A.
Pendahuluan
Rentang usia dini merupakan saat yang tepat
dalam mengembangkan potensi kecerdasan anak. Pengembangan potensi anak secara
terarah pada rentang usia tersebut akan berdampak pada kehidupan masa depannya.
Sebaliknya pengembangan potensi anak yang asal-asalan, akan berakibat pada
potensi anak yang jauh dari harapan.PAUD juga dapat dijadikan cermin untuk
melihat keberhasilan anak di masa yang akandatang. Anak yang mendapatkan
layanan yang baik semenjak usia 0-6 tahun memiliki harapan lebih besar untuk
meraih keberhasilan di masa mendatang. Sebaliknya anak yang tidak mendapatkan
pelayanan pendidikan yang memadai membutuhkan perjuangan cukup berat untuk
mengembangkan kehidupan selanjutnya.
Salah satu aspek pengembangan pada anak usia
dini adalah kemampun berbahasa. Menurut Meggit (2013:7) Bahasa
adalah system terstruktur yang mentransmisikan makna. Bahasa biasanya dikomunikasikan
melalui lisan, tetapi juga dapat melalui tulisan atau isyarat. Lebih lanjut
Meggit menjelaskan kemampuan berbahasa adalah salah satu aspek pengembangan
anak usia dini, kemampuan berbahasa dapat berkembang bila dirangsang melalui
berbicara, mendengarkan, membaca, menulis, berdiskusi dan bercerita.
B.
Pembahasan
Kemampuan mengucapkan bahasa
merupakan salah satu keterampilan yang berlaku cukup penting dalam keseluruhan
kehidupan individu bukan hanya pada anak usia dini. Kemampuan berbahasa akan
menjadi modal utama bagi anak dalam melakukan komunikasi dengan teman, guru dan
juga orang dewasa lain yang ada di sekitarnya, minimalnya sebelum memasuki
pendidikan formal anak sudah memiliki kemampuan berbahasa dalam satu bahasa
“ibu” (Wahyudin dan Agustin, 2009:15).
Sebagaimana anak yang baru lahir (baby) mau tidak mau harus melalui proses
belajar bahasa setahap demi setahap yang dipelajari dari orang sekelilingnya
yaitu misalnya; ibu, bapak, saudara-saudaranya, nenek-neneknya, yang di dalam
rumah. Yang menarik perhatian kita adalah, mengapa anak kita mudah menerima
“kata-kata baru” bila mendengar dari orang sekelilingnya? Karena pada dasarnya
anak kecil itu belum mempunyai konsep bahasa, tetapi yang ada padanya baru
berbentuk “potensi”, yang mana potensi itu akan punya potensi, jika orang
disekelilingnya mau menggunakan. Potensi itulah yang disebut “fithrah”.
Perbedaannya dengan orang dewasa
atau anak remaja yang belajar bahasa ialah, baik orang dewasa atau anak remaja
itu sudah mempunyai pengalaman dan konsep bahasa lain, misalnya bahasa ibu atau
bahasa nasional. Pada saat inilah mereka akan menghadapi problem untuk
mempelajari bahasa asing, karena bahasa asing mempunyai bunyi (suara) yang
berbeda, kosa kata yang berbeda, tata kalimat yang berbeda, dan lain-lain.
Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain.
Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran
dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak dengan
menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang dan gambar. Menurut Miller (dalam
Wahyudin dan Agustin, 2010: 15) bahasa adalah suatu urutan kata-kata, bahasa
juga dapat digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai tempat yang berbeda
atau waktu yang berbeda.
Pada usia 3-6 tahun kemampuan
berbahasa anak akan berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu serta sikap
antusias yang tinggi, sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dari anak dengan
kemampuan bahasanya. Antara usia 4 dan 5 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari
empat sampai lima kata. Antara 5 dan 6 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari
enam sampai delapan kata. Mereka juga sudah dapat menjelaskan arti kata-kata
sederhana, mengetahui lawan kata. Mereka dapat menggunakan kata penghubung,
kata depan dan kata sandang. Pada masa akhir usia prasekolah anak umumnya sudah
mampu berkata-kata sederhana, cara bicara mereka telah lancar, dapat dimengerti
dan cukup mengikuti tata bahasa walaupun masih melakukan kesalahan berbahasa.
Jadi barang siapa ingin mempelajari
bahasa asing berarti harus sadar dengan seluruh daya upaya untuk membentuk
kebiasaan baru, sedangkan pada saat mempelajari bahasa ibu (bahasa nasional)
proses itu berjalan tanpa sadar. Pada saat ini pula anak akan berusaha
mengkaitkan dan membuat persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu (bahasa
nasional) dan bahasa asing yang sedang dipelajarinya.
Ketika memasuki taman kanak-kanak
sudah menguasai hampir semua kaidah dasar gramatikal bahasanya. Dia sudah dapat
membuat kalimat berita, kalimat tanya, dan sejumlah konstruksi lain. Hanya dia
masih mendapat kesulitan dalam membuat kalimat pasif. Pada masa akhir usia
prasekolah anak umumnya sudah mampu berkata-kata sederhana dan berbahasa
sederhana, cara bicara mereka sudah lancar, dapat dimengerti dan cukup
mengikuti tata bahasa walaupun masih melakukan kesalahan berbahasa (Wahyudin
dan Agustin, 2010:16).
Untuk membantu perkembangan bahasa
anak, atau kemampuan berkomunikasi maka orang tua dan guru Taman Kanak-kanak
seyogianya memfasilitasi, memberi kemudahan, atau peluang kepada anak dengan
sebaik-baiknya. Berbagai peluang itu diantaranya sebagai berikut:
a.
Bertutur
kata yang baik dengan anak
b.
Mau
mendengarkan pembicaraan anak
c.
Menjawab
pertanyaan anak (jangan meremehkannya)
d.
Mengajak
berdialog dalam hal-hal sederhana, seperti memelihara kebersihan rumah,
sekolah, dan memelihara kesehatan diri.
e.
Di
Taman Kanak-kanak, anak dibiasakan untuk bertanya, mengekspresikan
keinginannya, menghafal, dan melantunkan lagu dan puisi. (Yusuf, 2005:170).
Perkembangan bahasa anak
merupakan proses biologis dan psikologis, karena melibatkan proses pertumbuhan
alami dan perkembangan psikologis sebagai akibat interaksi anak dengan
lingkungan. Kecepatan anak dalam berbicara (bahasa pertama) merupakan salah
satu keajaiban alam dan menjadi bukti
kuat dari dasar biologis untuk pemerolehan bahasa.
Bahasa merupakan
kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup
semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam
bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti
dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka (Yusuf, 2005:118).
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan sarana yang sangat penting
dalam kehidupan anak. Di samping itu, bahasa juga merupakan alat untuk
menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain yang sekaligus berfungsi
untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain (Wahyudin dan Agustin, 2009:15)..
Pada saat yang sama,
perkembangan kompetensi berbahasa, yakni kemampuan untuk menggunakan
seluruh aturan berbahasa baik untuk ekspresi (berbicara)
maupun interpretasi (memberi makna), dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan
anak. Selama tahun-tahun awal prasekolah, khususnya di kelompok bermain, interaksi dengan orang dewasa dan
penutur lain yang lebih tua, memainkan peranan yang penting dalam mendukung
perkembangan kemampuan berkomunikasi anak.
Ketika memasuki taman kanak-kanak, anak telah
dapat memberikan sejumlah informasi dan menggunakan berbagai bentuk pertanyaan
dengan menggunakan kata “apa”, “mengapa”, “kapan”, “di mana”, dan “siapa”.
Mereka juga dapat berargumentasi dan dapat tertawa oleh penggunaan kata-kata
yang keliru. Anak usia 4 tahun mempunyai selera humor yang relatif baik, senang
terhadap rima (persajakan), teka-teki, lelucon sederhana, dan gurauan lisan.
Mereka juga dapat menikmati cerita yang dibicarakan kepada mereka, khususnya
ketika mereka dapat melihat ke ilustrasi gambar yang menyertai cerita tersebut.
Menurut
Yusuf (2005:170) perkembangan bahasa anak usia dini dapat diklasifikasikan ke
dalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya) yaitu sebagai
berikut.
- Masa
ketiga (2,0-2,6) yang bercirikan:
1)
Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang
sempurna.
2)
Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan misalnya
burung pipit lebih kecil dari burung perkutut, anjing lebih besar dari kucing.
3)
Anak banyak menanyakan nama dan tempat: apa, dimana,
dan darimana.
4)
Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yang
berawalan dan yang berakhiran.
- Masa
keempat (2,6-6,0) yang bercirikan:
1)
Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta
kalimatnya.
2)
Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak
menanyakan soal waktu, sebab akibat melalui pertanyaan-pertanyaan: kapan,
kemana, mengapa, dan bagaimana.
Dalam
berbahasa anak dituntut menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang satu
sama lain saling berkaitan. Apabila anak berhasil menuntaskan tugas yang satu, maka
berarti juga ia dapat menuntaskan tugas-tugas yang lainnya. Keempat tugas itu
adalah sebagai berikut.
a)
Pemahaman,
yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain.
b)
Pengembangan
perbendaharaan kata anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun
pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia prasekolah dan terus
meningkat setelah anak masuk sekolah.
c)
Penyusunan
kata-kata menjadi kalimat, kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada
umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah
kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai gerakan untuk melengkapi
cara berpikirnya. Contoh anak menyebut “bola” sambil menunjuk bola itu dengan
jarinya. Seiring dengan meningkatnya usia anak dan keluasan pergaulannya, tipe
kalimat yang diucapkannya pun semakin panjang dan kompleks.
d)
Ucapan,
kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi
(peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama
orang tuanya). Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga tahun.
Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara menunjukkan bahwa anak mengalami
kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu. Huruf-huruf yang mudah
diucapkan yaitu huruf hidup (vokal) seperti i, a, e, dan u dan huruf mati
(konsonan) seperti t, p, b, m dan n, sedangkan yang sulit diucapkan adalah
huruf mati tunggal seperti z, w, s dan g dan huruf mati rangkap (diftong)
seperti st, str, dan dr. (Yusuf, 2005:119).
Ada dua tipe perkembangan bahasa
anak, yaitu sebagai berikut.
1) Egocentric
speech, yaitu
anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog).
2) Socialized
speech, yang
terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan
lingkungannya. Perkembangan ini dibagi ke dalam lima bentuk: (a) adapted information, di sini terjadi
saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari, (b) critism, yang menyangkut penilaian anak
terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain, (c) command (perintah), request
(permintaan), dan threat (ancaman),
(d) questions (pertanyaan), dan (e) answer (jawaban)
C.
Kesimpulan
Anak usia Taman Kanak-Kanak
mempunyai karakteristik khusus dalam kemampuan berbahasa atau berbicara, antara
lain sudah dapat bicara lancar dengan kalimat sederhana, mengenal sejumlah
kosakata, menjawab dan membuat pertanyaan sederhana, serta menceritakan kembali
isi cerita. Untuk mengembangkan keterampilan
bahasa anak membutuhkan reinforcement (penguat), reward (hadiah, pujian),
stimulasi, dan model atau contoh yang baik dari orang dewasa agar keterampilan
berbicaranya dapat berkembang secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Dhieni, Nurbiana. (2007). Metoda Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Indarto, Kuss (1999). Sketsa
Di Tanah Mer(d)eka Kumpulan Karikatur. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Munadi. (2013). Media
Pembelajaran. Bandung: GP Press
Wahyudin, U. dan Agustin, M. (2011). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: Refika Aditama
Yusuf, S. (2005). Psikologi
Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya
No comments:
Post a Comment