.
Indonesia
sebagai negara penengah yang ditunjuk untuk menangani konflik di kawasan Laut
Cina Selatan juga memiliki latar belakang tersendiri.Keterlibatan Indonesia
bukan tanpa alasan yang sifatnya strategis.Indonesia diharuskan untuk turut
terlibat demi mencapai kepentingan ekonomi nasional.Lebih lanjut, apabila
kawasan di Laut Cina Selatan dapat kembali tertib dan bebas dari segala
ancaman, maka aktivitas perdagangan dan eksplorasi alam Indonesia di kawasan ini
pun dapat berjalan lancar. Terlepas dari upaya
Indonesia untuk mencapai kepentingan ekonomi nasional, ancaman lain terhadap
pelanggaran hukum laut, kekerasan navigasi serta kedaulatan menjadi kepentingan
lain untuk senantiasa diperjuangkan. Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki
pertimbangan bahwa apabila terdapat kerusakan lingkungan di kawasan Laut Cina
Selatan akan secara tidak langsung turut berdampak bagi ekosistem di perairan
Indonesia. Lain hal ketika Indonesia berusaha melakukan sekuritisasi disekitar
Laut Natuna¾yang berlimpah akan gas alam. Kepentingan Indonesia untuk menarik
garis perbatasan ini disebabkan oleh ancaman dari Cina , yang apabila tetap
bersikeras mempertahankan bukti historis melalui peta yang dibuat pada tahun
1947, akan menyebabkan interupsi pada wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
serta landas kontinen Indonesia. Oleh
karena itu, peran Indonesia ditunjukkan melalui sejumlah perundingan yang
dibentuk diantara negara-negara yang bertikai.Salah satu wujud upaya Indonesia
adalah dengan melaksanakan South China Sea Informal Meetings yang
diadakan hampir setiap tahun. Signifikansi pertemuan ini menghasikan sebuah
kesepakatan antara Indonesia dan negara-negara yang bertikai untuk mendirikan
sebuah wilayah politik guna melancarkan hubungan diplomatik dan kerjasama satu
sama lain. Selain itu, usaha untuk meningkatkanconfidence building measures menjadi
bagian penting disetiap agenda pertemuan. Selain South China Sea
Informal Meetings, upaya Indonesia juga diwujudkan dalam sejumlah
perundingan damai lainnya, sepertiTechnical Working Groups (TWGs), Groups
of Experts (GEs) dan Study Groups (SGs). Penggunaan
mekanisme diplomasi preventif memberikan pengaruh yang cukup determinan dalam
penyelesaian konfilik secara damai. Negara-negara terkait menyadari bahwa
konfrontasi militer yang dilakukan sebelumnya hanya akan berdampak buruk bagi
semua pihak serta anggaran biaya yang terlalu besar. Sebagai negara yang
memprakarsai pola interaksi second track diplomacy dalam upaya
penyelesaian konflik di kawasan Laut Cina Selatan, partisipasi
Indonesia diakui dunia internasional sebagai pihak aktif dalam mencari celah
konsolidasi politik dan menyerukan arti penting kawasan Laut Cina Selatan yang
tidak hanya dianggap signifikan bagi negara-negara yang berada di wilayah
sekitarnya melainkan turut dirasakan demikian bagi dunia internasional.
No comments:
Post a Comment