BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam dunia pendidikan, ada dua
komponen utama yang ditonjolkan. Yang pertama adalah komponen hardware,
komponen ini terutama menyangkut skill, misalnya kemampuan memakai komputer,
kemampuan bahasa asing dan komponen kemampuan aritmatik. Sedangkan komponen
yang kedua adalah software, terutama menyangkut masalah karakter, misalnya
pantang menyerah, aktif mencari tahu dan antusiasme. (Nugroho,2007)
Pendidikan lingkungan merupakan
salah satu faktor penting untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan hidup dan merupakan
sarana yang penting dalam menghasilkan Sumber daya manusia yang dapat
melaksanakan prinsip pembangunan berkelanjutan. Pendidikan lingkungan dilakukan
sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat dalam
mencari pemecahan dan pencegahan timbulnya masalah lingkungan.
Menurut anonim (2007), Pendidikan
lingkungan tidak akan merubah situasi dan kondisi lingkungan yang rusak menjadi
baik dalam waktu yang singkat, melainkan membutuhkan waktu, proses, dan sumber
daya. Atas dasar itulah Pendidikan lingkungan sedini mungkin perlu diupayakan
agar dapat meminimalisasi kerusakan-kerusakan lingkungan.
Sebagai contoh dengan adanya
bencana lingkungan hidup seperti bencana kebakaran hutan yang tak terkendali
dari tahun ke tahun yang diakibatkan dari peran manusia pembangunan yang tidak
berwawasan lingkungan. Dengan adanya pendidikan lingkungan merupakan upaya
memperkenalkan siswa sekolah pada lingkungan sebenarnya yang sudah ada dalam
program 5K, Keindahan, Kerapian, Kebersihan, Kepribadian dan Keamanan (Nugroho,
2007)
Sjarkowi (2005) menyatakan bahwa
untuk membangun kadar pemahaman yang seimbang tentang peran aktif manusia
pembangunan ditengah lingkungan hidup, dapat berkembang secara optimal,
khususnya terkait dengan cara sajian pelajaran dan suasana pembelajaran.
Disinilah pentingnya pendidikan lingkungan dapat diterapkan untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan.
B. Perumusan
Masalah
Adapun perumusan masalah yang dapat disusun dalam
karya tulis ini adalah:
1.
Bagaimana solusi alternatif untuk memunculkan
kepedulian kepada siswa sekolah akan makna pentingnya lingkungan hidup?
2.
Bagaimana penerapan pendidikan lingkungan hidup?
3.
Keuntungan apa yang dapat dirasakan ketika
pendidikan lingkungan hidup ini diterapkan ?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
:
1.
Mengetahui bagaimana solusi alternatif untuk
memunculkan kepedulian kepada siswa sekolah akan makna pentingnya lingkungan
hidup
2.
Mengetahui bagaimana penerapan pendidikan
lingkungan hidup
3.
Mengetahui keuntungan yang dapat dirasakan
ketika pendidikan lingkungan hidup ini diterapkan.
D. Manfaat
Penulisan
Dengan adanya tulisan ini
diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah dan pihak sekolah akan
pentingnya pendidikan lingkungan hidup bagi anak-anak. Dengan pendidikan
lingkungan hidup , selain dapat memberikan kesadaran kepada anak-anak akan
pentingnya menjaga lingkungan juga dapat mengetahui sejauh mana kepeduliaan
mereka dalam menjaga lingkungan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan
Lingkungan Hidup
Salah satu puncak perkembangan
pendidikan lingkungan adalah dirumuskannya tujuan pendidikan lingkungan hidup
menurut UNCED adalah sebagai berikut: Pendidikan lingkungan Hidup
(environmental education – EE) adalah suatu proses untuk membangun populasi
manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan)
dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen
untuk bekerja sama , baik secara individu maupun secara kolektif , untuk dapat
memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah
baru [UN – Tbilisi, Georgia – USSR (1977) dalam Unesco, (1978).
Pendidikan lingkungan hidup
memasukkan aspek afektif yaitu tingkah laku, nilai dan komitmen yang diperlukan
untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan (sustainable). Pencapaian tujuan
afektif ini biasanya sukar dilakukan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru
perlu memasukkan metode-metode yang memungkinkan berlangsungnya klarifikasi dan
internalisasi nilai-nilai.
Dalam Pendidikan lingkungan hidup
perlu dimunculkan atau dijelaskan bahwa dalam kehidupan nyata memang selalu
terdapat perbedaan nilai-nilai yang dianut oleh individu. Perbedaan nilai
tersebut dapat mempersulit untuk derive the fact, serta dapat menimbulkan
kontroversi/pertentangan pendapat. Oleh karena itu, Pendidikan lingkungan hidup
perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun ketrampilan yang dapat
meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah. Beberapa ketrampilan yang
diperlukan untuk memecahkan masalah adalah sebagai berikut ini :
1.
Berkomunikasi: mendengarkan, berbicara di depan
umum, menulis secara persuasive, desain grafis;
2.
Investigasi (investigation): merancang survey,
studi pustaka, melakukan wawancara, menganalisa data;
3.
Ketrampilan bekerja dalam kelompok (group
process): kepemimpinan, pengambilan keputusan dan kerjasama.
Dalam melakukan Pendidikan
lingkungan hidup haruslah:
1.
Mempertimbangkan lingkungan sebagai suatu
totalitas — alami dan buatan, bersifat teknologi dan sosial (ekonomi, politik,
kultural, historis, moral, estetika);
2.
Merupakan suatu proses yang berjalan secara
terus menerus dan sepanjang hidup, dimulai pada jaman pra sekolah, dan
berlanjut ke tahap pendidikan formal maupun non formal;
3.
Mempunyai pendekatan yang sifatnya
interdisipliner, dengan menarik/mengambil isi atau ciri spesifik dari
masing-masing disiplin ilmu sehingga memungkinkan suatu pendekatan yang
holistik dan perspektif yang seimbang.
4.
Meneliti (examine) issue lingkungan yang utama
dari sudut pandang lokal, nasional, regional dan internasional, sehingga siswa
dapat menerima insight mengenai kondisi lingkungan di wilayah geografis yang
lain;
5.
Memberi tekanan pada situasi lingkungan saat ini
dan situasi lingkungan yang potensial, dengan memasukkan pertimbangan
perspektif historisnya;
6.
Mempromosikan nilai dan pentingnya kerjasama
lokal, nasional dan internasional untuk mencegah dan memecahkan masalah-masalah
lingkungan;
7.
Secara eksplisit mempertimbangkan/memperhitungkan
aspek lingkungan dalam rencana pembangunan dan pertumbuhan;
8.
Memampukan peserta didik untuk mempunyai peran
dalam merencanakan pengalaman belajar mereka, dan memberi kesempatan pada
mereka untuk membuat keputusan dan menerima konsekuensi dari keputusan
tersebut;
9.
Menghubungkan (relate) kepekaan kepada
lingkungan, pengetahuan, ketrampilan untuk memecahkan masalah dan klarifikasi
nilai pada setiap tahap umur, tetapi bagi umur muda (tahun-tahun pertama)
diberikan tekanan yang khusus terhadap kepekaan lingkungan terhadap lingkungan
tempat mereka hidup;
10.
Membantu peserta didik untuk menemukan
(discover), gejala-gejala dan penyebab dari masalah lingkungan;
11.
Memberi tekanan mengenai kompleksitas masalah
lingkungan, sehingga diperlukan kemampuan untuk berfikir secara kritis dengan
ketrampilan untuk memecahkan masalah.
12.
Memanfaatkan beraneka ragam situasi pembelajaran
(learning environment) dan berbagai pendekatan dalam pembelajaran mengenai dan
dari lingkungan dengan tekanan yang kuat pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya
praktis dan memberikan pengalaman secara langsung (first – hand experience).
Karena langsung mengkaji masalah yang nyata,
Pendidikan Lingkungan Hidup dapat mempermudah pencapaian ketrampilan tingkat
tinggi (higher order skill) seperti :
1.berfikir kritis
2.berfikir kreatif
3.berfikir secara integratif
4. memecahkan masalah.
Persoalan lingkungan hidup
merupakan persoalan yang bersifat sistemik, kompleks, serta memiliki cakupan
yang luas. Oleh sebab itu, materi atau isu yang diangkat dalam penyelenggaraan
kegiatan pendidikan lingkungan hidup juga sangat beragam. Sesuai dengan
kesepakatan nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan yang ditetapkan dalam
Indonesian Summit on Sustainable Development (ISSD) di Yogyakarta pada tanggal
21 Januari 2004, telah ditetapkan 3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan
yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Ketiga pilar tersebut merupakan
satu kesatuan yang bersifat saling ketergantungan Menurut dan saling
memperkuat. Adapun inti dari masing-masing pilar adalah :
1.
Pilar Ekonomi: menekankan pada perubahan sistem
ekonomi agar semakin ramah terhadap lingkungan hidup sesuai dengan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Isu atau materi yang berkaitan
adalah: Pola konsumsi dan produksi, Teknologi bersih, Pendanaan/pembiayaan,
Kemitraan usaha, Pertanian, Kehutanan, Perikanan, Pertambangan, Industri, dan
Perdagangan
2.
Pilar Sosial: menekankan pada upaya-upaya
pemberdayaan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Isu atau
materi yang berkaitan adalah: Kemiskinan, Kesehatan, Pendidikan,
Kearifan/budaya lokal, Masyarakat pedesaan, Masyarakat perkotaan, Masyarakat
terasing/terpencil, Kepemerintahan/kelembagaan yang baik, dan Hukum dan
pengawasan
3.
Pilar Lingkungan: menekankan pada pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan. Isu atau materi yang
berkaitan adalah: Pengelolaan sumberdaya air, Pengelolaan sumberdaya lahan,
Pengelolaan sumberdaya udara, Pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir, Energi
dan sumberdaya mineral, Konservasi satwa/tumbuhan langka, Keanekaragaman
hayati, dan Penataan ruang
Memahami tentang pendidikan pada
dasarnya tidak dapat dipisahkan dari keadaan lingkungan, mengingat dari sejak
dilahirkannya manusia sampai tumbuh dan berkembang menjadi dewasa telah banyak
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitarnya. Sehingga di akui atau tidak
pondasi bangunan pemikiran sikap, tindakan manusia dan lain sebagainya telah
dikontruk sedemikian rupa oleh hal-hal yang terjadi di lingkungan.
Menurut Idris shaleh (2007)
pendidikan harus diselaraskan dengan nilai-nilai yang terjadi di lingkungan,
agar disatu sisi pendidikan mampu menjawab dan memberikan sebuah solusi
terhadap berbagai persoalan yang terjadi dalam lingkungan. Dimana lingkungan
merupakan tempat berpijak bahkan merupakan tempat kita untuk mengasah diri,
baik secara sikap, intelektual maupun tindakan. Pendidikan juga mempunyai
peranan penting untuk menciptakan sistem yang bisa mengantarkan peserta
didik pada sebuah kesadaran akan makna pentingnya sebuah lingkungan.
B. Lingkungan
Sebagai Subyek Pendidikan
Menurut Notohadiprawiro (2006),
Pendidikan lingkungan memberikan latihan kepada anak didik berpikir secara
serbacakup (comprehensive) mengenai segala gatra kehidupan manusia. Subyek ini
juga melatih berpikir secara bersistem, yang menggunakan waktu lengkap, yaitu
kemarin-kini-esok dan matra ruang. Matra waktu penting karena lingkungan
bersifat dinamis, baik menurut bawaannya maupun terutama menurut saling
nasabahnya (interrelationship) dengan kegiatan manusia. Kejadian yang
berlangsung pada masa lampau menghasilkan akibat pada masa sekarang, dan akibat
ini berpengaruh atas kejadian yang dapat berlangsung pada masa sekarang, yang
akan meghasilkan akibat pada masa mendatang. Marta ruang penting karena
lingkungan merupakan fakta geografi. Akibat suatu tindakan tertentu yang
terjadi dsuatu tapak belum tentu terjadi pula atau tidak dengan sendirinya
harus terjadi pula ditapak lain karena tindakan yang sama. Berpikir secara
bersistem yang menilai nasabah antar komponen lingkungan dan antara lingkungan
dan manusia dalam skala waktu dan ruang, mengembangkan penalaran analitik dan
tuntas.
Waktu dan ruang adalah kaidah
segala kehidupan. Proses dan evolusi berhakikat waktu, sedang adaptasi
berhakikat ruang (tempat). Kemajuan proses, evolusi dan adaptasi menjadi
jaminan kelangsungan kehidupan di bumi kita ini. Sebaliknya, kemunduran proses
dan kekahatan evolusi serta adaptasi menjadi sebab pokok degradasi kehidupan.
Mengingat hakekat lingkungan itu
maka (Emmelin, 1997) berpendapat bahwa lingkungan sepantasnya mengganti Seni
dan Humaniora selaku subyek pendidikan bagi para calon administrator. Ilmu
lingkungan sesuai untuk peran ini mengingat bahan yang diajarkan, cakupannya
yang luas, dan tuntutannya akan keterhitungannya segala hal (demand on
numeracy). Menelaah sistem lingkungan yang sangat rumit akan dapat
mengembangkan kelenturan berpikir yang perlu dimiliki oleh setiap
administrator. Secara tradisional Seni dan Humaniora menjadi subyek utama
pendidikan para bangsawan, khususnya putra mahkota dalam mempersiapkan
menduduki tahta kerajaan. Jalur ini masih ditempuh sampai sekarang, baik di
dunia timur maupun di dunia barat. Bahkan pendidikan universitas dan berbagai
sekolah penatakan jabatan di Indonesia masih cenderung mengikuti jalur ini.
Misalnya pemasukan kelompok mata ajaran sosial budaya dasar dalam kurikulum
umum S1 jelas menunjukkan penganutan pada konsep itu. Masalah sosial dan budaya
dengan sendirinya sudah tercakup dalam ilmu lingkungan, bahkan tidak hanya
sekedar dicakup, akan tetapi dipadukan dengan masalah fisik, hayati, dan
teknologi. Dengan demikian anak didik tidak lagi diberi bekal pengertian yang
terkotak-kotak, melainkan memperoleh pengetahuan yang bulat mengenai perilaku
masyarakat dengan teknologi dan rekayasanya dalam upaya membangun perikehidupan
yang lebih menyenangkan.
C. Kerangka
Pendidikan Lingkungan
Membicarakan lingkungan berarti
membicarakan dampak dan resiko penggunaan sumberdaya alam. Menurut Ananichev
(1976), persoalan lingkungan mempunyai tiga gatra pokok, yaitu pencemaran,
usikan terhadap neraca ekologi dan pengurasan sumberdaya alam.
Pendidikan lingkungan merupakan
suatu proses terpadu yang berkenaan dengan saling nasabah manusia dengan
keadaan alam buatan sekelilingnya, termasuk nasabah pertumbuhan penduduk,
pencemaran, peruntukan dan pengurasan sumberdaya, pengawetan, teknologi dan
perencanaan perkotaan serta pedesaan dengan lingkungan manusia secara
keseluruhan. Pendidikan ini merupakan suatu kajian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh
atas ekosistem, kesehatan jiwa dan badan, keadaan untuk hidup dan bekerja,
kota-kota yang meruntuh dan tekanan penduduk (Emmelin,1977).
Dengan pengelolaan sumber daya
alam sebagai tema inti, ada dua hampiran yang dapat ditempuh dalam pendidikan
lingkungan. Kedua hampiran itu secara asasi berbeda, yaitu yang satu mengaji
pengelolaan sumberdaya alam dari gatra sumberdayanya, sedang yang lain mengaji
pengelolaan sumberdaya tersebut (Emmelin, 1977).
Pengusik neraca ekologi yang
tertua adalah pertanian. Sejak jaman batu, pada waktu manusia mulai mampu
membuat alat yang dapat meringankan dan memudahkan pekerjan badan, dia mulai
pula mengenal cara mengolah lahan dan memelihara hewan. Dengan
kepandaiannya bercocok tanam dan beternak, manusia menghampiri alam dengan
jalan yang secara asasi baru sama sekali. Manusia tidak lagi berusaha
menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya, akan tetapi mulai mencoba mengubah
alam agar cocok dengan tuntutannya sendiri.
Menurut notohadiprawiro (2006),
persoalan lingkungan terutama ditimbulkan oleh permuiman manusia dan industri.
Secara potensial kedua macam kegiatan itu merupakan sumber dampak berat atas
lingkungan karena:
1. Manipulasi lingkungan sehingga menjauhi keadaan
semula tanpa memberikan kompesasi yang sepadan, 2. Banyak menggunakan dan
menghasilkan zat atau bahan yang asing bagi lingkungan pada umumnya. 3. Limbah
yang dihasilkan banyak yang tidak terdaur ulangkan dan 4. Intensitas kegiatan
persatuan tempat dan atau waktu tinggi. Faktor-faktor dampak ini saling berkaitan
erat. Memakai dan membajak atau bahan yang asing lingkungan menghasilkan yang
asing pula. Mengingat ini semua, maka persoalan ini merupakan salah satu
dampak atas lingkungan.
D. Penerapan
Pendidikan Lingkungan Hidup
Pendidikan lingkungan hidup (PLH)
dapat diterapkan ke dalam pendidikan formal dengan menyisipkan materi
pendidikan lingkungan hidup (PLH) ke dalam materi-materi pelajaran yang telah
ada mulai dari konsep pemeliharaan lingkungan hingga cara-cara yang dapat
dilakukan. Proses belajar mengajar tidak lagi menggunakan metode ceramah,
tetapi lebih apresiatif dan aplikatif serta peduli dengan persoalan-persoalan
lingkungan hidup. Dalam hal ini, perlu kerjasama dan kesepakatan antara
Departemen Pendidikan Nasional dengan kantor Mentri Negara Lingkungan hidup.
Kesepakatan bersama didasari kesadaran pentingnya menumbuhkan kesadaran
lingkungan dan konsep pembangunan berkelanjutan sejak usia sekolah.
Beberapa langkah yang perlu
ditempuh Depdiknas agar program ini dapat berjalan, di antaranya menetapkan
kebijakan, pedoman dan program PLH, mengembangkan materi pendidikan dan
pelatihan, meningkatkan kompetensi murid dan guru, serta menyusun materi ajar
dan metode pembelajarannya.
Sementara dari pihak Kantor
Menneg-LH di antaranya akan menetapkan dan mengembangkan materi PLH, kerja sama
dalam pelaksanaannya, menyiapkan substansi bahan ajar, serta melatih para guru
dan tenaga kependidikan mengenai lingkungan.
E. Keuntungan
Pendidikan Lingkungan Hidup
Dengan adanya pendidikan lingkungan hidup, adapun
keuntungannya adalah:
1. Dapat memberikan informasi-informasi kepada
siswa-siswa tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup
2. Dapat memberikan kesadaran kepada siswa-siswa akan
pentingnya lingkungan hidup.
3. Dapat mengetahui seberapa besar rasa
sensitifitas siswa-siswa terhadap kondisi lingkungan sekitarnya
4. Memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk
mendapatkan pengetahuan, keterampilan, sikap/perilaku, motivasi dan komitmen,
yang diperlukan untuk bekerja secara individu
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan salah satu
solusi terhadap berbagai persoalan yang terjadi dalam lingkungan. Pendidikan
lingkungan hidup (PLH) dapat diterapkan ke dalam pendidikan formal dengan
menyisipkan materi pendidikan lingkungan hidup (PLH) ke dalam materi-materi
pelajaran yang telah ada mulai dari konsep pemeliharaan lingkungan hingga
cara-cara yang dapat dilakukan.
Keuntungan lingkungan hidup antara
lain : Dapat memberikan informasi dan kesadaran kepada siswa akan pentingnya
lingkungan hidup, dapat mengetahui seberapa besar rasa sensitifitas siswa
terhadap lingkungan dan memberikan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan,
keterampilan, sikap/perilaku, motivasi dan komitmen, yang diperlukan untuk
bekerja secara individu.
B. Saran
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini
dapat memberikan masukan kepada pihak sekolah untuk dapat menjadikan lingkungan
hidup sebagai salah satu mata pelajaran. Pihak sekolah juga bisa menerapkan
Pendidikan Lingkungan Hidup ini kepada sisiwa-siswa mereka. Sehingga
siswa-siswa mengetahui akan pentingnya menjaga lingkungan baik di sekolah
maupun lingkungan rumah mereka.
DAFTAR
PUSTAKA
Hegemer, C. J. 2005. Yayasan Hanns Seidel di Indonesia
http://www.hsfindo.org. _Diakses tanggal tanggal 20 Juni 2017
Iriani, S. 2006. Arti Penting Pendidikan Lingkungan.
http://www.ychi.org. _ Diakses tanggal tanggal 20 Juni 2017
Nugroho, I. D. 2007. Pendidikan Dasar Lingkungan.
http://idnugroho.blogspot.com. _Diakses tanggal tanggal 20 Juni 2017
Sugiarto, A.T dkk. 2004. Peranan Pemerintah, Pengusaha Dan
Masyarakat Dalam Mengatasi Permasalah Lingkungan Hidup. http://www.istecs.org.
_Diakses tanggal tanggal 20 Juni 2017
No comments:
Post a Comment