A. Definisi dan komponen kecerdasan
kinestetik
Kecerdasan kinesteti didefinisikan
sebagai kemampuan menggunakan seluruh tubuh (fisik) untuk mengekspresikan ide
dan perasaan (dalam bentuk berpantomim, menari, berolah raga) dan keterampilan
menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu ( membuat
kerajianan,membuat patung, menjahit), (Armstrong, 2003).Cerdas kinestetis
berarti belajar serta berpikir dengan tubuh.Kecerdasan ditunjukan dengan
ketangkasantubuh dalam memahami perintah otak (Armstrong, 2002).
Komponen inti dari kecerdasan
kinestetik adalah kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi,
keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan maupun
kemampuan menerima rangsang (proprioceptive)
dan hal yang berkaitan dengan sentuhan ( tactile
dan haptic) (Armstrong, 2003). Komponen inti juga meliputi kemampuan
motorik halus (keterampilan tangan, koordinasi mata-tangan) kepekaan sentuhan,
daya tahan, dan daya reflex (Armstrong, 2004). Kemampuan inti dari kecerdasan
kinestetik bertumpu pada kemampuan yang tinggi untuk mengendalikan gerak tubuh
dan keterampilan yang tinggi untuk menangani benda (Armstrong, 1999).
B. Sistem neurologis kecerdasan
kinestetik
Sistem neurologis kecerdasan
kinestetek berpusat pada serebelum ( otak kecil ), basal ganglia, dan motor
korteks (Armstrong, 2003). Basal ganglia merupakan simpul syaraf atau pusat
syaraf, yakni sejumlah massa zat abu-abu didalam subkulit otak dari belahan
otak, yang sangat penting dalam koordinasi gerak-gerak, dan motor korteks
merupakan motor area, yakni bagian dari
kulit otak, yang kurang lebih tertutup oleh gyrus presental, dan dikenal
sebagai daerah-4 Broadmann, yang bertanggung jawab terhadap pengantara bagi
gerakan-gerakanotot yang sederhana dan terbatas (Chaplin, 2005).
Kinestetik atau gerak terjadi pada
perubahan sikap tubuh atau bagian tubuh.Rasa sikap, rasa gerak dan rasa arah
gerak berpusat dikorteks sensorik lobus parietalis. Dengan kata lain, lobus
parietalis mengurus gerakan, rasa sikap, rasa gerakan dan arah gerakan
otot-otot seluruh badan, termasuk mengurus otot wicara (Markam&Markam,
2003).
Otak kecil mengatur koordinasi otot
dan derajat kontraksi tiap gerakan aktivitas otot-otot manusia yang berjumlah
300 buah. Gangguan pada serebelum atau otak kecil akan menyebabkan gerakan
menjadi tidak teratur. Sementara itu, lobus frontalis juga berfungsi sebagai
pusat gerakan, meliputi kekuatan, kecepatan, dan gerakan halus
(Markam&Markam, 2003)
C. Indikator kecerdasan kinesterik.
Kecerdasan kinestetik memungkinkan
manusia membangun hubungan yang penting antara pikiran atau tubuh, dengan demikian
memungkunkan tubuh untuk memanupulasi objek dan menciptakan
gerakan.Perkambangan Kecerdasan kinestetik sangat bervariasi, tergantung pada
komponen (kekuatan atau kelenturan) atau domain (gimnastik, bisbol, pantomime)
(Armstrong, 2003).
Kecerdasan kinestetik atau kecerdasan
olah tubuh merangsang kemampuan seseorang untuk mengolah tubuh secara ahli,
atau untuk mengekspresikan gagasan dan emosi melalui gerakan.Ini termasuk
kemampuan menangani suatu benda dengan cekatan dan membuat sesuatu.Pebasket, penari,
koreografer, dan pantomim sangat membutuhkan kecerdasan olah tubuh ini
(Schmidt, 2002).
Kemampuan yang muncul pada indicator
kecerdasan kinestetik adalah sebagai berikut:
1. Mengikuti satu atau lebih kegiatan
olahraga atau kegiatan fisik secara teratur. Mereka mungkin mengikuti atau
menekuni sepak bola, bulu tangkis, berenang, senam, atletik,atau bela diri.
2. Tidak betah duduk berlama-lama. Mereka
memerlukan gerak, tidak dapat diam dalam waktu lama, dan bergerak bahkan ketika
sedang duduk menyimak sesuatu.
3. Menyukai pekerjaan yang melibatka
keterampilan tangan yang konkret. Mereka menikmati kegiatan yang bertumpu
padaketerampilan motoric halus, seperti menjahit, merajut, memahat, bertukang
atau merakit model. Pada anak-anak kegiatan seperti mencocok, menggambar,
menyalin, kolase atau kegiatan motorik halus lainnya.
4. Gagasan sering muncul ketika
berkegiatan fisik. Mereka memiliki kepekaan berpikir ketika ada rangsang dagi
gerak tubuh. Pada saat berjalan, berjoging atau menari, tubuh mereka memberi
sinyal kepada otak sehingga peka terhadap rangsang dari luar. Dari sinilah
ide-ide muncul. Pada saat berbicara, mereka menggerak-gerakkan tangan.
5. Senang menghabiskan waktu luang
dengan beraktifitas diruang terbuka. Mereka memilih kegiatan yang terkait
dengan kinestetik (jalan-jalan, lari-lari) sebagai cara untuk mengisi waktu,
terutama berjalan-jalan atau berlari-lari menghirup udara segar dan ruang
terbuka.
6. Sering menggunakan gerak
tangan/bahasa tubuh ketika berbicara. Mereka mengisi kekosongan berbicara dan
menguatkan ide berbicara dengan menggerakan tangan. Gerakan tangan dan bagian
tubuh membantu mereka menemukan ide-ide untuk terus berbicara.
7. Cenderung menyentuh sesuatu untuk
lebih mengenal sesuatu itu. Mereka memanfaatkan informasi dari indra sentuhnya
dan mengintegrasikan dengan latar belakang pengetahuannya. Berbagai pengetahuan
menjadi lebih lengkap dengan kecenderungan menyentuh ini. Oleh karena itu,
mereka tidak puas hanya sekedar melihat objek, tapi menyentuhnya untuk
meyakinkan hasil pengamatan, menguji hipotesisnya, sekaligus memperoleh
informasi dari sumber taktil (sentuhan).
8. Menikmati kegiatan yang menantang
bahaya yang menegangkan. Mereka tidak takut jatuh, tidak takut terluka. Mereka
senang memanjat, berguling, meniti titian, dan aktivitas lain yang menantang
dan menegangkan.
9. Menganggap diri sebagai orang yang
terkoordinasi. Mereka memiliki keyakinan yang tinggi terhadap kemampuan fisik.
Mereka yakin dapat melakukan kegiatan fisik yang paling sulit sekalipun.
Keyakinan tersebut membuat mereka dapat berani mencoba berbagai kegiatan
motoric dan cenderung mengulangnya untuk mencapai kemampuan yang terbaik.
Mempraktikkan suatu keterampilan yang baru.
Mereka tidak sekedar membaca atau melihat video yang menggambarkan keterampilan
tertentu, tetapi benar-benar akan mempraktikkannya.
No comments:
Post a Comment