunakan bahasa Sunda.
b. Mampu mengenal dan mengucapkan kosa kata bahasa
    Sunda sederhana yang berkaitan dengan lingkungan
    kehidupan dirinya.

E. Aspek Pengembangan Bahasa Sunda di TK/RA
            Pengembangan kemampuan berbahasa Sunda di TK/RA pada dasarnya mencakup empat keterampilan berbahasa secara sederhana.
a. Menyimak (ngaregepkeun)
    Mendengarkan dan memahami berbagai bentuk wacana lisan
b. Berbicara (nyarita)
    Mampu mengungkapkan pesan dalam bentuk wacana lisan di berbagai kesempatan berbicara.
c. Membaca (maca)
    Mampu membaca dan  memahami berbagai simbol bahasa atau gambar tulisan, cuaca, situasi, ekspresi, dsb.
d. Menulis (nulis)
    Mampu menggoreskan pensil untuk mengungkapkan pesan dan kreativitas bahasa seperti menggambar, membentuk  berbagai goresan/garis, dan simbol sederhana.

F. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar TK/RA
Kelompok A
Kompetensi Berbahasa Sunda
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
0.1  Mampu menyimak, berbicara, memiliki kosa kata, dan
      mengenal simbol-
      simbol bahasa
      yang
      melambangkannya.
0.1.1        Menyimak dan membedakan bunyi suara, bunyi bahasa Sunda, dan mengucapkannya.
0.1.2        Menyimak dan memahami kata dan kalimat sederhana.
0.1.3        Berbicara tentang jatidiri, pengalaman, dan menjawab pertanyaan sederhana.
0.1.4        Memperkaya kosa kata sehari-hari yang berkaitan dengan nama-nama anggota tubuh.
0.1.5        Mengenal bentuk-bentuk simbol-simbol sederhana (pramenulis).
0.1.6        Menyebutkan gambar secara sederhana (pramembaca)
0.1.7        Menghubungkan bahasa lisan dan bahasa tulis (pra membaca)
0.1.8        Mengucapkan salam dan berperilaku sopan santun.
0.1.9        Menyanyikan rumpaka lagu kawih.

Kelompok B
Kompetensi Berbahasa Sunda
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
0.2  Mampu menyimak, berbicara, memiliki kosa kata, dan mengenal simbol-simbol bahasa yang melambangkannya untuk persiapan
       membaca dan
       menulis.
0.2.1        Menyimak dan membedakan bunyi suara, bunyi bahasa Sunda, dan mengucapkannya.
0.2.2        Menyimak dan memahami kata dan kalimat sederhana serta  mengucapkannya dengan lafal yang benar.
0.2.3        Berbicara dengan lancar dan benar tentang jatidiri, pengalaman, dan sesuatu hal.
0.2.4        Memperkaya dan mengucapkan kosa kata sehari-hari yang berkaitan dengan lingkungan sekitar.
0.2.5        Mengenal bentuk-bentuk simbol-simbol sederhana dan menuliskannya (pramenulis).
0.2.6        Menyebutkan gambar dengan lengkap (pramembaca)
0.2.7        Menghubungkan bahasa lisan dan bahasa tulis dengan membacakan kelompok kata dan kalimat sederhana (pra membaca)
0.2.8        Berbahasa santun dan berperilaku ramah (tatakrama Sunda).
0.2.9        Menyanyikan rumpaka lagu kawih Sunda dengan benar.
0.2.10    Menampilkan sajak Sunda yang sederhana dengan gaya.
0.2.11    Mengekspresikan cerita dan lagu dalam gerakan/bermain peran.

G. Arah Pengembangan
1. Bahasa Pengantar Pembelajaran
            Bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran ialah bahasa Sunda. Di sekolah-sekolah atau daerah yang mengalami kesulitan dengan pengantar bahasa Sunda, dapat digunakan bahasa Indonesia, baik sebagian maupun sepenuhnya. Tetapi, selalu disertai usaha untuk secara berangsur-angsur bisa memahami petunjuk dalam bahasa Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki bahasa dialek (basa wewengkon),  kata-kata dialek dapat difungsikan untuk mempercepat atau meningkatkan kualitas pembelajaran.

2.  Pendekatan dan Prinsip Pembelajaran
a. Pendekatan Pembelajaran
            Pembelajaran kemampuan berbahasa Sunda bertitik tolak dari pandangan bahwa bahasa Sunda merupakan alat komunikasi bagi masyarakat pendukungnya. Komunikasi bahasa diwujudkan melalui kegiatan berbahasa lisan (menyimak-berbicara) dan kegiatan berbahasa tulis (membaca-menulis). Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Sunda dipusatkan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Sunda, berpikir dan bernalar, serta kemampuan memperluas wawasan budaya Sunda. Juga diarahkan untuk mempertajam perasaan anak didik. Anak didik tidak hanya mahir berbahasa Sunda, pandai bernalar, tetapi juga memiliki kepekaan dalam berhubungan satu sama lain, dan dapat menghargai perbedaan yang berlatar belakang budaya Sunda. Anak didik tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang lugas dan tersurat, juga yang kias dan tersirat.         
            Agar anak didik mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa Sunda diarahkan pada kegiatan untuk membekali anak didik terampil berbahasa lisan dan berbahasa tulis. Anak didik dilatih lebih banyak menggunakan bahasa daripada pengetahuan tentang bahasa.
Pemakaian bahasa Sunda yang nyata dipengaruhi berbagai konteks, antara lain, siapa penyapa dan pesapa, pada situasi bagaimana, di mana tempatnya, kapan waktunya, media apa yang digunakan, dan apa isi pembicaraannya. Untuk keperluan itu, dalam pengembangan kemampuan berbahasa Sunda dapat digunakan pendekatan kontekstual dengan berbagai media dan sumber belajar.
            Anak didik adalah peserta yang aktif. Berkaitan dengan pengembangan kemampuan berbahasa Sunda, anak didik harus diberi kesempatan yang sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya untuk memperoleh pengalaman berbahasa Sunda, melalui kegiatan reseptif (menyimak, membaca) dan kegiatan produktif (berbicara, menulis).
b. Metode Pembelajaran
Dalam pelaksanaannya, pengembangan kemampuan berbahasa Sunda dapat menggunakan metode/teknik pembelajaran, antara lain: (1) berceritera, (2) permainan bahasa, (3) sandiwara boneka, (4) bercakap-cakap, (5) tanya jawab, (6) dramatisasi, (7) mengucapkan syair, (8) bermain peran, dan (9) karyawisata.

c. Prinsip Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran di TK/RA berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut.
1)      Bahan latihan/kegiatan, percakapan diambil dari lingkungan anak atau tema tertentu.
2)      KBM berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator, serta sadapat mungkin dikaitkan dengan tema
3)      Anak didik diberi kebebasan dalam menyatakan pikiran dan perasaan serta serta ditekankan pada spontanitas
4)      Guru menguasai metode/teknik
5)      Komunikasi antara guru dan anak dilaksanakan secara akrab
6)      Guru memberi contoh/teladan dalam cara menggunakan bahasa
7)      Bahan mengandung isi untuk pengembangan intelektual, emosional serta sesuai dengan taraf perkembangan anak dan lingkungannya.
8)      Tidak diberikan pelajaran membaca dan menulis seperti di SD.

3. Karakteristik Anak Usia Dini
       Anak usia dini seperti anak TK/RA dapat dikenali karakteristik fisik, sosial, emosi, dan kognitifnya. Ciri-ciri anak usia dini tersebut dapat dirinci sebagai berikut.
a. Ciri Fisik
1)      Sangat aktif;
2)      Melakukan banyak kegiatan;
3)      Otot-otot besar (lengan, kaki) lebih dulu berkembang dari otot yang lebih kecil (jari);
4)      Koordinasi tangan, kaki dan mata belum sempurna;
5)      Tubuh lentur sehingga mudah bergerak; dan
6)      Anak laki-laki umumnya lebih besar dari anak perempuan.
b. Ciri Sosial
1)      Bersahabat hanya pada satu atau dua orang dan mudah berganti;
2)      Bermain dalam kelompok yang kecil;
3)      Anak yang lebih muda bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar;
4)      Pola bermain bervariasi sesuai dengan kelas sosial dan jenis kelamin (gender);
5)      Sering terjadi perselisihan dan mudah berbaikan kembali; dan
6)      Telah menyadari peran jenis kelamin.
c. Ciri Emosi
1)      Mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka;
2)      Sikap marah lebih sering diperlihatkan;
3)      Iri hati pada anak yang lain; dan
4)      Selalu memperebutkan perhatian orang dewasa di dekatnya (gurunya).
d. Ciri Kognitif
1)      Umumnya terampil dalam berbahasa;
2)      Memiliki rasa ingin tahu yang besar; dan
3)      Mengemukakan pikiran secara terbuka dan spontan.

4.  Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar
a. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
       Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi pengembangan kemampuan berbahasa Sunda. Teknologi komunikasi berupa media cetak dan elektronik. Dalam batas-batas dan cara-cara tertentu semua itu dapat dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan kualitas pengembangan kemampuan berbahasa Sunda.
b. Pemanfaatan Lingkungan Alam, Sosial, dan Seni-budaya
      Sumber pengembangan kemampuan berbahasa Sunda dapat pula berupa lingkungan alam, masyarakat, dan budaya Sunda. Anak didik diupayakan  agar berhubungan langsung dengan masyarakat untuk mengetahui kehidupan bahasa dan budaya Sunda saat ini, yang selanjutnya dijadikan informasi dalam pengembangan kemampuan berbahasa Sunda.
5.  Diversifikasi Kurikulum
a. Kesamaan Memperroleh Kesempatan
       Pelaksanaan kurikulum tidak mengarah kepada penyeragaman untuk semua sekolah atau anak didik. Keadaan daerah yang berlainan dan kemampuan anak didik yang berbeda justru menjadi sumber pemerkayaan diri. Diversifikasi pada kurikulum memberikan peluang bagi anak didik yang berkemampuan lebih untuk meningkatkan diri melalui kegiatan tambahan.
      Penyediaan tempat yang memberdayakan semua anak didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat diutamakan. Seluruh anak didik dari berbagai kelompok seperti yang kurang, berbakat, dan yang ungggul, berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.

b. Kategorisasi Lokasi Kebahasaan

       Selain bahasa Sunda, di  Jawa Barat terdapat pula bahasa-bahasa daerah lain yang wilayah pemakaiannya tidak berdasarkan daerah administrasi pemerintahan. Dalam hubungan itu, bagi daerah-daerah yang anak didiknya berbahasa ibu bukan bahasa Sunda, kompetensi dasar itu perlu disesuaikan dengan keadaan kebahasaan daerah setempat. pengembangan kemampuan berbahasa Sunda tidak berlangsung untuk semua kompetensi dasar, dipilih mana yang mungkin bisa dilaksanakan. Misalnya, di wilayah Cirebon, Indramayu, Depok, dan Bekasi.
6. Tema
            Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.
            Penentuan tema hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut.
1)      Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan anak ke tema yang semakin jauh dari kehidupan anak.
2)      Kesederhanaan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana kepada tema-tema yang lebih rumit bagi anak
3)      Kemenarikan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang menarik minat anak kepada tema-tema yang kurang menarik minat anak
4)      Keinsidentalan, artinya peristiwa atau kejadian di sekitar anak (sekolah) yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung hendaknya dimasukkan dalam pembelajaran walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih pada hari itu.
            Penentuan tema dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut.
1)      Mengidentifikasi tema yang sesuai denga hasil belajar dan indikator dalam kurikulum.
2)      Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsip pemilihan tema.
3)      Menjabarkan tema ke dalam sub-tema agar cakupan tema tidak terlalu luas.
4)      Memilih sub-tema yang sesuai.
            Tema-tema yang dapat dikembangkan di TK/RA, antara lain: (1) diri sendiri, (2) lingkunganku, (3) kebutuhanku, (4) binatang, (5) tanaman, (6) rekreasi, (7) pekerjaan, (8) air, udara, dan api, (9) alat komunikasi, (10) tanah airku, dan (11)  alam semesta.

7. Penilaian
            Penilaian adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang dicapai anak melalui kegiatan pembelajaran.
            Penilaian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik selama mengikuti pendidikan di TK/RA. Penilaian aspek perkembangan bahasa meliputi:
(a)    menyebutkan nama danjenis kelamin;
(b)   berbicara lancar dengan kalimat sederhana;
(c)    menirukan kembali 2—4 uruta kata (latihan pendengaran);
(d)   mampu melaksanakan 1—2 perintah secara berurutan dengan benar;
(e)    memberi keterangan/informasi tentangsesuatu hal;
(f)    melengkapi kalimat sederhana yang diucapkan oleh guru;
(g)   dapat mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urut;
(h)   mengekspresikan diri melalui dramatisasi;
(i)     membuat kata sebanyak-banyaknya dari suku kata awal yang disediakan dalam bentuk lisan;
(j)     memahami konsep lawan kata, misalnya: calik x ngadeg;
(k)   mengenal kata kerja melalui gerakan-gerakan yang sederhana, misalnya: calik, nagog, lumpat, neda, nangis;
(l)     menggunakan kata ganti (abdi, anjeun, anjeunna);
(m) mengucapkan suku kata dalam nyanyian (kawih), Misalnya: da-da-da, mi-mi-mi, na-na-na, dst.
(n)   menggunakan konsep waktu (dinten ieu, énjing, ayeuna, engké);
(o)   mengungkapkan beberapa sajak sederhana;
(p)   menyebutkan tulisan sederhana melalui simbol yang melambangkannya;
(q)   dapat menceritakan gambar (gambar yang disediakan atau dibuat sendiri);
(r)     mengurutkan dan menceritakan isi gambar berseri;
(s)    menggunakan dan menjawab pertanyaan: naon, saha, di mana, iraha, sabaraha, kumaha, dan ku naon;
(t)     menggunakan bahasa isyarat seperti anggukan kepala, gerakan tubuh, tangan, dan mata; dan

(u)   menyanyikan kawih sederhana bersama-sama.

2 comments:

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive