a. Makna
Pengetahuan
Pengetahuan paling sederhana
adalah pengetahuan biasa yang bisa diperoleh dan dicapai oleh kebanyakan orang dalam
kehidupan sehari-hari. Ia juga dapat disebut sebagai pengetahuan karena berupa
penyadaran atau pemahaman atas informasi berkenaan dengan objek benda atau
peristiwa yang dikenalinya. Tetapi pengetahuan biasa tidak disebut sebagai ilmu
karena tidak merupakan hasil konseptualisasi daya abstraksi yang tinggi sebagaimana
diperlukan dalam membentuk pengetahuan ilmiah. Tetapi keduanya terentang pada
benang merah yang sama sebagai sama-sama pengetahuan karena merefleksikan
adanya kesatuan hubungan antara subjek dan objek.
Secara sederhana pengetahuan
dibagi beberapa macam menurut tingkatannya yaitu :
a. Pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan tentang
hal-hal yang biasa, yang sehari-hari, yang selanjutnya dapat disebut sebagai
pengetahuan;
b. Pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang
mempunyai sistematika dan metode tertentu, yang kemudian disebut sebagai ilmu
pengetahuan;
c. Pengetahuan filosofis, adalah semcam ilmu
yang istimewa, yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak terjawab oleh
ilmu-ilmu biasa, yang selanjutnya disebut filsafat.
d. Pengetahuan teologis, yaitu pengetahuan
tentang Tuhan atau pengetahuan keagamaan sebagai sumber penerangan yang dapat
diperoleh oleh manusia dari Yang Maha Kuasa Tuhan sebagai Zat Pencipta Alam
Semesta.
b. Makna
Nilai
Di dalam hidup keseharian kita
telah dapat menerapkan pemahaman tentang nilai sebagai cara untuk membedakan
sesuatu dari lainnya. Di lapangan ekonomi misalnya, seseorang yang tidak cukup
berpendidikan sekalipun bahkan dapat membandingkan sesuatu barang atau jasa
berbeda dengan lainnya dengan memberikan hingga menyepakati harga dalam
transaksi jual beli atau sekedar tukar-menukar (barter). Alat tukar dalam
transaksi jual beli itu sendiri mencerminkan aturan nilai yang dipercaya
berdasar nilai nominal yang tertulis di dalamnya.
Tetapi nilai dalam makna
filsafat, atau sebagai objek kajian dasar dan tujuan ilmu pengetahuan, seperti
telah dipikirkan para ahli mulai dari masa klasik hingga era bangkitnya
peradaban modern, merentangkan dimensi dan cakupan yang tidak sederhana.
1. Pengertian Nilai
Menurut Fraenkel (1977:6), nilai
adalah suatu ide atau konsep tentang apakah yang penting bagi kehidupan
seseorang. Adapun Rokeah di dalam Djahiri (1996:17) mengemukakan arti nilai
sebagai “Suatu jenis kepercayaan yang letaknya terpusat pada pusat dan sistem
kepercayaan seseorang, tentang bagaimana seseorang sepatutnya atau tidak
sepatutnya dalam melakukan sesuatu, atau tentang apa yang berharga dan tidak
berharga untuk dicapai, dikerjakan, dipercayai.”
Sedangkan Mudjanto di dalam
Wahana (1993:66) merefleksikan bahwa, “Nilai tidak hanya tampak sebagai nilai
bagi seseorang saja, melainkan bagi segala umat manusia. Nilai tampil sebagai
sesuatu yang patut dikejar dan dilaksanakan oleh semua orang. Oleh karena itu,
nilai dapat dikomunikasikan pada orang lain.”
2. Bentuk dan Sifat Nilai
Kohlberg di dalam
Djahiri (1996:26) membagi dua bentuk nilai, yakni Nilai Objektif (universal)
dan Nilai Subjektif (khusus). Yang dimaksud dengan ‘nilai objektif’ adalah
nilai intrinsik yang merupakan nilai dasar yang hakiki dan abadi. Oleh karena
itu ditegaskan oleh Djahiri sebagai nilai yang bersifat universal. Adapun
‘nilai subjektif’ atau nilai khusus merupakan nilai yang sudah memiliki
corak/warna bergantung pada situasi/tempat yang mempengaruhinya.
c. Pemerolehan
Pengetahuan dan Pembentukan Nilai
Pengetahuan dan nilai adalah dua
konsep abstrak yang dapat dibangun dalam konstruk pemahaman. Perbedaannya,
pengetahuan merupakan dunia objektif yang harus dicari dalam arti diselidiki
hingga dipahami dan dalam tingkatnya yang tinggi dengan menggunakan metode
keilmuan berkembang pengetahuan ilmiah (ilmu pengetahuan) sedangkan Nilai
merupakan dunia subjektif, ia ada sebagai keputusan individu atas sikap yang
harus dipilihnya. Bahwa setiap keputusan nilai yang bersifat subjektif tersebut
tidak terlepas dengan adanya pengetahuan objektif yang mempengaruhi diri
individu, terutama lingkungan kultur yang mengkondisinya. Karena itu Nilai
dalam aktualisasi yang diekspresikan sebagai sebuah sikap, dapat terlepas sama
sekali dengan aktualitas penalaran atau kesadaran pengetahuannya.
Dengan demikian pengetahuan
terbentuk dimulai dengan perhatian sebagai fasilitas awal berupa kontak dasar,
terjadinya kontak dasar akan menguat dan berlangsung lebih konstan jika
ditunjang adanya minat atau ketertarikan (couriusity).
Karena itu, terbentuknya minat yang kuat biasanya tumbuh dari adanya rasa
heran/kepenasaran hingga mendorong rasa keingintahuan.
Nilai merupakan suatu konsep yang
dipahami sebagai harga yang melekat atau merupakan ‘muatan’ dari sesuatu, baik
secara objektif dan subjektif. Pandangan objektif, menyangkut ketepatan/kesesuaian
dengan keadaan dan sifat sebagaimana apa adanya. Karena itu, secara objektif,
bentuk dan sifat nilai dapat dipahami berdasar keadaan dan ujudnya; dari
kongkrit hingga abstrak. Sedangkan pandangan subjektif dimungkinkan karena
bergantung pada pengakuan/ persetujuan diri manusia secara personal maupun
kolektif atas suatu benda atau tindakan di dalam pergaulan manusia.
No comments:
Post a Comment