1. PENGERTIAN KEMAMPUAN
“Kemampuan menurut kamus besar besar
bahasa indonesia adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kita berusaha dengan
diri sendiri” ( KBBI, BALAI PUSTAKA).
Kemampuan yang dimaksud
penelitian ini adalah kemampuan peserta
didik dalam melaksanakan kegiatan- kegiatan di taman kanak- kanak dalam kemampuan matematika khususnya kemampuan berhitung permulaan.
2. PENGENALAN DINI KEMAMPUAN BERHITUNG
Pada anak usia prasekolah,
matematika hanya pengalaman bukan
penguasaan. Pengenalan dini perlu
dilakukan untuk menjaga terjadinya masalah kesulitan belajar karena belum
menguasai konsep berhitung. Sebagai contoh terdapat banyak kasus dimana
berhitung dijalur matematika seolah-olah menjadi sesuatu yang menakutkan bagi
anak. Kesenangan anak dalam penguasaan konsep berhitung dapat dimulai dari diri sendiri ataupun
rangsangan dari luar seperti permainan- permainan dalam pesona matematika.
Seperti permainan kantong pintar, memancing bersama, ayo menjemur baju.
Ciri- ciri yang menandai anak sudah
mulai menyenangi permainan berhitung antara lain:
1.
Secara spontan telah menunjukan ketertarikan pada aktivitas
permainan berhitung.
2. Anak mulai menyebut urutan bilangan tanpa
pemahaman.
3. Anak mulai menghitung benda- benda yang ada
disekitarnya secara spontan.
4. Anak mulai membanding-bandingkan benda dan
peristiwa yang ada disekitarnya.
5.
Anak mulai menjumlah-jumlahkan atau mengurangi angka dan
benda-benda yang ada disekitar tanpa disengaja.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengenalan kemampuan berhitung diantaranya:
1. Apabila anak yang cepat menyelesaikan tugas
yang diberikan giru, hal ini menunjukan bahwa anak tersebut sudah siap untuk
diberikan permainan berhitung dengan
tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
2. Apabila anak menunjukan tingkah laku jenuh, diam, acuh tak acuh atau
mengalihkan perhatian pada hal lain, hal ini menunjukan bahwa telah terjadi
masalah pada anak. Itu berarti, anak membutuhkan perhatian atau perlakuan yang
lebih khusus dari guru.
3.
MASA PEKA BERHITUNG PADA ANAK
“Menurut teori piaget, setiap individu ankan
mengalami empat periode perkembangan berfikir yang berlangsung mulai dari lahir
sampai remaja. Masing- masing periode selalu dialami anak secara berurutan.
Pertama individu akan mengalami periode sensorimotor ± sampai umur 2.0 tahun,
kemudian periode praoperasional ± sampai umur 7.0 tahun, dilanjutkan pada
perioe operasional formal ± sampai umur 15 tahun. Namun perlu dipahami tidaklah
setiap individu mencapai suatu periode tertentu dalam waktu yang persis sama,
terutama bagi individu yang perkembangan mentalnya terbelakang”(psikologi
perkembangan II).
Anak usia TK termasuk periode ke 2, yaitu periode praoprasional.
Pada periode ini usia anak ± 2.0 sampai umur 7.0 tahun. Masa ini anak sudah
memasuki usia TK. Pada masa ini kemampuan mengingat dan mengenal mengalami
kemajuan yang pesat. Pada masa ini pula anak dikenalkan dengan lembaga
pendidikan formal, yaitu Taman
Kanak-Kanak.
“Anak usia TK adalah masa yang strategis untuk mengenalkan berhitung
di jalur matematika, karena anak usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang
diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan
apabila mendapat stimulasi/rangsangan/motivasi
yang sesuai dengan tugas perkembangannya. Ababila kegiatan berhitung diberikan
melalui berbagai macam permainan tentunya akan lebih efektif karena bermain
merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak. Diyakini bahwa anak akan lebih
berhasil memepelajari sesuatu apabila yang ia pelajari sesuai dengan minat,
kebutuhan dan kemampuannya” (pedoman pembelajaran permainan berhitung permulaan
di taman kanak-kanak) .
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh oborn(1981)
perkembangan intelektual pada anak berkembang sangat pesat pada kurun usia nol
sampai dengan pra-sekolah (4-5 tahun). Oleh sebab itu, usia pra-sekolahsering
kali disebut sebagai “masa peka belajar”. Pernyataan didukung oleh Benyamin S.
Bloom yang menyatakan bahwa 50% dari potensi intelektual anak sudah terbentuk
usia 4 tahun kemudian mencapai sekitar 80% pada usia 8 tahun.
Jean piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan
dalam diri anak. Artinya belajar sebagai
suatu proses membutuhkan aktifitas baik fisik maupun psikis. Selain itu
kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan
mental anak, karena belajar bagi anak harus keluar dari anak itu sendiri.
Berdasarkan tingkat
perkembangan kognitif, anak usia dini berada pada tahapan pra-operasional
kongkrit yaitu tahapan persiapan kearah pengorganisasian pekerjaan yang
kongkrit dan berfikit intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang
besar, bentu, dan benda-benda didasarkan pada interpretasi dan pengalamannya (persepsinya
sendiri). “Cara brfikir intuitif yaitu
mengetahui atau mengerti tentang sesuatu tanpa menggunakan pikiran yang
rasional”(psikologi perkembangan 2).
Dari pendapat-pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa berhitung permulaan pada anak TK dapat dilakukan sesuai kebutuhan, keinginan
anak yaitu dengan permainan yang dapat
merangsang perkembangan berfikir anak dengan peralatan bermain sebagai media
untuk belajar. Kemampuan berhitung permulaan anak dapat terangsang tanpa
disadari oleh anak bahwa kegiatan tersebut adalah proses belajar.
No comments:
Post a Comment