Thursday, November 30, 2017

KONSEP PERKEMBANGAN KETERAMPILAN BAHASA ANAK USIA DINI



A. Pendahuluan
Rentang usia dini merupakan saat yang tepat dalam mengembangkan potensi kecerdasan anak. Pengembangan potensi anak secara terarah pada rentang usia tersebut akan berdampak pada kehidupan masa depannya. Sebaliknya pengembangan potensi anak yang asal-asalan, akan berakibat pada potensi anak yang jauh dari harapan.PAUD juga dapat dijadikan cermin untuk melihat keberhasilan anak di masa yang akandatang. Anak yang mendapatkan layanan yang baik semenjak usia 0-6 tahun memiliki harapan lebih besar untuk meraih keberhasilan di masa mendatang. Sebaliknya anak yang tidak mendapatkan pelayanan pendidikan yang memadai membutuhkan perjuangan cukup berat untuk mengembangkan kehidupan selanjutnya.
Salah satu aspek pengembangan pada anak usia dini adalah kemampun berbahasa. Menurut Meggit (2013:7) Bahasa adalah system terstruktur yang mentransmisikan makna. Bahasa biasanya dikomunikasikan melalui lisan, tetapi juga dapat melalui tulisan atau isyarat. Lebih lanjut Meggit menjelaskan kemampuan berbahasa adalah salah satu aspek pengembangan anak usia dini, kemampuan berbahasa dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengarkan, membaca, menulis, berdiskusi dan bercerita.
B. Pembahasan
   Kemampuan mengucapkan bahasa merupakan salah satu keterampilan yang berlaku cukup penting dalam keseluruhan kehidupan individu bukan hanya pada anak usia dini. Kemampuan berbahasa akan menjadi modal utama bagi anak dalam melakukan komunikasi dengan teman, guru dan juga orang dewasa lain yang ada di sekitarnya, minimalnya sebelum memasuki pendidikan formal anak sudah memiliki kemampuan berbahasa dalam satu bahasa “ibu” (Wahyudin dan Agustin, 2009:15).
Sebagaimana anak yang baru lahir (baby) mau tidak mau harus melalui proses belajar bahasa setahap demi setahap yang dipelajari dari orang sekelilingnya yaitu misalnya; ibu, bapak, saudara-saudaranya, nenek-neneknya, yang di dalam rumah. Yang menarik perhatian kita adalah, mengapa anak kita mudah menerima “kata-kata baru” bila mendengar dari orang sekelilingnya? Karena pada dasarnya anak kecil itu belum mempunyai konsep bahasa, tetapi yang ada padanya baru berbentuk “potensi”, yang mana potensi itu akan punya potensi, jika orang disekelilingnya mau menggunakan. Potensi itulah yang disebut “fithrah”.
Perbedaannya dengan orang dewasa atau anak remaja yang belajar bahasa ialah, baik orang dewasa atau anak remaja itu sudah mempunyai pengalaman dan konsep bahasa lain, misalnya bahasa ibu atau bahasa nasional. Pada saat inilah mereka akan menghadapi problem untuk mempelajari bahasa asing, karena bahasa asing mempunyai bunyi (suara) yang berbeda, kosa kata yang berbeda, tata kalimat yang berbeda, dan lain-lain.
Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang dan gambar. Menurut Miller (dalam Wahyudin dan Agustin, 2010: 15) bahasa adalah suatu urutan kata-kata, bahasa juga dapat digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai tempat yang berbeda atau waktu yang berbeda.
Pada usia 3-6 tahun kemampuan berbahasa anak akan berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu serta sikap antusias yang tinggi, sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dari anak dengan kemampuan bahasanya. Antara usia 4 dan 5 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari empat sampai lima kata. Antara 5 dan 6 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari enam sampai delapan kata. Mereka juga sudah dapat menjelaskan arti kata-kata sederhana, mengetahui lawan kata. Mereka dapat menggunakan kata penghubung, kata depan dan kata sandang. Pada masa akhir usia prasekolah anak umumnya sudah mampu berkata-kata sederhana, cara bicara mereka telah lancar, dapat dimengerti dan cukup mengikuti tata bahasa walaupun masih melakukan kesalahan berbahasa.
Jadi barang siapa ingin mempelajari bahasa asing berarti harus sadar dengan seluruh daya upaya untuk membentuk kebiasaan baru, sedangkan pada saat mempelajari bahasa ibu (bahasa nasional) proses itu berjalan tanpa sadar. Pada saat ini pula anak akan berusaha mengkaitkan dan membuat persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu (bahasa nasional) dan bahasa asing yang sedang dipelajarinya.
Ketika memasuki taman kanak-kanak sudah menguasai hampir semua kaidah dasar gramatikal bahasanya. Dia sudah dapat membuat kalimat berita, kalimat tanya, dan sejumlah konstruksi lain. Hanya dia masih mendapat kesulitan dalam membuat kalimat pasif. Pada masa akhir usia prasekolah anak umumnya sudah mampu berkata-kata sederhana dan berbahasa sederhana, cara bicara mereka sudah lancar, dapat dimengerti dan cukup mengikuti tata bahasa walaupun masih melakukan kesalahan berbahasa (Wahyudin dan Agustin, 2010:16).
Untuk membantu perkembangan bahasa anak, atau kemampuan berkomunikasi maka orang tua dan guru Taman Kanak-kanak seyogianya memfasilitasi, memberi kemudahan, atau peluang kepada anak dengan sebaik-baiknya. Berbagai peluang itu diantaranya sebagai berikut:
a.       Bertutur kata yang baik dengan anak
b.      Mau mendengarkan pembicaraan anak
c.       Menjawab pertanyaan anak (jangan meremehkannya)
d.      Mengajak berdialog dalam hal-hal sederhana, seperti memelihara kebersihan rumah, sekolah, dan memelihara kesehatan diri.
e.       Di Taman Kanak-kanak, anak dibiasakan untuk bertanya, mengekspresikan keinginannya, menghafal, dan melantunkan lagu dan puisi. (Yusuf,  2005:170).

Perkembangan bahasa anak merupakan proses biologis dan psikologis, karena melibatkan proses pertumbuhan alami dan perkembangan psikologis sebagai akibat interaksi anak dengan lingkungan. Kecepatan anak dalam berbicara (bahasa pertama) merupakan salah satu keajaiban alam  dan menjadi bukti kuat dari dasar biologis untuk pemerolehan bahasa.
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka (Yusuf, 2005:118).
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak. Di samping itu, bahasa juga merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain yang sekaligus berfungsi untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain (Wahyudin dan Agustin, 2009:15)..
Pada saat yang sama, perkembangan kompetensi berbahasa, yakni kemampuan untuk menggunakan seluruh  aturan  berbahasa baik untuk ekspresi (berbicara) maupun interpretasi (memberi makna), dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan anak. Selama tahun-tahun awal prasekolah, khususnya di kelompok bermain, interaksi dengan orang dewasa dan penutur lain yang lebih tua, memainkan peranan yang penting dalam mendukung perkembangan kemampuan berkomunikasi anak.
Ketika memasuki taman kanak-kanak, anak telah dapat memberikan sejumlah informasi dan menggunakan berbagai bentuk pertanyaan dengan menggunakan kata “apa”, “mengapa”, “kapan”, “di mana”, dan “siapa”. Mereka juga dapat berargumentasi dan dapat tertawa oleh penggunaan kata-kata yang keliru. Anak usia 4 tahun mempunyai selera humor yang relatif baik, senang terhadap rima (persajakan), teka-teki, lelucon sederhana, dan gurauan lisan. Mereka juga dapat menikmati cerita yang dibicarakan kepada mereka, khususnya ketika mereka dapat melihat ke ilustrasi gambar yang menyertai cerita tersebut.
   Menurut Yusuf (2005:170) perkembangan bahasa anak usia dini dapat diklasifikasikan ke dalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya) yaitu sebagai berikut.
  1. Masa ketiga (2,0-2,6) yang bercirikan:
1)      Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.
2)      Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan misalnya burung pipit lebih kecil dari burung perkutut, anjing lebih besar dari kucing.
3)      Anak banyak menanyakan nama dan tempat: apa, dimana, dan darimana.
4)      Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yang berawalan dan yang berakhiran.
  1. Masa keempat (2,6-6,0) yang bercirikan:
1)      Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta kalimatnya.
2)      Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu, sebab akibat melalui pertanyaan-pertanyaan: kapan, kemana, mengapa, dan bagaimana.
Dalam berbahasa anak dituntut menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang satu sama lain saling berkaitan. Apabila anak berhasil menuntaskan tugas yang satu, maka berarti juga ia dapat menuntaskan tugas-tugas yang lainnya. Keempat tugas itu adalah sebagai berikut.
a)      Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain.
b)      Pengembangan perbendaharaan kata anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia prasekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
c)      Penyusunan kata-kata menjadi kalimat, kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai gerakan untuk melengkapi cara berpikirnya. Contoh anak menyebut “bola” sambil menunjuk bola itu dengan jarinya. Seiring dengan meningkatnya usia anak dan keluasan pergaulannya, tipe kalimat yang diucapkannya pun semakin panjang dan kompleks.
d)     Ucapan, kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama orang tuanya). Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga tahun. Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara menunjukkan bahwa anak mengalami kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu. Huruf-huruf yang mudah diucapkan yaitu huruf hidup (vokal) seperti i, a, e, dan u dan huruf mati (konsonan) seperti t, p, b, m dan n, sedangkan yang sulit diucapkan adalah huruf mati tunggal seperti z, w, s dan g dan huruf mati rangkap (diftong) seperti st, str, dan dr.   (Yusuf, 2005:119).        

            Ada dua tipe perkembangan bahasa anak, yaitu sebagai berikut.
1)      Egocentric speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog).
2)      Socialized speech, yang terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini dibagi ke dalam lima bentuk: (a) adapted information, di sini terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari, (b) critism, yang menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain, (c) command (perintah), request (permintaan), dan threat (ancaman), (d) questions (pertanyaan), dan (e) answer (jawaban)


C. Kesimpulan
            Anak usia Taman Kanak-Kanak mempunyai karakteristik khusus dalam kemampuan berbahasa atau berbicara, antara lain sudah dapat bicara lancar dengan kalimat sederhana, mengenal sejumlah kosakata, menjawab dan membuat pertanyaan sederhana, serta menceritakan kembali isi cerita. Untuk  mengembangkan keterampilan bahasa anak membutuhkan reinforcement (penguat), reward (hadiah, pujian), stimulasi, dan model atau contoh yang baik dari orang dewasa agar keterampilan berbicaranya dapat berkembang secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Dhieni, Nurbiana. (2007). Metoda Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Indarto, Kuss (1999). Sketsa Di Tanah Mer(d)eka Kumpulan Karikatur. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Munadi. (2013). Media Pembelajaran. Bandung: GP Press
Wahyudin, U. dan Agustin, M. (2011). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: Refika Aditama
Yusuf, S. (2005). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya




No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive