1.
Pengetahuan mengenai psikologi
pendidikan ini sangat penting bagi para guru untuk menyelenggarakan pendidikan
di sekolah-sekolah. Terdapat tempat tujuan utama dalam psikologi pendidikan
untuk guru-guru yaitu memerihal, meramal, menerangkan dan mengawal. manfaat
psikologi pendidikan adalah untuk membantu para guru dan para calon guru
dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai kependidikan dan
prosesnya.
2.
Teori nativisme ini dipelopori
oleh Arthur Schopenhauer (1788-1860), seorang filosof Jerman.
Teori ini mengemukakan bahwa perkembangan manusia itu telah
ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir (faktor pembawaan)
baik karena berasal dari keturunan orang tuanya, nenek moyangnya maupun karena
memang ditakdirkan demikian. Pembawaan itulah yang menentukan hasil
perkembangannya. Manakala pembawaannya itu baik, baik pula anak itu kelak.
Begitu pula sebaliknya, andaikata anak itu berpembawaan buruk, buruk pula pada
masa pendewasaannya
Teori empirisme
mengemukakan bahwa manusia dilahirkan seperti kertas kosong (putih) yang belum
ditulis (teori tabularasa). Jadi sejak dilahirkan anak itu tidak mempunyai
bakat dan pembawaan apa-apa dan anak dibentuk sekehendak pendidiknya. Disini
kekuatan apa pada pendidik, pendidikan dan lingkungannya yang berkuasa atas
pembentukan anak. Teori empirisme ini merupakan kebalikan dari teori nativisme
karena menganggap bahwa potensi atau pembawaan yang dimiliki seseorang itu sama
sekali tidak ada pengaruhnya dalam upaya pendidikan. Semuanya ditentukan oleh
faktor lingkungan yaitu pendidikan. Teori ini disebut juga dengan Sosiologisme,
karena sepenuhnya mementingkan atau menekankan pengaruh dari luar. Dalam ilmu
pendidikan teori ini dikenal sebagai pandangan optimisme paedagogis.
Teori konvergensi pada
intinya merupakan perpaduan antara pandangan nativisme dan empirisme, yang
keduanya dipandang sangat berat sebelah. Tokoh utama teori konvergensi adalah
Louis William Stern (1871-1938), seorang filosof sekaligus sebagai psikolog
Jerman. Teori ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan
lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Faktor
pembawaan tidak berarti apa-apa tanpa faktor pengalaman (lingkungan). Demikian
pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor pembawaan tidak akan mampu
mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan.
3.
Berpikir kreatif adalah berpikir yang
menghasilkan metode baru , konsep baru ,pengertian baru,perencanaan baru dan
seni baru. Berpikir kreatif sangat erat hubungannya dengan kreatifitas , karena
kreativitas adalah hasil dari proses berpikir kreatif yang dilakukan seseorang.
Inovasi adalah penerapan secara praktis gagasan yang kreatif. Keaslian
(originality) adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang
asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakaan orang.
4.
Salah satu prinsip paling penting dari
psikologi pendidikan adalah guru tidak boleh semata-mata memberikan pengetahuan
kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru
dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi
menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan
ide-ide, dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan sendiri
ide-ide, dan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi
mereka sendiri dalam belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa tangga yang
dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi
harus di upayakan sendiri siswa yang memanjat tangga itu. Belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami apa yang mereka pelajari bukan mengetahuinya, oleh
karena itu para pendidik telah berjuang dengan segala cara dengan mencoba untuk
membuat apa yang dipelajari siswa disekolah agar dapat dipergunakan dalam
kehidupan mereka sehari-hari.
5.
Kajian psikologi tentang individu siswa
dalam proses pendidikan, yakni perubahan tingkah laku dan cara¬ cara
penilaiannya di dalam pendidikan yang mencakup: (1) perubahan perilaku karena
pertumbuhan dan perkembangan; atau karena peserta didik mengalami proses
pematangan dan pendewasaan, (2) perubahan perilaku karena belajar yang
merupakan faktor terpenting dalam proses pendidikan dan pembelajaran, (3)
cara-cara mengukur atau mengevaluasi pencapaian karena perubahan-perubahan
tersebut, khususnya karena belajar. Melalui proses pembelajaran yang interaktif
antara guru dan peserta didik akan terjadi perubahan perilaku kepada peserta
didik yang ditandai dengan gejala peserta didik menjadi tahu terhadap materi
pelajaran yang dipelajarinya dari tidak tahu pada waktu sebelum mempelajari
materi pelajaran tertentu. Gejala lain dari terjadinya perubahan perilaku pada
peserta didik, yaitu peserta didik memperoleh keterampilan tertentu seperti
keterampilan dalam berbicara, berdiskusi, bergaul dan berteman, dan
keterampilan lain yang membutuhkan aktivitas sensorik dan motorik dan perubahan
dari aspek sikap (afektif), yaitu dari bersikap kurang baik atau kurang positif
terhadap guru, orangtua, masyarakat, dan pihak terkait lainnya menjadi bersikap
positif terhadap pihak-pihak tersebut sebagai buah atau hasil dari proses
pendidikan yang berkualitas.
No comments:
Post a Comment