Setelah kita
mengetahui apa dan bagaimana mekanisme terjadinya emosi pada individu,
selanjutnya kita akan membahas tentang tungsi atau peranan emosi pada
perkembangan anak. Fungsi dan peranan yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a.
Merupakan bentuk komunikasi sehingga anak dapat menyatakan segala kebutuhan
dan perasaannya pada orang lain. Sebagai contoh, anak yang merasakan sakit atau
marah biasanya mengekspresikan emosinya dengan menangis. Menangis ini merupakan
bentuk komunikasi anak dengan lingkungannya pada saat ia belum mampu
mengutarakan perasaannya dalam bentuk bahasa verbal. Demikian pula halnya
ekspresi tertawa terbahak-bahak ataupun memeluk ibunya dengan erat. Ini merupakan
contoh bentuk komunikasi anak yang bermuatan emosional.
b.
Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak
dengan lingkungan sosialnya, antara lain berikut ini:
1) Tingkah laku emosi anak yang ditampilkan merupakan sumber penilaian
lingkungan sosial terhadap dirinya. Penilaian lingkungan sosial ini akan
menjadi dasar individu dalam menilai dirinya sendiri. Penilaian ini akan
menentukan cara lingkungan sosial memperlakukan seorang anak, sekaligus
membentuk konsep diri anak berdasarkan perlakuan tersebut. Sebagai contoh,
seorang anak sering mengekspresikan ketidaknyamanannya dengan menangis,
lingkungan sosialnya akan menilai ia sebagai anak yang "cengeng".
Anak akan diperlakukan sesuai dengan penilaiannya tersebut, misalnya entah
sering mengolok-olok anak, mengucilkannya atau bisa juga menjadi over
protective. Penilaian dan perlakuan terhadap anak yang disebut
"cengeng" ini akan mempengaruhi kepribadian
dan penilaian diri anak.
dan penilaian diri anak.
2) Emosi menyenangkan atau tidak menyenangkan dapat mempengaruhi interaksi
sosial anak melalui reaksi-reaksi yang
ditampilkan lingkungannya. Melalui reaksi lingkungan sosial, anak
dapat belajar untuk membentuk tingkah laku emosi yang dapat
diterima lingkungannya. Jika anak melempar mainannya saat marah, reaksi yang muncul dari lingkungannya adalah kurang menyukai atau menolaknya. Reaksi yang kurang menyenangkan ini, membuat anak memperbaiki ekspresi emosinya agar dapat diterima di lingkungan masyarakatnya. Demikian pula halnya dengan ekspresi emosi yang disukai lingkungannya. Anak yang empati dan suka berbagi mainan dengan temannya, akan disukai oleh lingkungannya. Anak akan tetap mempertahankan perilakunya karena ia menyukai reaksi lingkungan terhadapnya.
ditampilkan lingkungannya. Melalui reaksi lingkungan sosial, anak
dapat belajar untuk membentuk tingkah laku emosi yang dapat
diterima lingkungannya. Jika anak melempar mainannya saat marah, reaksi yang muncul dari lingkungannya adalah kurang menyukai atau menolaknya. Reaksi yang kurang menyenangkan ini, membuat anak memperbaiki ekspresi emosinya agar dapat diterima di lingkungan masyarakatnya. Demikian pula halnya dengan ekspresi emosi yang disukai lingkungannya. Anak yang empati dan suka berbagi mainan dengan temannya, akan disukai oleh lingkungannya. Anak akan tetap mempertahankan perilakunya karena ia menyukai reaksi lingkungan terhadapnya.
3) Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan. Tingkah laku emosi
anak yang ditampilkan dapat menentukan iklim psikologis lingkungan. Artinya,
apabila ada seorang anak yang pemarah dalam suatu kelompok maka dapat
mempengaruhi kondisi psikologis lingkungannya saat itu, misalnya permainan
menjadi tidak menyenangkan, timbul pertengkaran atau malah bubar.
4) Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi satu
kebiasaan. Artinya, apabila seorang anak yang ramah dan suka menolong merasa
senang dengan perilakunya tersebut dan lingkungan pun menyukainya maka anak
akan melakukan perbuatan tersebut berulang-ulang hingga akhirnya menjadi
kebiasaan.
5) Ketegangan emosi yang dimiliki anak dapat menghambat atau mengganggu aktivitas
motorik dan mental anak. Seorang anak yang mengalami stress atau ketakutan
menghadapi suatu situasi, dapat menghambat anak tersebut untuk melakukan
aktivitas. Misalnya, seorang anak akan menolak bermain finger painting (melukis
dengan jari tangan) karena takut akan mengotori bajunya dan dimarahi orang
tuanya. Aktivitas finger painting ini sangat baik untuk melatih motorik halus
dan indra perabaannya. Namun, hambatan emosional (takut dimarahi orang tuanya)
anak menjadi kehilangan keberanian untuk mencobanya dan hilanglah kesempatan
pengembangan dirinya.
No comments:
Post a Comment