Sebagai sistem sosial terkecil,
keluarga memiliki pengaruh luar biasa dalam hal pembentukan karakter suatu
individu. “Keluarga merupakan produsen dan konsumen sekaligus, dan harus
mempersiapkan dan menyediakan segala kebutuhan sehari-hari seperti sandang dan
pangan. Setiap keluarga dibutuhkan dan saling membutuhkan satu sama lain,
supaya mereka dapat hidup lebih senang dan tenang.”[1]
Keluarga memiliki definisi tersendiri bagi orang Jawa. “Bagi orang Jawa,
keluarga merupakan sarung keamanan dan sumber perlindungan.”[2]
Hildred Geertz memberikan suatu gambaran ideal suatu keluarga sebagai berikut :
(…) bagi setiap orang Jawa,
keluarga yang terdiri dari orang tua, anak-anak, dan biasanya suami atau istri
merupakan orang-orang tepenting di dunia ini. Mereka itulah yang memberikan
kepadanya kesejahteraan emosional serta titik keseimbangan dalam orientasi
sosial. Mereka memberi bimbingan moral, membantunya dari masa kanak-kanak
menempuh usia tua dengan mempelajari nilai-nilai budaya Jawa. Proses
sosialisasi adalah suatu proses kesinambungan di sepanjang hidup diri pribadi
(…)(1983:7)
Pengertian keluarga juga dapat
dilihat dalam arti kata yang sempit, sebagai keluarga inti yang merupakan
kelompok sosial terkecil dari masyarakat yang terbentuk berdasarkan pernikahan
dan terdiri dari seorang suami (ayah), isteri (ibu) dan anak-anak mereka.
Sedangkan keluarga dalam arti kata yang lebih luas misalnya keluarga RT,
keluarga komplek, atau keluarga Indonesia. (Munandar, 1985).
Keluarga menjalankan peranannya
sebagai suatu sistem sosial yang dapat membentuk karakter serta moral seorang
anak. Keluarga tidak hanya sebuah wadah tempat berkumpulnya ayah, ibu, dan
anak. Sebuah keluarga sesungguhnya lebih dari itu. Keluarga merupakan tempat
ternyaman bagi anak. Berawal dari keluarga segala sesuatu berkembang. Kemampuan
untuk bersosialisasi, mengaktualisasikan diri, berpendapat, hingga perilaku
yang menyimpang.
Keluarga merupakan payung
kehidupan bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat ternyaman bagi seorang
anak. Beberapa fungsi keluarga selain sebagai tempat berlindung, (Mudjijono, et
al., 1995) diantaranya :
a)
Mempersiapkan anak-anak bertingkah laku sesuai dengan niai-nilai dan
norma-norma aturan-aturan dalam masyarakat dimana keluarga tersebut berada
(sosialisasi).
b)
Mengusahakan tersekenggaranya kebutuhan ekonomi rumah tangga (ekonomi),
sehingga keluarga sering disebut unit produksi.
c)
Melindungi anggota keluarga yang tidak produksi lagi (jompo).
d)
Meneruskan keturunan (reproduksi).
Menurut Kingslet Davis dalam
Murdianto (2003) menyebutkan bahwa fungsi keluarga ialah :
a) Reproduction, yaitu
menggantikan apa yang telah habis atau hilang untuk kelestarian sistem sosial
yang bersangkutan.
b) Maintenance, yaitu
perawatan dan pengasuhan anak hingga mereka mampu berdiri sendiri.
c)
Placement, memberi posisi sosial kepada setiap anggotanya, baik itu
posisi sebagai kepala rumah tangga maupun anggota rumah tangga, atau pun
posisi-posisi lainnya.
d) Sosialization,
pendidikan serta pewarisan nilai-nilai sosial sehingga anak-anak kemudian dapat
diterima dengan wajar sebagai anggota masyarakat.
e) Economics,
mencukupi kebutuhan akan barang dan jasa dengan jalan produksi, distribusi, dan
konsumsi yang dilakukan di antara anggota keluarga.
f)
Care of the ages, perawatan bagi anggota keluarga yang telah lanjut
usianya.
g) Political center,
memberikan posisi politik dalam masyarakat tempat tinggal.
h)
Physical protection, memberikan perlindungan fisik terutama berupa
sandang, pangan, dan perumahan bagi anggotanya.
Bila seorang anak dibesarkan
pada keluarga pembunuh, maka ia akan menjadi pembunuh. Bila seorang anak
dibesarkan melalui cara-cara kasar, maka ia akan menjadi pemberontak. Akan
tetapi, bila seorang anak dibesarkan pada keluarga yang penuh cinta kasih
sayang, maka ia akan tumbuh menjadi pribadi cemerlang yang memilki budi pekerti
luhur. Keluarga sebagai tempat bernaung, merupakan wadah penempaan karakter
individu.
Pada masa sekarang ini, pengaruh
keluarga mulai melemah karena terjadi perubahan sosial, politik, dan budaya.
Keadaan ini memiliki andil yang besar terhadap terbebasnya anak dari kekuasaan
orang tua. Keluarga telah kehilangan fungsinya dalam pendidikan. Tidak seperti
fungsi keluarga pada masa lalu yang merupakan kesatuan produktif sekaligus
konsumtif. Ketika kebijakan ekonomi pada zaman modern sekarang ini mendasarkan
pada aturan pembagian kerja yang terspesialisasi secara lebih ketat, maka
sebagian tanggung jawab keluarga beralih kepada orang-orang yang menggeluti
profesi tertentu[3].
Uraian tersebut cukup
menjelaskan apa arti keluarga yang sesungguhnya. Keluarga bukan hanya wadah
untuk tempat berkumpulnya ayah, ibu, dan anak. Lebih dari itu, keluarga
merupakan wahana awal pembentukan moral serta penempaan karakter manusia.
Berhasil atau tidaknya seorang anak dalam menjalani hidup bergantung pada
berhasil atau tidaknya peran keluarga dalam menanamkan ajaran moral kehidupan.
Keluarga lebih dari sekedar pelestarian tradisi, kelurga bukan hanya menyangkut
hubungan orang tua dengan anak, keluarga merupakan wadah mencurahkan segala
inspirasi. Keluarga menjadi tempat pencurahan segala keluh kesah. Keluarga
merupakan suatu jalinan cinta kasih yang tidak akan pernah terputus.
No comments:
Post a Comment