Kegiatan Bercerita di Sekolah
Untuk menyajikan secara menarik,
diperlukan beberapa persiapan, mulai dari memilih jenis cerita,
menyiapkan tempat, panyiapan alat peraga dan sebagainya hingga penyajian
cerita. Menurut Tampubolon,
(1991 : 11) persiapan kegiatan bercerita dan penjelasannya sebagai berikut:
a.
Memilah dan memilih materi cerita
Diantara
berbagai jenis cerita, cerita tentang pengalaman seseorang dan faktor
tradisional merupakan sumber cerita terbaik bagi anak-anak.
b.
Jenis cerita
Dalam program pembelajaran di TK, cerita
dapat digolongkan menjadi tiga, yakni cerita untuk program inti, cerita untuk
program pembuka, dan cerita untuk tujuan rekreasi pada akhir program. Cerita
untuk program inti, digunakan dalam kegiatan inti cerita ini disampaikan oleh peserta didik sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ingin di capai. Misalnya cerita tentang Bebek
si buruk rupa. Cerita
ini menggambarkan seekor bebek yang buruk rupanya, tetapi hatinya baik, suka
menolong dan sebagainya. Tujuan pembelajaran ini, tenaga didik ingin menanamkan rasa saling tolong
menolong, tidak membeda-bedakan teman. Cerita untuk program pembuka dan
penutup, disampaikan pada kegiatan inti dan penutup yang menyampaikan adalah
anak, seorang pesrta didik hanya memberikan stimulasi, misalnya dalam kegiatan
berbagi cerita tentang pengalaman naik sepeda dan sebagainya. Sedangkan cerita
untuk tujuan rekreasi pada akhir program, cerita ini disampaikan oleh anak
setelah liburan sekolah. Untuk jenis cerita anak yang banyak disukai adalah
cerita fable karena anak sedang senang dengan binatang-binatang peliharaan.
c.
Pengelolaan kelas untuk bercerita
Pengelolaan kelas merupakan upaya dalam
mendayagunakan potensi kelas pengelolaan kelas dengan baik seorang guru perlu memperhatikan
aspek-aspek pengelolaan kelas Tampubolon, (1991 : 29) yang terdiri:
“Pengorganisasian siswa, penugasan kelas, disiplin kelas dan pembimbingan
siswa”.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1) Pengorganisasian siswa
Bentuk pengelompokan anak-anak yang akan
dilibatkan atau diajak berinteraksi dalam penceritaan terlebih dahulu guna
mengetahui hubungan sosial antar peserta
didik dalam kelas.
2)
Penugasan kelas
Dalam kegiatan bercerita, penugasan kelas
dapat dilakukan dengan meminta anak-anak untuk mencari tokoh utama dalam cerita
mengingatnya dan menyebutkan kembali sifat-sifatnya. Tentunya
tugas tersebut dikomunikasikan terlebih dahulu sebelum
penceritaan berlangsung.
3)
Disiplin kelas
Dalam
kegiatan bercerita di TK, bentuk-bentuk disiplin kelas tentu harus disesuaikan
dengan karakteristik anak usia dini. Dalam melakukan peceritaannya seorang
peserta didik tetap perlu menenangkan muridnya untuk mendengarkan pesan melalui
ceritanya. Proses menenangkan murid perlu dilakukan dengan cara mendidik, tidak
disertai dengan ancaman dilakuan dengan mengikat perhatian mereka melalui
cerita yang disajikan dengan menarik sehingga tidak membuat anak sibuk sendiri.
1)
Pembimbingan siswa
Dalam kegiatan bercerita, bimbingan yang
diperlukan dapat berbentuk pemberian informasi sejelas-jelasnya tentang proses
dan tujuan cerita yang akan disampaikan serta kemungkinan permasalahan yang
muncul dalam memahami pembelajaran yang akan diikutinya.
d.
Pengelolaan tempat untuk bercerita
Banyak cara
pengelolaan tempat untuk bercerita menurut Tampubolon, (1991:17) yang terdiri dari: “penataan tempat untuk bercerita, posisi media,
penataan ruang cerita dan strategi penyampaian cerita untuk anak”.
Adapun penjelasannya sebagai
berikut:
1)
Penataan tempat untuk bercerita
Tempat duduk
sisa dalam kegiatan bercerita perlu mendapatkan perhatian yang serius. Sebab
tempat duduk berkaitan dengan banyak hal. Keterkaitan itu adalah interaksi
tenaga pendidik dan siswa, karakteristik materi penceritaan, media pembelajaran
yang digunakan dalam penceritaan.Oleh karena, itu tempat duduk siswa sangat
berpengaruh dalam keberhasilan kegiatan bercerita. Aktifitas bercerita tidak
harus dilakukan didalam kelas, kegiatan bercerita dapat dilakukan dimanapun
asal memenuhi kriteria kebersihan, keamanan dan kenyamanan. Jika jumlah anak
sedikit, bercerita dapat dilakukan diberbagai tempat seperti di teras, di bawah
pohon, dan lain sebagainya. Pada prinsipnya yang penting tempat tersebut dapat
menampung semua peserta didik, teduh, bersih dan aman. Apabila jumlah anak
relatif banyak sebaiknya dipilih tempat yang lebih luas. Ruang kelas merupakan
tempat yang paling representative (memenuhi persyaratan) yang lebih baik lagi
apabila cerita yang disampaikan ditempat yang berkaitan.
2)
Posisi media
Penempatan dalam ruangan perlu
memperhatikan beberapa aspek. Keterjangkauan menjadi prioritas bahwa semua
media yang akan dipakai mudah dijangkau oleh tenaga pendidik sehingga tidak mengganggu proses
penceritaan. Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah keselamatan media
terhadap kemungkinan gangguan yang muncul berasal dari murid-murid
sendiri. Untuk itu yang
perlu dilakukan adalah peraturan akan peserta didik, tenaga pendidik dan media
dengan baik.
3)
Penataan Ruang Cerita
Kegiatan
bercerita di TK dapat dilakukan dimana saja. Pelaksanaanya dapat dilakukan
didalam maupun diluar kelas. Jika penceritaan dilakukan di dalam kelas, maka
kelas perlu dtata untuk memberikan dukungan penceritaan. Penataan tersebut
meliputi ventilasi, tata cahaya dan tata warna. Sedangkan penataan yang
dilakukan di luar kelas membutuhkan beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti
kesesuaian tuntutan cerita, keamanan dan kenyamanan.
e.
Strategi Penyampain cerita untuk peserta didik
Kegiatan bercerita di sekolah dapat
dilakukan dengan baik, apabila sebelumnya dipersiapkan terlebih dahulu, tidak hanya
itu saja peran seorang tenaga
pendidik disini juga sangat berperan penting, untuk
memberikan suasana yang menyenangkan agar peserta didik dalam mendengarkan cerita atau
bercerita dengan hati yang senang. Karena pada prinsipnya belajar di TK itu belajar sambil bermain. Oleh
karena itu seorang tenaga pendidik harus mempunyai metode yang tepat dalam
menyampaikan kegiatan bercerita, strategi tersebut Tampubolon, (1991 :
18) yang terdiri dari: ”strategi storytelling, strategi reproduksi
cerita dan strategi simulasi kreatif.”
Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
1)
Strategi Storytelling
Straregi Storytelling merupakan
penceritaan cerita yang dilakukan secara terencana dengan menggunakan boneka,
atau benda-benda visual, metode ini bertujuan untuk menghasilkan kemampuan
berbahasa peser5ta didik. Penggunaan metode ini dibutuhkan untuk melatih dan
membentuk ketrampilan berbicara, pengembangkan daya nalar, dan pengembanangkan
imajinasi peserta didik. Metode ini contohnya seperti metode sandiwara boneka,
metode bermain peran, metode bercakap-cakap dan metode tanya jawab.
2)
Strategi
Reproduksi Cerita
Strategi
reproduksi cerita adalah kegiatan belajar mengajar bercerita kembali cerita
yang didengar. Tujuan kegiatan ini sama dengan tujuan straregi Storytelling.
Strategi ini dimulai setelah guru bercerita,kemudian anak diminta menceritakan
cerita itu sesuai dengan daya tangkap anak.
3)
Strategi
Simulasi Kreatif
Strategi
simulasi kreatif dilaksanakan untuk memanipulasi kegiatan belajar sambil
bermain dari penggalan dialog cerita atau bermain peran membawakan tokoh-tokoh
dalam cerita.
No comments:
Post a Comment