MANUSIA
1.
HAKIKAT MANUSIA
Kecuali untuk sejumlah reflex dasar,
manusia tidak diperlengkapi dengan perilaku yang dibawa sejak lahir, dan oleh
karenanya perilaku itu harus dipelajarinya. Akan tetapi, faktor-faktor biologis
membatasi proses belajarnya. Misalnya, gen dan hormon mempengaruhi perkembangan
fisik yang pada gilirannya mempengaruhi potensialitas perilaku.
Di
samping itu, seperti dalam hal bicara, manusia memiliki bakat alami dasar yang
dapat dikembangkan dengan membentuk respon-respon baru melalui belajar. Sering
kali pengaruh pengalaman dan pengaruh fisiologis tidak dapat dipisahkan dengan
mudah dan oleh karenanya akan lebih bermanfaat bila kita menganalisis
faktor-faktor penentu perilaku daripada mencoba mengkategorikan yang mana
proporsi perilaku yang merupakan hasil belajar dan yang mana yang herediter.
Pikiran
(thoughts) merupakan proses psikoneural. Akan tetapi, adalah penting untuk
membedakan antara hukum psikologi dan hukum biologi. Dengan memfokuskan
perhatian pada pengetahuan tentang psikologi kita dapat mengajukan pertanyaan
seperti bagaimana cara terbaik untuk menciptakan belief system dan kompetensi
personal. Pemahaman seperti ini tidak dapat diperoleh hanya dengan mempelajari
mekanisme neurofisik yang mendasari kegiatan tersebut. Pertanyaan yang menarik
adalah bagaimana orang mengaktifkan proses otak yang berada di luar struktur
kognitif yang ada untuk menghasilkan peristiwa kognitif baru dan yang menandai kegiatan lembaga individu.
2.
KEMAMPUAN MANUSIA
Berikut ini adalah lima kemampuan
kognitif dasar yang merupakan karakteristik manusia.
1)
Symbolising capability.
Manusia memiliki
kemampuan untuk mentransformasikan pengalaman-pengalamannya menjadi
simbol-simbol dan kemampuan untuk memproses simbol-simbol ini. Mereka dapat
menciptakan ide-ide yang melampaui pengalaman penginderaannya. Kenyataan bahwa
manusia memiliki kemampuan simbolisasi tersebut tidak berarti bahwa mereka
selalu rasional. Hasil pemikiran itu dapat baik ataupun buruk, tergantung pada
seberapa baik keterampilan berpikir orang itu dan tergantung pada kelengkapan
informasi yang dimilikinya.
2)
Forethought capability.
Sebagian
besar perilaku manusia diatur oleh pemikiran antisipatifnya bukan oleh reaksinya
terhadap lingkungannya. Orang mengantisipasi konsekuensi perbuatannya dan
menentukan tujuannya sendiri. Pemikiran ke depan ini bukan akumulasi
konsekuensi-kosekuensi terdahulu, melainkan hasil pemikiran.
3)
Vicarious capability.
Hampir seluruh kegiatan belajar pada
manusia itu bukan melalui pengalaman langsung, melainkan hasil pengamatannya
terhadap perilaku orang lain beserta konsekuensinya. Belajar melalui pengamatan
ini memperpendek waktu yang dibutuhkan manusia untuk belajar berbagai
keterampilan. Keterampilan tertentu, seperti keterampilan berbahasa, demikian
kompleksnya sehingga tidak mungkin dapat dipelajari tanpa penggunaan modeling.
4)
Self-regulatory
capability.
Manusia mengembangkan
standar internal yang dipergunakannya untuk mengevaluasi perilakunya sendiri.
Kemampuan untuk mengatur diri sendiri ini mempengaruhi perilaku selanjutnya. 5)
Self-reflective capability. Kemampuan refleksi diri ini hanya dimiliki oleh
manusia. Orang dapat menganalisis berbagai pengalamannya dan mengevaluasi
apakah proses berpikirnya sudah memadai. Jenis pemikiran yang paling sentral
dan paling mendalam yang terjadi dalam refleksi diri ini adalah penilaian orang
tentang kemampuannya sendiri untuk mengatasi berbagai macam realitas.
3. HUMAN AGENCY DAN RECIPROCAL
DETERMINISM
Human agency adalah kapasitas untuk
mengarahkan diri sendiri melalui kontrol terhadap proses berpikir, motivasi dan
tindakan diri sendiri. Human agency dikonseptualisasikan dalam tiga cara utama:
1) autonomous agency, di mana orang merupakan agen yang sepenuhnya
mandiri bagi tindakannya sendiri; 2) mechanical agency, di mana agency
tergantung pada faktor lingkungan; dan 3) emergent interactive agency,
yang merupakan model bagi teori kognitif sosial.
Emergent interactive agency didasarkan pada model
timbal-balik tiga arah (triadic reciprocality). Reciprocal artinya
hubungan saling menyebabkan antara tiga faktor, yaitu: perilaku (B), faktor
kognitif dan personal (P), dan pengaruh lingkungan (E), yang masing-masing
beroperasi secara mandiri sebagai faktor penentu bagi faktor-faktor lainnya.
Pengaruh-pengaruh tersebut bervariasi dalam kekuatannya dan tidak terjadi
secara berbarengan.
Perilaku manusia merupakan hasil interaksi timbal-balik antara peristiwa
eksternal dan faktor-faktor personal seperti kemampuan genetiknya, kompetensi
yang dipelajarinya, pikiran reflektif dan inisiatifnya. Orang bebas sebatas
kemampuannya untuk menggunakan pengaruhnya
terhadap dirinya (self-influence) dan menentukan tindakannya
sendiri
No comments:
Post a Comment