Friday, January 13, 2017

Pengukuran Pendapatan

Pengukuran Pendapatan
Pengukuran pendapatan merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam laporan keuangan, karena dalam melakukan aktivitas usaha dan manajemen perusahaan tentu ingin mengetahui nilai atau jumlah pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode akuntansi yang diakui sesuai dengan prinsip umum.
Hal yang erat dengan masalah pengakuan adalah masalah pengukuran, menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007:233) mendefinisikan : “Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan rugi laba.”
Sedangan menurut Hendrikson (2006 : 380) menjelaskan arti pengukuran secara tradisional dalam akuntansi yaitu :
“Pemberian nilai angka (numerical values) pada objek atau kejadian yang berhubungan dengan perusahaan dan diperoleh sedemikian rupa sehingga cocok untuk digabungkan (seperti total nilai aktiva) atau pemilihan (disaggregation) sebagamana yang diinginkan unuk situasi tertentu.
Berdasarkan PSAK 23 (revisi 2010), pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara entitas dan pembeli atau pengguna aset tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan uang diterima atau dapat diterima oleh entitas dikurangi diskon dagang dan rabat yang diperbolehkan oleh entitas. Pada umumnya, bentuk dari imbalan adalah kas dan setara kas.
Jika barang atau jasa dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat dan nilai yang serupa, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi yang menghasilkan pendapatan. Hal ini sering terjadi dengan komoditas seperti minyak atau susu di mana penyalur menukarkan persediaan di beberapa lokasi untuk memenuhi permintaan dengan dasar tepat waktu dalam suatu lokasi. Jika barang dijual dan jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang atau jasa yang tidak serupa, maka pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang menghasilkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang dialihkan.
Dasar pengukuran pendapatan adalah suatu unsur diakui secara formal yang memenuhi elemen laporan keuangan. Sebuah unsur juga dapat diukur dalam satuan uang untuk dapat diakui pengungkapan merupakan pengakuan yang lebih tepat dalam situasi dimana yang relevan tidak dapat diukur dengan handal.
Menurut Skousen dan Stice (Akbar, 2009:568) ada lima dasar pengukuran yang biasanya digunakan dalam praktek yaitu:
1.    Biaya historis (historical cost) adalah harga tunai ekuivalen yang dipertukarkan untuk barang atau jasa pada tanggal perolehan (akuisisi). Pada dasar pengukuran ini, aktiva dicatat pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut pada data perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban atau dalam keadaan tertentu (misalnya pajak penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas) yang diharapkan akan dibayar untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.
2.    Biaya penggantian saat ini (Current Replacement Cost) merupakan harga tunai yang akan dibayarkan sekarang untuk membeli atau mengganti jenis barang atau jasa yang sama yang tidak didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban.
3.    Nilai pasar saat ini (Current Marker Value) merupakan harga tunai ekuivalen yang dapat diperoleh dengan menjual aktiva dalam likuidasi sebelumnya atau yang dilaksanakan secara terarah.
4.    Nilai bersih yang dapat direalisasikan (Net Realizable Value) merupakan jumlah kas yang diharapkan akan diterima atau dibayarkan dari hasil pertukaran aktiva atau kewajiban dalam kegiatan normal perusahaan. Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian yaitu jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
5.    Nilai sekarang atau diskonto (pemecahan dari kerugian atas saham) merupakan aktiva yang dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal kewajiban dinyatakan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha.
Dari kelima atribut pengukuran tersebut, memiliki nilai yang kurang lebih sama. Perbedaan akan muncul dengan bertambahnya umur aset, perubahan kondisi usaha, dan harga perolehan semula menjadi kurang relevan dalam mengukur keuntungan ekonomis di masa yang akan datang.
Cara terbaik untuk pengukuran pendapatan adalah dengan menggunakan nilai tukar dari barang atau jasa. Nilai tukar ini menunjukkan ekuivalen kas atau nilai sekarang dari pendiskontoan tagihan uang yang akhirnya akan diterima dari transaksi pendapatan. Di dalam banyak kasus, nilai ini bisa ekuivalen dengan harga yang disepakati dalam transaksi dengan pelanggan. Tetapi penyisihan semestinya harus dibuat untuk menunggu waktu hingga tagihan dibayar.
Agar direalisasi (yaitu secara formal diakui didalam catatan akuntansi sebagai pendapatan yang diperoleh selama periode berjalan), pendapatan harus memenuhi tiga tujuan sebagai berikut :
1.    Barang atau jasa itu harus diberikan sepenuhnya (misalnya penyerahan jasa kepada pelanggan)
2.    Pertukaran sumber daya dibuktikan oleh transaksi pasar yang harus terjadi (misal penerimaan jasa membayar atau berjanji akan membayar uang kas dan si pemberi jasa menyerahkan jasanya)

3.    Ketertagihan (collectability) aktiva itu (misalnya, tagihan jasa atau premi) haruslah cukup pasti.

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive