A. PENDAHULUAN
Pendidikan anak usia dini
(PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) justru belum banyak mendapat perhatian. Saat ini, pendidikan usia
dini baru diperoleh oleh sebagian kecil anak di Indonesia.
Rentang usia dini merupakan
saat yang tepat dalam mengembangkan potensi kecerdasan anak. Pengembangan
potensi anak secara terarah pada rentang usia tersebut akan berdampak pada
kehidupan masa depannya. Sebaliknya pengembangan potensi anak yang asal-asalan,
akan berakibat pada potensi anak yang jauh dari harapan. PAUD juga dapat
dijadikan cermin untuk melihat keberhasilan anak di masa yang akan datang. Anak
yang mendapatkan layanan yang baik semenjak usia 0-6 tahun memiliki harapan
lebih besar untuk meraih keberhasilan di masa mendatang. Sebaliknya anak yang
tidak mendapatkan pelayanan pendidikan yang memadai membutuhkan perjuangan
cukup berat untuk mengembangkan kehidupan selanjutnya.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 4 ayat 5 menyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan untuk mengembangkan
budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Hal ini
menunjukkan bahwa pemerintah menyadari tentang pentingnya budaya membaca,
menulis dan berhitung bagi masyarakat. Budaya membaca dapat dikembangkan kepada
anak sejak mereka masih berusia dini dengan memperkenalkan buku kepada mereka
terlebih dahulu.
Pelajaran membaca pada anak harus memperhatikan banyak sekali faktor
diantaranya penyesuaian dengan kemampuan anak, minat anak dan faktor-faktor
yang mempengaruhi proses belajar membaca. Banyak guru dan orang tua yang kurang
dan bahkan belum menyadari pentingnya faktor tersebut, terutama metode yang efektif
mengajarkan membaca permulaan pada anak usia Taman Kanak-kanak. Penggunaan
metode yang salah bisa menyebabkan terganggunya perkembangan psikologis anak.
Sesuai dengan prinsip pembelajaran di PAUD yaitu “Belajar Sambil Bermain,
Bermain Seraya Belajar”, maka pembelajaran membaca di PAUD diberikan secara
menyenangkan, dengan permainan-permainan yang menantang, serta menggunakan
media yang menarik. Pembelajaran dengan permainan akan membuat anak merasa
bahagia, gembira dan pembelajaran akan lebih mudah diingat anak. Pembelajaran
di PAUD tidak bisa terlepas dari bermain, mengingat di usia ini merupakan masa
bermain bagi anak.
B. PEMBAHASAN
1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Menurut
Departemen Pendidikan Nasional Indonesia yang tercantum pada Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 14;
Pendidikan anak usia dini atau
disingkat PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan dengan memberi rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus
dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama
dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias, dan ingin tahu
terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan, mereka seolah-olah tak pernah
berhenti bereksplorasi dan belajar (Sujiono, 2009:6). Anak usia dini atau anak
usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu, ketika anak mulai
memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur
diri dalam buang air (toilet training),
dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya)
(Yusuf, 2005:162).
Anak
usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan
dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada
pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan
dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang
perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang
diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap
tahapan perkembangan anak (Sujiono, 2009:6).
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak
yang berusia 0-8 tahun yang sedang mengalami masa perkembangan baik secara
fisik, mental maupun secara emosional yang akan mempengaruhi proses
perkembangan berikutnya
2. Kemampuan Membaca Pada Anak Usia Dini
Secara bahasa kemampuan
sama dengan kesanggupan atau kecakapan. Jadi, kemampuan adalah kesanggupan
individu untuk melakukan pekerjaan yang dibebankan. Sedangkan kemampuan membaca
adalah kemampuan individu untuk mendengarkan ujaran yang disampaikan oleh lawan
bicara, berbicara dengan lawan bicara, membaca pesan-pesan yang disampaikan
dalam bentuk tulis, dan menulis pesan-pesan baik secara lisan maupun tulisan.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata
yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan
makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak
terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau
dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam
Tarigan, 2008:7).
Menurut Anderson (dalam Tarigan, 2008:7) membaca adalah suatu proses
penyandian kembali dan pembacaan sandi (a
recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis
yang justru melibatkan penyandian (encoding).
Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding)
adalah menghubungkan kata-kata tulis (written
word) dengan makna bahasa lisan (oral
language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi
yang bermakna.
Membaca merupakan suatu proses yang kompleks dengan melibatkan kedua
belahan otak. Membaca merupakan dasar utama untuk memperoleh kemampuan belajar
di berbagai bidang. Melalui membaca seseorang dapat membuka cakrawala dunia,
mengetahui apa yang sebelumnya tidak diketahui.
Bahasa terdiri dari
berbagai simbol yang dapat terungkap secara lisan maupun tulisan. Pemerolehan
bahasa terjadi pada subtahap pemikiran simbolik tahap praoperasional tersebut,
sehingga menurut Piaget, bahasa merupakan hasil dari perkembangan intelektual
secara keseluruhan dan sebagai bagian dari kerangka fungsi simbolik.
Bahasa berkaitan erat
dengan perkembangan kognisi anak, terutama dalam hal kemampuan berpikir.
Prinsip yang mempengaruhi penyatuan itu adalah pertama, semua fungsi mental
memiliki asal-usul eksternal atau sosial. Anak–anak harus menggunakan bahasa
dan menggunakannya pada orang lain sebelum berfokus dalam proses mental mereka
sendiri. Kedua, anak–anak harus berkomunikasi secara eksternal menggunakan
bahasa selama periode yang lama sebelum transisi kemampuan bicara eksternal ke
internal berlangsung.
Jadi, anak perlu belajar
bahasa untuk mengasah keterampilan mereka dalam melakukan proses mental seperti
berpikir dan memecahkan masalah, karena bahasa merupakan alat berpikir.
Demikian pula dengan membaca, yang merupakan salah satu komponen bahasa yang
perlu dipelajari sejak dini.
Salah satu teori membaca
yang amat berpengaruh adalah teori rute ganda. Teori rute ganda menjelaskan
mekanisme yang terjadi pada pembaca awal dalam mencoba mengatasi kata–kata yang
belum dikenal. Pembaca awal akan melalui dua rute yang akan menentukan suatu
kata akan dikenali (berhasil dibaca) atau tidak.
Rute pertama (rute
visual), merupakan rute pengenalan yang tergantung pada pendekatan mencocokkan
pola visual, di mana anak–anak menatap jalinan huruf cetak dan membandingkan
pola itu dengan simpanan kata–kata yang telah mereka kenal dan pelajari
sebelumnya. Rute kedua (rute fonologis), pembaca mengubah simbol (huruf)
menjadi bunyi. Rute kedua mungkin hanya digunakan bila rute pertama gagal.
Pembaca lemah sebagaimana
pembaca awal menggunakan metode rute visual, namun mereka berbeda dalam hal
kesadaran fonemis, karena anak–anak normal memiliki kesadaran fonemis yang
memungkinkan mereka memanfaatkan asosiasi bunyi/simbol dan kemampuan memetakan
bunyi ke dalam kata berdasarkan konsep mereka tentang bentuk huruf yang benar.
Maka dapat disimpulkan
bahwa anak–anak usia Taman Kanak-kanak memiliki potensi yang terpendam untuk
menjadi pembaca yang baik. Tahap perkembangan yang memungkinkan mereka mengerti
simbol-simbol dalam bahasa memberi kesempatan untuk cepat belajar dan mengasah
ketajaman berpikir.
Selain itu, anak-anak
sebagai pembaca awal umumnya memiliki kesadaran fonemis yang cukup baik dan
sangat berguna dalam proses membaca. Karena itu, diperlukan adanya pemilihan
metode yang tepat dengan harapan anak dapat belajar membaca dengan efektif,
memanfaatkan segala potensinya dan merasa nyaman dalam belajar menggunakan
metode yang memperhatikan kebutuhan belajar mereka.
3. Kartu Huruf
Kartu huruf merupakan media
yang termasuk pada jenis media grafis atau media dua dimensi, yaitu media yang
mempunyai ukuran panjang dan lebar. Menurut Wibawa (Ratnasari, 2003:16) kartu
huruf biasanya berisi huruf-huruf, gambar atau kombinasinya dan dapat digunakan
untuk mengembangkan perbendaharaan kata dalam pelajaran bahasa pada umumnya dan
bahasa asing khususnya.
Kartu huruf bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan membaca anak PAUD. Bagi guru, media ini bertujuan untuk
mempermudah dalam mengkondisikan situasi belajar. Keterlibatan anak secara
aplikatif dengan bantuan guru yang proaktif akan menciptakan kondisi belajar
mengajar yang efektif dan efisien.
Kartu huruf memiliki peran dalam membantu memudahkan anak
dalam pembelajaran kosakata bahasa Indonesia dan kemampuan membaca. Pemilihan
gambar-gambar pada kartu huruf dalam pembelajaran pun harus memperlihatkan sasaran yang harus
disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.
C. KESIMPULAN
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dapat
ditegaskan bahwa perkembangan bahasa anak memegang peran penting dalam
perkembangan anak, khususnya perkembangan kemampuan berbahasa di taman
kanak-kanak, sehingga anak-anak mampu berkomunikasi dengan baik dan dapat
mengembangkan potensinya. Perkembangan bahasa anak usia dini khususnya di taman
kanak-kanak berada pada masa kanak-kanak awal yang terdiri dari kemampuan
berbicara, kemampuan membaca, kemampuan menulis, dan kemampuan menyimak.
Perkembangan bahasa tersebut membantu anak-anak dalam berbahasa baik secara
reseptif maupun secara ekspresif.
Jadi, anak perlu belajar
bahasa untuk mengasah keterampilan mereka dalam melakukan proses mental seperti
berpikir dan memecahkan masalah, karena bahasa merupakan alat berpikir.
Demikian pula dengan membaca, yang merupakan salah satu komponen bahasa yang
perlu dipelajari sejak dini
DAFTAR PUSTAKA
Asyhar, R. (2011). Kreatif
Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.
Ratnasari, E. (2003). Efektivitas Penggunaan Flash Card Untuk
Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menulis. Skripsi. Bandung:FIP UPI
Sujiono, Y. (2009). Konsep
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.
Sujiono, Y.N dan Sujiono, B. (2010). Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks
Sumantri, M. dan J. Permana. (1999). Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Tarigan,S. (2008). Membaca, Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wardhani. (2008). Bermain
sambil Belajar. Jakarta: Edukasia
Yusuf, S. (2005). Psikologi
Perkembangan Anak & Remaja. Bandung:Remaja Rosdakarya
No comments:
Post a Comment