Friday, November 17, 2017

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (PLH) KEPADA SISWA SEKOLAH SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF DALAM UPAYA MENGATASI MASALAH LINGKUNGAN

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, ada dua komponen utama yang ditonjolkan. Yang pertama adalah komponen hardware, komponen ini terutama menyangkut skill, misalnya kemampuan memakai komputer, kemampuan bahasa asing dan komponen kemampuan aritmatik. Sedangkan komponen yang kedua adalah software, terutama menyangkut masalah karakter, misalnya pantang menyerah, aktif mencari tahu dan antusiasme. (Nugroho,2007)
Pendidikan lingkungan merupakan salah satu faktor penting untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan hidup dan merupakan sarana yang penting dalam menghasilkan Sumber daya manusia yang dapat melaksanakan prinsip pembangunan berkelanjutan. Pendidikan lingkungan dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat dalam mencari pemecahan dan pencegahan timbulnya masalah lingkungan.
Menurut anonim (2007), Pendidikan lingkungan tidak akan merubah situasi dan kondisi lingkungan yang rusak menjadi baik dalam waktu yang singkat, melainkan membutuhkan waktu, proses, dan sumber daya. Atas dasar itulah Pendidikan lingkungan sedini mungkin perlu diupayakan agar dapat meminimalisasi kerusakan-kerusakan lingkungan.
Sebagai contoh dengan adanya bencana lingkungan hidup seperti bencana kebakaran hutan yang tak terkendali dari tahun ke tahun yang diakibatkan dari peran manusia pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan. Dengan adanya pendidikan lingkungan merupakan upaya memperkenalkan siswa sekolah pada lingkungan sebenarnya yang sudah ada dalam program 5K, Keindahan, Kerapian, Kebersihan, Kepribadian dan Keamanan (Nugroho, 2007)
Sjarkowi (2005) menyatakan bahwa untuk membangun kadar pemahaman yang seimbang tentang peran aktif manusia pembangunan ditengah lingkungan hidup, dapat berkembang secara optimal, khususnya terkait dengan cara sajian pelajaran dan suasana pembelajaran. Disinilah pentingnya pendidikan lingkungan dapat diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan.

B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang dapat disusun dalam karya tulis ini adalah:
1.      Bagaimana solusi alternatif untuk memunculkan kepedulian kepada siswa sekolah akan makna pentingnya lingkungan hidup?
2.      Bagaimana penerapan pendidikan lingkungan hidup?
3.      Keuntungan apa yang dapat dirasakan ketika pendidikan lingkungan hidup ini diterapkan ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :
1.      Mengetahui bagaimana solusi alternatif untuk memunculkan kepedulian kepada siswa sekolah akan makna pentingnya lingkungan hidup
2.      Mengetahui bagaimana penerapan pendidikan lingkungan hidup
3.      Mengetahui keuntungan yang dapat dirasakan ketika pendidikan lingkungan hidup ini diterapkan.

D. Manfaat Penulisan
Dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah dan pihak sekolah akan pentingnya pendidikan lingkungan hidup bagi anak-anak. Dengan pendidikan lingkungan hidup , selain dapat memberikan kesadaran kepada anak-anak akan pentingnya menjaga lingkungan juga dapat mengetahui sejauh mana kepeduliaan mereka dalam menjaga lingkungan.




BAB II
PEMBAHASAN


A. Pendidikan Lingkungan Hidup
Salah satu puncak perkembangan pendidikan lingkungan adalah dirumuskannya tujuan pendidikan lingkungan hidup menurut UNCED adalah sebagai berikut: Pendidikan lingkungan Hidup (environmental education – EE) adalah suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama , baik secara individu maupun secara kolektif , untuk dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru [UN – Tbilisi, Georgia – USSR (1977) dalam Unesco, (1978).
Pendidikan lingkungan hidup memasukkan aspek afektif yaitu tingkah laku, nilai dan komitmen yang diperlukan untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan (sustainable). Pencapaian tujuan afektif ini biasanya sukar dilakukan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru perlu memasukkan metode-metode yang memungkinkan berlangsungnya klarifikasi dan internalisasi nilai-nilai.
Dalam Pendidikan lingkungan hidup perlu dimunculkan atau dijelaskan bahwa dalam kehidupan nyata memang selalu terdapat perbedaan nilai-nilai yang dianut oleh individu. Perbedaan nilai tersebut dapat mempersulit untuk derive the fact, serta dapat menimbulkan kontroversi/pertentangan pendapat. Oleh karena itu, Pendidikan lingkungan hidup perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun ketrampilan yang dapat meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah. Beberapa ketrampilan yang diperlukan untuk memecahkan masalah adalah sebagai berikut ini :
1.      Berkomunikasi: mendengarkan, berbicara di depan umum, menulis secara persuasive, desain grafis;
2.      Investigasi (investigation): merancang survey, studi pustaka, melakukan wawancara, menganalisa data;
3.      Ketrampilan bekerja dalam kelompok (group process): kepemimpinan, pengambilan keputusan dan kerjasama.
Dalam melakukan Pendidikan lingkungan hidup haruslah:
1.      Mempertimbangkan lingkungan sebagai suatu totalitas — alami dan buatan, bersifat teknologi dan sosial (ekonomi, politik, kultural, historis, moral, estetika);
2.      Merupakan suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan sepanjang hidup, dimulai pada jaman pra sekolah, dan berlanjut ke tahap pendidikan formal maupun non formal;
3.      Mempunyai pendekatan yang sifatnya interdisipliner, dengan menarik/mengambil isi atau ciri spesifik dari masing-masing disiplin ilmu sehingga memungkinkan suatu pendekatan yang holistik dan perspektif yang seimbang.
4.      Meneliti (examine) issue lingkungan yang utama dari sudut pandang lokal, nasional, regional dan internasional, sehingga siswa dapat menerima insight mengenai kondisi lingkungan di wilayah geografis yang lain;
5.      Memberi tekanan pada situasi lingkungan saat ini dan situasi lingkungan yang potensial, dengan memasukkan pertimbangan perspektif historisnya;
6.      Mempromosikan nilai dan pentingnya kerjasama lokal, nasional dan internasional untuk mencegah dan memecahkan masalah-masalah lingkungan;
7.      Secara eksplisit mempertimbangkan/memperhitungkan aspek lingkungan dalam rencana pembangunan dan pertumbuhan;
8.      Memampukan peserta didik untuk mempunyai peran dalam merencanakan pengalaman belajar mereka, dan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan dan menerima konsekuensi dari keputusan tersebut;
9.      Menghubungkan (relate) kepekaan kepada lingkungan, pengetahuan, ketrampilan untuk memecahkan masalah dan klarifikasi nilai pada setiap tahap umur, tetapi bagi umur muda (tahun-tahun pertama) diberikan tekanan yang khusus terhadap kepekaan lingkungan terhadap lingkungan tempat mereka hidup;
10.  Membantu peserta didik untuk menemukan (discover), gejala-gejala dan penyebab dari masalah lingkungan;
11.  Memberi tekanan mengenai kompleksitas masalah lingkungan, sehingga diperlukan kemampuan untuk berfikir secara kritis dengan ketrampilan untuk memecahkan masalah.
12.  Memanfaatkan beraneka ragam situasi pembelajaran (learning environment) dan berbagai pendekatan dalam pembelajaran mengenai dan dari lingkungan dengan tekanan yang kuat pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya praktis dan memberikan pengalaman secara langsung (first – hand experience).
Karena langsung mengkaji masalah yang nyata, Pendidikan Lingkungan Hidup dapat mempermudah pencapaian ketrampilan tingkat tinggi (higher order skill) seperti :
1.berfikir kritis
2.berfikir kreatif
3.berfikir secara integratif
4. memecahkan masalah.

Persoalan lingkungan hidup merupakan persoalan yang bersifat sistemik, kompleks, serta memiliki cakupan yang luas. Oleh sebab itu, materi atau isu yang diangkat dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan lingkungan hidup juga sangat beragam. Sesuai dengan kesepakatan nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan yang ditetapkan dalam Indonesian Summit on Sustainable Development (ISSD) di Yogyakarta pada tanggal 21 Januari 2004, telah ditetapkan 3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Ketiga pilar tersebut merupakan satu kesatuan yang bersifat saling ketergantungan Menurut dan saling memperkuat. Adapun inti dari masing-masing pilar adalah :
1.      Pilar Ekonomi: menekankan pada perubahan sistem ekonomi agar semakin ramah terhadap lingkungan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Pola konsumsi dan produksi, Teknologi bersih, Pendanaan/pembiayaan, Kemitraan usaha, Pertanian, Kehutanan, Perikanan, Pertambangan, Industri, dan Perdagangan
2.      Pilar Sosial: menekankan pada upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Kemiskinan, Kesehatan, Pendidikan, Kearifan/budaya lokal, Masyarakat pedesaan, Masyarakat perkotaan, Masyarakat terasing/terpencil, Kepemerintahan/kelembagaan yang baik, dan Hukum dan pengawasan
3.      Pilar Lingkungan: menekankan pada pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Pengelolaan sumberdaya air, Pengelolaan sumberdaya lahan, Pengelolaan sumberdaya udara, Pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir, Energi dan sumberdaya mineral, Konservasi satwa/tumbuhan langka, Keanekaragaman hayati, dan Penataan ruang
Memahami tentang pendidikan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari keadaan lingkungan, mengingat dari sejak dilahirkannya manusia sampai tumbuh dan berkembang menjadi dewasa telah banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitarnya. Sehingga di akui atau tidak pondasi bangunan pemikiran sikap, tindakan manusia dan lain sebagainya telah dikontruk sedemikian rupa oleh hal-hal yang terjadi di lingkungan.
Menurut Idris shaleh (2007) pendidikan harus diselaraskan dengan nilai-nilai yang terjadi di lingkungan, agar disatu sisi pendidikan mampu menjawab dan memberikan sebuah solusi terhadap berbagai persoalan yang terjadi dalam lingkungan. Dimana lingkungan merupakan tempat berpijak bahkan merupakan tempat kita untuk mengasah diri, baik secara sikap, intelektual maupun tindakan. Pendidikan juga mempunyai peranan penting untuk menciptakan sistem  yang bisa mengantarkan peserta didik pada sebuah kesadaran akan makna pentingnya sebuah lingkungan.
B. Lingkungan Sebagai Subyek Pendidikan
Menurut Notohadiprawiro (2006), Pendidikan lingkungan memberikan latihan kepada anak didik berpikir secara serbacakup (comprehensive) mengenai segala gatra kehidupan manusia. Subyek ini juga melatih berpikir secara bersistem, yang menggunakan waktu lengkap, yaitu kemarin-kini-esok dan matra ruang. Matra waktu penting karena lingkungan bersifat dinamis, baik menurut bawaannya maupun terutama menurut saling nasabahnya (interrelationship) dengan kegiatan manusia. Kejadian yang berlangsung pada masa lampau menghasilkan akibat pada masa sekarang, dan akibat ini berpengaruh atas kejadian yang dapat berlangsung pada masa sekarang, yang akan meghasilkan akibat pada masa mendatang. Marta ruang penting karena lingkungan merupakan fakta geografi. Akibat suatu tindakan tertentu yang terjadi dsuatu tapak belum tentu terjadi pula atau tidak dengan sendirinya harus terjadi pula ditapak lain karena tindakan yang sama. Berpikir secara bersistem yang menilai nasabah antar komponen lingkungan dan antara lingkungan dan manusia dalam skala waktu dan ruang, mengembangkan penalaran analitik dan tuntas.
Waktu dan ruang adalah kaidah segala kehidupan. Proses dan evolusi berhakikat waktu, sedang adaptasi berhakikat ruang (tempat). Kemajuan proses, evolusi dan adaptasi menjadi jaminan kelangsungan kehidupan di bumi kita ini. Sebaliknya, kemunduran proses dan kekahatan evolusi serta adaptasi menjadi sebab pokok degradasi kehidupan.
Mengingat hakekat lingkungan itu maka (Emmelin, 1997) berpendapat bahwa lingkungan sepantasnya mengganti Seni dan Humaniora selaku subyek pendidikan bagi para calon administrator. Ilmu lingkungan sesuai untuk peran ini mengingat bahan yang diajarkan, cakupannya yang luas, dan tuntutannya akan keterhitungannya segala hal (demand on numeracy). Menelaah sistem lingkungan yang sangat rumit akan dapat mengembangkan kelenturan berpikir yang perlu dimiliki oleh setiap administrator. Secara tradisional Seni dan Humaniora menjadi subyek utama pendidikan para bangsawan, khususnya putra mahkota dalam mempersiapkan menduduki tahta kerajaan. Jalur ini masih ditempuh sampai sekarang, baik di dunia timur maupun di dunia barat. Bahkan pendidikan universitas dan berbagai sekolah penatakan jabatan di Indonesia masih cenderung mengikuti jalur ini. Misalnya pemasukan kelompok mata ajaran sosial budaya dasar dalam kurikulum umum S1 jelas menunjukkan penganutan pada konsep itu. Masalah sosial dan budaya dengan sendirinya sudah tercakup dalam ilmu lingkungan, bahkan tidak hanya sekedar dicakup, akan tetapi dipadukan dengan masalah fisik, hayati, dan teknologi. Dengan demikian anak didik tidak lagi diberi bekal pengertian yang terkotak-kotak, melainkan memperoleh pengetahuan yang bulat mengenai perilaku masyarakat dengan teknologi dan rekayasanya dalam upaya membangun perikehidupan yang lebih menyenangkan.

C. Kerangka Pendidikan Lingkungan
Membicarakan lingkungan berarti membicarakan dampak dan resiko penggunaan sumberdaya alam. Menurut Ananichev (1976), persoalan lingkungan mempunyai tiga gatra pokok, yaitu pencemaran, usikan terhadap neraca ekologi dan pengurasan sumberdaya alam.
Pendidikan lingkungan merupakan suatu proses terpadu yang berkenaan dengan saling nasabah manusia dengan keadaan alam buatan sekelilingnya, termasuk nasabah pertumbuhan penduduk, pencemaran, peruntukan dan pengurasan sumberdaya, pengawetan, teknologi dan perencanaan perkotaan serta pedesaan dengan lingkungan manusia secara keseluruhan. Pendidikan ini merupakan suatu kajian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh atas ekosistem, kesehatan jiwa dan badan, keadaan untuk hidup dan bekerja, kota-kota yang meruntuh  dan tekanan penduduk (Emmelin,1977).
Dengan pengelolaan sumber daya alam sebagai tema inti, ada dua hampiran yang dapat ditempuh dalam pendidikan lingkungan. Kedua hampiran itu secara asasi berbeda, yaitu yang satu mengaji pengelolaan sumberdaya alam dari gatra sumberdayanya, sedang yang lain mengaji pengelolaan sumberdaya tersebut (Emmelin, 1977).
Pengusik neraca ekologi yang tertua adalah pertanian. Sejak jaman batu, pada waktu manusia mulai mampu membuat alat yang dapat meringankan dan memudahkan pekerjan badan, dia mulai pula mengenal cara mengolah lahan dan  memelihara hewan. Dengan kepandaiannya bercocok tanam dan beternak, manusia menghampiri alam dengan jalan yang secara asasi baru sama sekali. Manusia tidak lagi berusaha menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya, akan tetapi mulai mencoba mengubah alam agar cocok dengan tuntutannya sendiri.
Menurut notohadiprawiro (2006), persoalan lingkungan terutama ditimbulkan oleh permuiman manusia dan industri. Secara potensial kedua macam kegiatan itu merupakan sumber dampak berat atas lingkungan karena:
1. Manipulasi lingkungan sehingga menjauhi keadaan semula  tanpa memberikan kompesasi yang sepadan, 2. Banyak menggunakan dan menghasilkan zat atau bahan yang asing bagi lingkungan pada umumnya. 3. Limbah yang dihasilkan banyak yang tidak terdaur ulangkan dan 4. Intensitas kegiatan persatuan tempat dan atau waktu tinggi. Faktor-faktor dampak ini saling berkaitan erat. Memakai dan membajak atau bahan yang asing lingkungan menghasilkan yang asing pula. Mengingat ini semua, maka persoalan ini merupakan salah satu  dampak atas lingkungan.

D. Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup
Pendidikan lingkungan hidup (PLH) dapat diterapkan ke dalam pendidikan formal dengan menyisipkan materi pendidikan lingkungan hidup (PLH) ke dalam materi-materi pelajaran yang telah ada mulai dari konsep pemeliharaan lingkungan hingga cara-cara yang dapat dilakukan. Proses belajar mengajar tidak lagi menggunakan metode ceramah, tetapi lebih apresiatif dan aplikatif serta peduli dengan persoalan-persoalan lingkungan hidup. Dalam hal ini, perlu kerjasama dan kesepakatan antara Departemen Pendidikan Nasional dengan kantor Mentri Negara Lingkungan hidup. Kesepakatan bersama didasari kesadaran pentingnya menumbuhkan kesadaran lingkungan dan konsep pembangunan berkelanjutan sejak usia sekolah.
Beberapa langkah yang perlu ditempuh Depdiknas agar program ini dapat berjalan, di antaranya menetapkan kebijakan, pedoman dan program PLH, mengembangkan materi pendidikan dan pelatihan, meningkatkan kompetensi murid dan guru, serta menyusun materi ajar dan metode pembelajarannya.
Sementara dari pihak Kantor Menneg-LH di antaranya akan menetapkan dan mengembangkan materi PLH, kerja sama dalam pelaksanaannya, menyiapkan substansi bahan ajar, serta melatih para guru dan tenaga kependidikan mengenai lingkungan.

E. Keuntungan Pendidikan Lingkungan Hidup
Dengan adanya pendidikan lingkungan hidup, adapun keuntungannya adalah:
1. Dapat memberikan informasi-informasi kepada siswa-siswa tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup

2. Dapat memberikan kesadaran kepada siswa-siswa akan pentingnya lingkungan hidup.
3.  Dapat mengetahui seberapa besar rasa  sensitifitas siswa-siswa terhadap kondisi lingkungan sekitarnya
4. Memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, sikap/perilaku, motivasi dan komitmen, yang diperlukan untuk bekerja secara individu






BAB  III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan salah satu solusi terhadap berbagai persoalan yang terjadi dalam lingkungan. Pendidikan lingkungan hidup (PLH) dapat diterapkan ke dalam pendidikan formal dengan menyisipkan materi pendidikan lingkungan hidup (PLH) ke dalam materi-materi pelajaran yang telah ada mulai dari konsep pemeliharaan lingkungan hingga cara-cara yang dapat dilakukan.
Keuntungan lingkungan hidup antara lain : Dapat memberikan informasi dan kesadaran kepada siswa akan pentingnya lingkungan hidup, dapat mengetahui seberapa besar rasa sensitifitas siswa terhadap lingkungan dan memberikan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, sikap/perilaku, motivasi dan komitmen, yang diperlukan untuk bekerja secara individu.

B. Saran
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan masukan kepada pihak sekolah untuk dapat menjadikan lingkungan hidup sebagai salah satu mata pelajaran. Pihak sekolah juga bisa menerapkan Pendidikan Lingkungan Hidup ini kepada sisiwa-siswa mereka. Sehingga siswa-siswa mengetahui akan pentingnya menjaga lingkungan baik di sekolah maupun lingkungan rumah mereka.











DAFTAR PUSTAKA


Hegemer, C. J. 2005. Yayasan Hanns Seidel di Indonesia http://www.hsfindo.org. _Diakses tanggal tanggal 20 Juni 2017

Iriani, S. 2006. Arti Penting Pendidikan Lingkungan. http://www.ychi.org. _ Diakses tanggal tanggal 20 Juni 2017

Nugroho, I. D. 2007. Pendidikan Dasar Lingkungan. http://idnugroho.blogspot.com. _Diakses tanggal tanggal 20 Juni 2017


Sugiarto, A.T dkk. 2004. Peranan Pemerintah, Pengusaha Dan Masyarakat Dalam Mengatasi Permasalah Lingkungan Hidup. http://www.istecs.org. _Diakses tanggal tanggal 20 Juni 2017

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive