Friday, May 11, 2018

STRATEGI VISUAL UNTUK PENINGKATAN KOMUNIKASI DAN ATENSI – KONSENTRASI ANAK AUTIS



           

Kesulitan berkomunikasi merupakan salah satu kekurangan pada sindrom autism. Ciri lain dari autism adalah masalah ketrampilan sosial yang tidak umum. Pada umumnya sindrom autism ini dikaitkan dengan masalah perilaku. Ada kaitan antara kesulitan berkomunikasi dengan masalah perilaku yang mereka lakukan. Setelah autism sudah semakin banyak dipelajari, ternyata ada ciri lain yaitu kesulitan memulai dan mempertahankan perhatian, menginterpretasikan komunikasi verbal, dan mengembangkan keterampilan seperti menentukan urutan dan mengorganisir sesuatu.
Ketidakmampuan anak untuk mengkomunikasikan kemauan dan kebutuhannya melalui sarana sosial atau komunikatif yang lebih dapat diterima ini menjadi target bimbingan bagi anak autis. Pendekatan perilaku sebagai bentuk komunikasi efektif untuk menghilangkan aspek masalah komunikais.
            Penelitian menunjukkan bahwa anak autis mengalami kesulitan dalam mengendalikan perhatian atau memusatkan perhatiannya sendiri. Keterampilan komunikasi sosial membutuhkan kemampuan untuk menginterpretasikan interaksi sosial yang mengalir deras dan dinamis, tetapi anak autis tidak memiliki kemampuan tersebut.
            Tujuan menggunakan komunikasi  visual adalah untuk meningkatkan pengertian anak tentang apa yang sedang terjadi dalam hidupnya dan apa yang diharapkan darinya. Setelah ia memahami, ia akan lebih menyesuaikan diri dengan seting yang ada.
             Sebagai tujuan kedua, mengembangkan keterampilan agar perilaku yang tak disukai ini berkurang, berlaku untuk anak verbal maun non verbal. Adanya alat peraga visual dapat membantu anak memfokuskan perhatiannya, menangulangi transisi, menerima perubahan, mengkomunikasikan keinginan, mengikuti prosedur, dan mengembangkan ketrampilan lain yang ditujukan untuk mengurangi kesulitan perilaku. Peraga visual ini dapat digunakan untuk mengajarkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk melakukan rutinitas kegiatan atau mengajarkan respon yang harus diberikan terhadap situasi tertentu, agar anak dapat berperilaku lebih baik.
                       
I.     Perilaku Perkembangan Anak Autis
a.    Perilaku sosial
Perilaku sosial menyebabkan seseorang dapat berhubungan dengan lingkungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan sosialnya. Anak non verbal yang menderita autis sudah dikenal suka menyendiri, mengabaikan orang lain, dan mengalami masalah dalam berhubungan dengan orang lain secara sosial.
b.    Perilaku kognitif
Kognisi dideskripsikan dalam hal bagaimana anak menyelesaikan masalah atau menyelesaikan tugas dengan berpikir. Masih dipertanyakan apakah anak yang intelegensinya lebih tinggi itu dapat menyelesaikan masalah yang lebih rumit dengan lebih mudah dibandingkan dengan anak yang intelegensinya rendah. Bahkan anak yang intelegensinya normal pun sulit memecahkan berbagai masalah yang berbeda-beda.
c.    Perilaku komunikasi
Komunikasi berarti suatu interaksi antara 2 individu atau lebih. Orang yang mengirimkan pesan disebut inisiator, sedangkan yang menerima pesan disebut penerima pesan. Banyak anak autis yang mengalami kesulitan dalam hal pragmatik. Membantu anak belajar merespon dalam pertukaran komunikasi ini merupakan pendekatan yang relatif baru, yang sudah ditingkatkan lebih dari teknik-teknik intervensi sebelumnya.
d.   Mengerti hubungan sebab akibat
Pengertian mengenai hubungan sebab akibat berkaitan dengan apakah anak itu tahu bahwa perilakunya menimbulkan sesuatu. Kita perlu mencari bukti bahwa anak mengerti mengenai hubungan sebab akibat dalam kondisi penilaian informal atau waktu pengamatan.
e.    Kemauan berkomunikasi
Mempunyai kemauan untuk berkomunikasi dengan orang lain seringkali merupakan pekerjaan yang tidak mudah bagi anak non verbal, karena dalam pendekatan ini, anak tidak pernah memperoleh kesempatan untuk belajar tukar menukar informasi dalam komunikasi.
f.     Sarana komunikasi
Bagi anak non verbal, belajar bicara bukanlah sistem komunikasi yang terbaik. Supaya dapat berkomunikasi melalui bicara, anak harus mampu dan dimotivasi untuk berbicara, tetapi hal ini tidak dapat dilakukan untuk anak autis. Anak autis non verbal sulit belajar berbicara, mereka berkomunikasi dalam bentuk lain seperti : saling memberi tanda tukar menukar gambar papan komunikasi atau dengan komputer.
g.    Sistem komunikasi alternatif
Penggunaan sandi sebagai sistem komunikasi, mempunyai berbagai kekuatan maupun kelemahan. Salah satu kekuatannya, pada tahap awal komunikasi, sandi dapat dibuat oleh orang tua/guru dan dikombinasikan dengan penguat yang tepat. Sandi dapat mengekspresikan keinginan anak dengan cepat dan mudah digabungkan satu sama lain sehingga membentuk kalimat.
h.    Obyek untuk pertukaran informasi
Memilih obyek yang diminati anak dapat meningkatkan tahap awal komunikasi anak. Anak autis seringkali mengunakan obyek secara spontan untuk berkomunikasi tetapi obyek itu tidak diberikan pada orang tetapi meletakkannya di dekat benda yang diinginkannya.
i.      Gambar untuk pertukaran komunikasi
Gambar juga dapat digunakan untuk berkomunikasi. Si anak diminta untuk mengambil obyek/gambar kemudian menyerahkannya kepada guru, dan guru mengambil gambar itu dengan benda yang sebenarnya dan diberikan kepada anak tersebut. Menurut Bondy & Frost, pertukaran atau penyerahan gambar ke guru itu akan lebih berhasil daripada hanya meminta anak menunjuk gambar itu.

j.      Membaca dan penggunaan komputer untuk berkomunikasi
Hyperleksia atau kemampuan dapat membaca lebih dari apa yang tertulis berdasarkan kemampuan kognitifnya, adalah fenomena yang dilaporkan terdapat pada anak autis.
k.    Bimbingan komunikasi
Tujuan utama bimbingan komunikasi adalah melatih anak autis yang non verbal meningkatkan kemampuan mengekspresikan komunikasinya, atau membantunya berkomunikasi sesuai dengan keistimewaannya sendiri. Foster (1999) mengatakan bahwa perilaku berikut ini bisa muncul dalam kemauan anak :
-          Terus menerus melakukan sesuatu
-          Sedih pada orang atau benda, tetapi akan hilang setelah orang tersebut meresponnya.
-          Menggapai sesuatu yang jelas dari jangkauannya
-          Memandangi suatu obyek terus menerus atau melamun
-          Berdekatan, berdiri di samping atau di depan seseorang
-          Menggunakan ekspresi wajah yang konsisten atau yang itu-itu saja
-          Memandang seseorang sambil menggumam atau memberi isyarat
l.      Strategi bimbingan

Schopler, dkk (2001) mengamati anak autis yang bermain di dalam kondisi terstruktur, hasilnya menunjukkan bahwa kondisi terstruktur memberikan hasil lebih baik yaitu anak lebih memperhatikan ketika berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain.

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive