Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak
Orang tua atau keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anak,[1]
pendidikan orang tua lebih menekankan pada aspek moral atau pembentukan
kepribadian dari pada pendidikan untuk menguasai ilmu pengetahuan, dasar dan
tujuan penyelenggaraan pendidikan keluarga bersifat individual, sesuai dengan
pandangan hidup orang tua masing-masing, sekalipun secara nasional bagi
keluarga-keluarga Indonesia memiliki dasar yang sama, yaitu pancasila. Ada
orang tua dalam mendidik anaknya mendasarkan pada kaidah-kaidah agama dan
menekankan proses pendidikan pada pendidikan agama dan tujuan untuk menjadikan
anak-anaknya menjadi orang yang saleh dan senantiasa takwa dan iman kepada
Tuhan Yang Maha Esa, ada pula orang tua yang dasar dan tujuan penyelenggaraan
pendidikannya berorientasi kepada kehidupan sosial ekonomi kemasyarakatan
dengan tujuan untuk menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang produktif dan
bermanfaat dalam kehidupan masyarakat.
Orang tua merupakan lembaga pendidikan
tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialami oleh anak serta
lembaga pendidikan yang bersifat kodrati, orang tua bertanggung jawab
memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang
dengan baik.[2]
Bahwa perkembangan kehidupan seorang
anak salah satunya ditentukan oleh orang tua, maka tanggung jawab orang tua
terhadap anak sangatlah penting bagi masa depan anak, karena seorang anak
pertama tumbuh dan berkembang bersama orang tua dan sesuai tugas orang tua
dalam melaksanakan perannya sebagai penyelenggara pendidikan yang bertanggung
jawab mengutamakan pembentukan pribadi anak.[3]
Dengan demikian, faktor yang mempengaruhi perkembangan pribadi anak adalah
kehidupan keluarga atau orang tua beserta berbagai aspek, perkembangan anak
yang menyangkut perkembangan psikologi dipengaruhi oleh status sosial ekonomi,
filsafat hidup keluarga, pola hidup keluarga seperti kedisiplinan, kepedulian
terhadap keselamatan dan ketertiban menjalankan ajaran agama, bahwa
perkembangan kehidupan seorang anak ditentukan pula oleh faktor keturunan dan
lingkungan.[4]
Seorang anak didalam keluarga berkedudukan
sebagai anak didik dan orang tua sebagai pendidiknya, banyak corak dan pola
penyelenggaraan pendidikan keluarga yang secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok pola pendidikan yaitu, pendidikan otoriter, pendidikan
demokratis, dan pendidikan liberal.[5]
Tanggung jawab orang tua terhadap
anak-anaknya tidak hanya terbatas pada hal-hal yang sifatnya material saja
melainkan juga hal-hal yang sifatnya spiritual seperti halnya pendidikan dan
agama, untuk itu orang tua harus memberi teladan yang baik bagi anak-anaknya.
Beberapa tanggung jawab orang tua terhadap anaknya, yaitu:
a.
Pengalaman pertama masa kanak-kanak
Di dalam keluargalah anak
didik mulai mengenal hidupnya, hal ini harus disadari dan dimengerti oleh
setiap orang tua bahwa anak dilahirkan di dalam lingkungan keluarga yang
berkembang sampai anak melepaskan diri dari ikatan keluarga, lembaga pendidikan
keluarga memberikan pengalaman pertama yang merupakan faktor penting dalam
perkembangan pribadi anak, suasana pendidikan keluarga ini sangat penting
diperhatikan sebab dari sinilah keseimbangan individu selanjutnya ditentukan.
b.
Menjamin kehidupan emosial anak
Suasana didalam keluarga
harus dipenuhi dengan rasa dan simpati yang sewajarnya, suasana yang aman dan
tentram juga suasana saling percaya, karena melalui keluarga kehidupan
emosional atau kebutuhan kasih sayang dapat dipenuhi atau dapat berkembang
dengan baik, hal ini dikarenakan ada hubungan darah antara orang tua dengan
anak dan hubungan tersebut didasarkan atas rasa cinta kasih sayang yang murni,
kehidupan emosional merupakan salah satu faktor yang terpenting didalam membentuk pribadi seseorang.
c.
Menanamkan dalam pendidikan moral
Di dalam keluarga juga
merupakan penanaman utama dasar-dasar moral bagi anak, yang biasanya tercermin
di dalam sikap dan prilaku orng tua sebagai teladan yang dapat dicontoh anak,
memang biasanya tingkah laku cara berbuat dan berbicara akan ditiru oleh anak,
dengan teladan ini melahirkan gejala identifikasi positif yakni penyamaan diri
dengan orang yang ditiru dan hal ini penting sekali dalam rangka pembentukan
kepribadian.
d.
Memberikan dasar pendidikan
sosial
Keluarga merupakan basis
yang sangat penting dalam peletakan dasar-dasar pendidikan sosial anak, sebab
pada dasarnya keluarga merupakan lembaga sosial resmi yang minimal terdiri dari
ayah, ibu, dan anak-anak, perkembangan banih-benih kesadaran sosial pada
anak-anak dapat dipupuk sedini mungkin
terutama lewat kehidupan keluarga yang penuh rasa tolong-menolong, gotong-royong
secara kekeluargaan, menolong saudara atau tetangga sakit, bersama-sama menjaga
ketertiban, kedamaian, kebersihan dan keserasian dalam menjaga hal.
e.
Peletakan dasar-dasar keagamaan
Keluarga sebagai lembaga
pendidikan pertama dan utama, disamping sangat menentukan dalam menanamkan
dasar-dasar moral yang tidak kalah pentingnya adalah berperan dasar dalam
proses internalisasi dan transformasi nilai-nilai keagamaan kedalam pribadi
anak.
Masa kanak-kanak adalah masa
yang paling baik untuk meresapkan dasar-dasar hidup yang beragama, dalam hal ini
tentu saja terjadi dalam keluarga, misalnya dengan mengajak anak ikut serta
kemasjid untuk menjalankan ibadah, mendengarkan khutbah atau ceramah keagamaan,
kegiatan seperti ini besar sekali pengaruhnya terhadap kepribadian anak, jadi
kehidupan dalam keluarga hendaknya memberikan kondisi kepada anak untuk
mengalami suasana hidup keagamaan.[6]
Dalam bidang pendidikan utama dan dalam
bidang ekonomi orang tua merupakan produsen dan konsumen sekaligus harus
mempersiapkan dan memberikan segala kebutuhan sehari-hari, seperti sandang
dan pangan, dengan fungsinya yang ganda
orang tua mempunyai peranan yang besar dalam mensejahterakan keluarga, oleh
karena itu orang tua bertanggung jawab atas keluarganya baik dalam bidang
ekonomi maupun bidang pendidikan. Adapun dalam bidang ekonomi yaitu semakin
hari kebutuhan yang dibutuhkan semakin
bertambah dan seiring dengan bertambahnya kebutuhan manusia untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, maka orang tua harus berusaha guna mencapai kesejahteraan,
karena kesejahteraan keluarga sangat dibutuhkan agar terbina suatu keluarga
yang bahagia, kesejahteraan keluarga tidak bisa tercapai apabila orang tua
tidak memenuhi kewajiban-kewajibannya, dalam bidang ekonomi ialah meliputi
segala keperluan anak seperti sandang pangan, tempat tinggal yang baik dan
biaya pendidikan, dalam keluarga harus ada kesadaran dan kerja sama yang baik
antara ayah dan ibu, yaitu ayah selalu sadar akan kewajibannya untuk mencari
dan memberi nafkah kepada keluarganya, dan seorang ibu atau istri yang selalu
membantu suaminya, kesejahteraan ekonomi keluarga harus dijaga dengan baik
orang tua sebagai penanggung jawab ekonomi harus bisa menjalankan tugasnya
dengan baik.
Keluarga sebagai pusat pendidikan utama
dan pertama yaitu Keluarga (orang tua) merupakan pendidik pertama bagi
anak-anak karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan, dengan
demikian bentuk pertama dari pendidikan itu terdapat dalam kehidupan keluarga.
Orang tua yaitu ayah dan ibu yang mempunyai peranan penting dan sangat
berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya, sejak seorang anak lahir seorang
ibunyalah yang selalu disampingnya.[7]
Berkaitan dengan masalah pendidikan,
maka orang tua atau keluarga merupakan tempat untuk meletakkan pondasi dasar
pendidikan bagi anak-anaknya, maksudnya pendidikan dilingkungan keluarga
merupakan peletakan dasar bagi perkembangan anak untuk selanjutnya, dengan
demikian lingkungan yang diciptakan oleh orang tuanyalah yang menentukan masa
depannya, oleh karena itu orang tua berkewajiban untuk menciptakan lingkungan
keluarga yang harmonis dan berkewajiban memberikan didikan dan bimbingan kepada
anak-anak, sebab merekalah yang mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan
anak-anak.[8]
Dasar-dasar tanggung jawab keluarga atau
orang tua dalam mendidik anak, yaitu:
a.
Adanya motivasi atau
dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak, kasih sayang
orang tua yang ikhlas dan murni akan mendorong sikap dan tindakan rela dan
menerima tanggung jawab untuk mengorbankan hidupnya dalam memberi pertolongan
kepada anaknya.
b.
Pemberian motivasi kewajiban
moral sebagai konsekwensi kehidupan orang tua terhadap keturunannya, adanya
tanggung jawab moral ini meliputi nilai-nilai spiritual, menurut para ahli
bahwa penanaman sikap beragama sangat baik pada masa anak-anak. Karena seorang
anak memiliki pengalaman agama yang asli dan mendalam, serta mudah berakar
dalam diri dan kepribadiannya, hal tersebut merupakan faktor yang sangat
penting melebihi orang lain, karena pada saat ini anak mempunyai sifat wondering (heran) sebagai salah satu
faktor untuk memperdalam pemahaman spiritual reality, pada periode ini peranan
orang tua sering mengajak anak-anaknya ketempat-tempat ibadah sebagai penanaman
dasar yang akan mengarahkan anak pada pengabdian yang selanjutnya, dan mampu
menghargai kehadiran agama dalam bentuk pengalaman dengan penuh ketaatan.
Dengan demikian, penanaman agama yang dimiliki anak sejak kecil ini betul-betul
tertanam dan berkesan pada dirinya.
c.
Tanggung jawab sosial adalah
bagian dari keluarga yang pada gilirannya akan menjadi tanggung jawab
masyarakat, bangsa dan Negara. Tanggung jawab sosial itu merupakan perwujudan
kesadaran tanggung jawab kekeluargaan yang dibina oleh darah, keturunan, dan
kesatuan keyakinan.
d.
Memelihara dan membesarkan
anaknya, tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan karena
anak memerlukan makan, minum dan perawatan agar ia dapat hidup secara
berkelanjutan, disamping itu ia bertanggung jawab dalam hal melindungi dan
menjamin kesehatan anaknya baik secara jasmaniah maupun rohaniah dan berbagai
gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan diri anak
tersebut.
e.
Memberikan pendidikan dengan
berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi kehidupan anak
kelak, sehingga bila ia dewasa akan mampu mandiri.[9]
Dengan demikian, terlihat besar tanggung
jawab orang tua terhadap anak. Bagi seorang anak, keluarga persekutuan hidup
pada lingkungan keluarga tempat dimana ia menjadi diri pribadi atau diri
sendiri, keluarga juga merupakan wadah bagi anak dalam konteks proses
belajarnya untuk mengembangkan dan membentuk dari dalam fungsi sosialnya.[10]
Kehadiran anak dalam
keluarga secara ilmiah memberikan adanya tanggung jawab dari orang tua,
tanggung jawab ini didasarkan atas motivasi cinta kasih, secara sadar orang tua
mengemban kewajiban untuk memelihara dan membina anaknya sampai dia mampu
berdiri sendiri (dewasa) baik secara fisik, sosial maupun moral.
[1] Munardji, Ilmu
Pendidikan Islam, ( Jakarta
: PT Bina Ilmu, 2004), hal 131
[2] Binti Maunah, Ilmu
Pendidikan, (Yogyakarta
: Teras : 2009), hal 92
[3] Zuhairini , Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta :
Bumi Aksara : 1991), hal 177
[4] Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan ( Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2001) hal 88
[5] Nursyamsiyah Yusuf, Ilmu Pendidikan…..hal. 52
[6] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan …hal 38-39
[7] Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2008) hal 35
[8] Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007) hal 59
[9] Binti Maunah, Ilmu
Pendidikan … hal 100
[10] Ibid. hal 98
No comments:
Post a Comment