Pengukuran
Pendapatan
Pengukuran pendapatan
merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam laporan keuangan, karena dalam
melakukan aktivitas usaha dan manajemen perusahaan tentu ingin mengetahui nilai
atau jumlah pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode akuntansi yang diakui
sesuai dengan prinsip umum.
Hal yang erat dengan
masalah pengakuan adalah masalah pengukuran, menurut Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) (2007:233) mendefinisikan : “Pengukuran adalah proses penetapan jumlah
uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca
dan laporan rugi laba.”
Sedangan menurut
Hendrikson (2006 : 380) menjelaskan arti pengukuran secara tradisional dalam
akuntansi yaitu :
“Pemberian nilai angka
(numerical values) pada objek atau
kejadian yang berhubungan dengan perusahaan dan diperoleh sedemikian rupa
sehingga cocok untuk digabungkan (seperti total nilai aktiva) atau pemilihan (disaggregation) sebagamana yang
diinginkan unuk situasi tertentu.
Berdasarkan PSAK 23
(revisi 2010), pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau
dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya
ditentukan oleh persetujuan antara entitas dan pembeli atau pengguna aset
tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan uang diterima atau
dapat diterima oleh entitas dikurangi diskon dagang dan rabat yang diperbolehkan
oleh entitas. Pada umumnya, bentuk dari imbalan adalah kas dan setara kas.
Jika barang atau jasa
dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat dan nilai yang serupa, maka
pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi yang menghasilkan
pendapatan. Hal ini sering terjadi dengan komoditas seperti minyak atau susu di
mana penyalur menukarkan persediaan di beberapa lokasi untuk memenuhi
permintaan dengan dasar tepat waktu dalam suatu lokasi. Jika barang dijual dan
jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang atau jasa yang tidak serupa,
maka pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang menghasilkan
pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa
yang diterima, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang dialihkan.
Dasar pengukuran
pendapatan adalah suatu unsur diakui secara formal yang memenuhi elemen laporan
keuangan. Sebuah unsur juga dapat diukur dalam satuan uang untuk dapat diakui
pengungkapan merupakan pengakuan yang lebih tepat dalam situasi dimana yang
relevan tidak dapat diukur dengan handal.
Menurut Skousen dan
Stice (Akbar, 2009:568) ada lima dasar pengukuran yang biasanya digunakan dalam
praktek yaitu:
1. Biaya
historis (historical cost) adalah
harga tunai ekuivalen yang dipertukarkan untuk barang atau jasa pada tanggal
perolehan (akuisisi). Pada dasar pengukuran ini, aktiva dicatat pengeluaran kas
(atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang
diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut pada data perolehan. Kewajiban
dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban atau dalam
keadaan tertentu (misalnya pajak penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara
kas) yang diharapkan akan dibayar untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan
usaha yang normal.
2. Biaya
penggantian saat ini (Current Replacement
Cost) merupakan harga tunai yang akan dibayarkan sekarang untuk membeli
atau mengganti jenis barang atau jasa yang sama yang tidak didiskontokan yang
mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban.
3. Nilai
pasar saat ini (Current Marker Value)
merupakan harga tunai ekuivalen yang dapat diperoleh dengan menjual aktiva dalam
likuidasi sebelumnya atau yang dilaksanakan secara terarah.
4. Nilai
bersih yang dapat direalisasikan (Net
Realizable Value) merupakan jumlah kas yang diharapkan akan diterima atau
dibayarkan dari hasil pertukaran aktiva atau kewajiban dalam kegiatan normal
perusahaan. Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian yaitu jumlah kas
(atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan
untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
5. Nilai
sekarang atau diskonto (pemecahan dari kerugian atas saham) merupakan aktiva
yang dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang didiskontokan
ke nilai dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan
usaha normal kewajiban dinyatakan ke nilai sekarang yang diharapkan akan
diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha.
Dari kelima atribut
pengukuran tersebut, memiliki nilai yang kurang lebih sama. Perbedaan akan
muncul dengan bertambahnya umur aset, perubahan kondisi usaha, dan harga
perolehan semula menjadi kurang relevan dalam mengukur keuntungan ekonomis di
masa yang akan datang.
Cara terbaik untuk
pengukuran pendapatan adalah dengan menggunakan nilai tukar dari barang atau
jasa. Nilai tukar ini menunjukkan ekuivalen kas atau nilai sekarang dari
pendiskontoan tagihan uang yang akhirnya akan diterima dari transaksi
pendapatan. Di dalam banyak kasus, nilai ini bisa ekuivalen dengan harga yang
disepakati dalam transaksi dengan pelanggan. Tetapi penyisihan semestinya harus
dibuat untuk menunggu waktu hingga tagihan dibayar.
Agar direalisasi (yaitu
secara formal diakui didalam catatan akuntansi sebagai pendapatan yang
diperoleh selama periode berjalan), pendapatan harus memenuhi tiga tujuan
sebagai berikut :
1. Barang
atau jasa itu harus diberikan sepenuhnya (misalnya penyerahan jasa kepada
pelanggan)
2. Pertukaran
sumber daya dibuktikan oleh transaksi pasar yang harus terjadi (misal
penerimaan jasa membayar atau berjanji akan membayar uang kas dan si pemberi
jasa menyerahkan jasanya)
3. Ketertagihan
(collectability) aktiva itu
(misalnya, tagihan jasa atau premi) haruslah cukup pasti.
No comments:
Post a Comment