A.
Perkembangan Sosial
Menurut Plato
secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial (zoon
politicori). Syamsuddin (1995:105) mengungkapkan bahwa "sosialisasi
adalah proses belajar untuk menjadi makhluk sosial", sedangkan menurut
Loree (1970:86) "sosialisasi merupakan suatu proses di mana individu
(terutama) anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial
terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelompoknya) serta belajar
bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungan
sosialnya".
Muhibin (1999:35)
mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan proses pembentukan social
self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya,
bangsa, dan seterusnya. Adapun Hurlock (1978:250) mengutarakan bahwa
perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai
dengan tuntutan sosial. "Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku
sesuai dengan norma, nilai atau harapan sosial".
B.
Perkembangan Emosi
Jika kita berbicara
tentang emosi maka setiap orang akan mengatakan bahwa ia pernah merasakannya,
setiap orang bereaksi terhadap keberadaannya. Hidup manusia sangat kaya akan
pengalaman emosional. Hanya saja ada yang sangat kuat dorongannya, adapula yang
sangat samar sehingga ekspresinya tidak tampak. Ekspresi emosi akan kita kenali
pada setiap jenjang usia mulai dari bayi hingga orang dewasa, baik itu
laki-Iaki ataupun perempuan. Sebagai contoh, seorang anak tertawa kegirangan
ketika ayahnya melambungkan tubuhnya ke udara atau kita meiihat seorang anak
yang berusia satu tahun sedang menangis karena mainannya direbut oleh kakaknya.
Bagi seorang anak, kondisi emosi ini lebih*mudah diekspresikan rnelalui kondisi
fisiknya.
Sebagai contoh
seorang anak akan iangsung menangis apabila ia merasa sakit atau merasa tidak
nyaman. Namun, apabiia seorang anak ditanya tentang "bagaimana
perasaannya" atau "mengapa ia merasa sakit?", anak akan merasa
kesulitan untuk mengungkapkan perasaannya dalam bahasa verbal.Contoh-contoh
perilaku di atas menunjukkan gambaran emosi seseorang. Jadi, apa sebetulnya
yang dimaksud dengan emosi itu? Untuk mengetahui hai itu lebih jelas, Anda
dapat mengikuti pembahasan berikut ini.
Emosi adalah
perasaan yang ada dalam diri kita, dapat berupa perasaan v senang atau tidak
senang, perasaan baik atau buruk. Dalam World Book Dictionary emosi
didefinisikan sebagai "berbagai perasaan yang kuat". Perasaan benci,
takut, marah, cinta, senang, dan kesedihan. Macam-macam perasaan tersebut
adalah gambaran dari emosi. Goleman menyatakan bahwa "emosi merujuk pada
suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan
psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak".Syamsuddin
mengemukakan bahwa "emosi merupakan suatu suasana yang kompleks (a
complex feeling state) dan getaran jiwa (stid up state) yang
menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku".
Berdasarkan definisi di atas kita dapat memahami bahwa emosi merupakan suatu
keadaan yang kompleks, dapat berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang ditandai
oleh perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya suatu perilaku.
ΓΌ Proses
PerkembanganSosialAnakUsia Dini
Untuk menjadi
individu yang mampu bermasyarakat diperlukan tiga proses sosialisasi. Proses
sosialisasi ini tampaknya terpisah, tetapi sebenarnya saling berhubungan satu
sama lainnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurlock (1978), yaitu sebagai
berikut.
1.
Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima masyarakat.
2.
Belajar memainkan peran sosial yang ada di masyarakat.
3.
Mengembangkan sikap/tingkah laku sosial terhadap individu lain dan
aktivitas sosial yang ada di masyarakat.
Pada
perkembangannya, berdasarkan ketiga tahap proses sosial ini, individu akan
terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok individu sosial dan individu
nonsosial. Kelompok individu sosial adalah mereka yang tingkah lakunya
mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Mereka mampu untuk mengikuti kelompok
yang diinginkan dan diterima sebagai anggota kelompok. Adakalanya mereka selalu
menginginkan adanya orang lain dan merasa kesepian apabila berada seorang diri.
Selain itu mereka juga merasa puas dan bahagia jika selalu berada dengan orang
lain. Adapun kelompok individu nonsosial, mereka adalah orang-orang yang tidak
berhasil mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Mereka adalah individu yang
tidak tahu apa yang diharapkan kelompok sosial sehingga tingkah laku mereka
tidak sesuai dengan harapan sosial. Kadang-kadang mereka tumbuh menjadi
individu antisosial, yaitu individu yang mengetahui harapan kelompok sosial,
tetapi dengan sengaja melawan hal tersebut. Akibatnya individu antisosial ini
ditolak atau dikucilkan oleh kelompok sosial.
Selain kedua
kelompok tadi, dalam perkembangan sosial ini adapula istilah individu yang introvert
dan extrovert. Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk
menarik diri dari lingkungan sosialnya. Minat, sikap ataupun
keputusan-keputusan yang diambil selalu didasarkan pada perasaan, pemikiran,
dan pengalamannya sendiri. Orang-orang dengan kecenderungan introvert, biasanya
pendiam dan tidak membutuhkan orang lain karena merasa segala kebutuhannya bisa
dipenuhi sendiri. Sedangkan extrovert adalah kecenderungan seseorang
untuk mengarahkan perhatian ke luar dirinya sehingga segala minat, sikap, dan
keputusan-keputusan yang diambilnya lebih ditentukan oleh peristiwa-peristiwa
yang terjadi di luar dirinya. Orang-orang extrovert biasanya cenderung
aktif, suka berteman, dan ramah-tamah. Seorang ahli menyatakan introvert dan
extrovert hanya merupakan suatu tipe dari reaksi yang ditunjukkan
seseorang.
Jika seseorang menunjukkan
reaksi yang terus-menerus seperti itu atau sudah menjadi kebiasaan barulah bisa
dianggap sebagai tipe kepribadiannya. Sementara ahli lain menyatakan bahwa
suatu kepribadian yang sehat atau seimbang haruslah memiliki kedua
kecenderungan ini. Dengan demikian, kebutuhan untuk berhubungan dengan
lingkungan sosialnya serta kebutuhan akan prestasi dan refleksi diri keduanya
bisa terpuaskan.
Ada dua puluh
karakteristik yang dapat menggambarkan individu dengan penyesuaian diri baik,
yaitu sebagai berikut:
1.
Dapat menerima tanggung jawab sesuai dengan usianya.
2.
Menikmati pengalamannya.
3.
Mau menerima tanggung jawab sesuai dengan perannya. Apakah itu peran sebagai
anggota kelompok, murid di sekolah atau sekadar peran kakak terhadap adiknya.
4.
Mampu memecahkan masalah dengan segera.
5.
Dapat melawan dan mengatasi hambatan untuk merasa bahagia.
6.
Mampu membuat keputusan dengan kekhawatiran dan konflik yang minimum.
7.
Tetap pada pilihannya sehingga ia menemukan bahwa pilihannya itu salah.
8.
Merasa puas dengan kenyataan.
9.
Dapat menggunakan pikiran sebagai dasar untuk bertindak, tidak untuk
melarikan diri.
10.
Belajar dari kegagalan tidak mencari alasan untuk kegagalannya.
11.
Tahu bagaimana harus bekerja pada saat kerja dan bermain pada saat main.
12.
Dapat berkata tidak pada situasi yang mengganggunya.
13.
Dapat berkata ya pada situasi yang membantunya.
14.
Dapat menunjukkan kemarahan ketika merasa terluka atau merasa haknya terganggu.
15.
Dapat menunjukkan kasih sayang.
16.
Dapat menahan sakit dan frustrasi bila diperlukan.
17.
Dapat berkompromi ketika mengalami kesulitan.
18.
Dapat mengonsentrasikan energinya pada tujuan.
19.
Menerima kenyataan bahwa hidup adalah perjuangan yang tak ada habisnya.
20.
Untuk menjadi individu dengan penyesuaian diri yang baik, seorang anak
harus merasa bahagia dan mampu menerima dirinya. Untuk itu, sejak dini anak
perlu diajak bersikap realistis terhadap diri dan kemampuannya.
No comments:
Post a Comment