Thursday, November 30, 2017

PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK USIA DINI




A. Latar Belakang
Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan, dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Pendidikan anak usia dini pada dasarnya harus meliputi aspek keilmuan yang menunjang kehidupan anak dan terkait dengan perkembangan anak.
Usia dini/prasekolah merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar, sehingga disebut usia emas (Golden Age). Oleh karena itu, kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk proses belajar anak. Rasa ingin tahu pada usia ini berada pada posisi puncak. Tidak ada usia sesudahnya yang menyimpan rasa ingin tahu anak.
Pendidikan dasar anak usia dini pada dasarnya harus berdasarkan pada nilai-nilai filosofis dan religi yang dipegang oleh lingkungan yang berada di sekitar anak dan agama yang dianutnya. Di dalam Islam  dikatakan  bahwa “seorang anak terlahir dalam keadaan fitrah/Islam/lurus”, orang tua mereka yang membuat anaknya menjadi yahudi, nasrani atau majusi,” maka bagaimana kita bisa menjaga serta meningkatkan potensi kebaikan tersebut, hal itu tentu harus dilakukan dari sejak usia dini.
Anak merupakan individu yang unik dimana masing-masing memiliki bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu sama lain. Di samping memiliki kesamaan, anak juga memiliki keunikan tersendiri seperti dalam gaya belajar, minat, dan latar belakang keluarga. Meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi, namun pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain.
Anak di bawah usia 5 tahun bisa dengan mudah menyerap informasi dalam jumlah yang luar biasa banyaknya. Pada anak yang berusia kurang dari 4 tahun akan lebih mudah dan lebih efektif. Di bawah 3 tahun bahkan jauh lebih mudah lagi dan jauh lebih efektif. Dan di bawah 2 tahun merupakan usia yang paling mudah menyerap dan paling efektif untuk menyerap informasi. Anak di bawah usia 5 tahun mempunyai energi yang sangat besar. Anak di bawah usia 5 tahun mempunyai keinginan belajar yang sangat besar.

B. PEMBAHASAN
1. Peran Seorang Pendidik Pada Anak Usia Dini
            Situasi pergaulan antara orang dewasa dan anak agar dapat dikategorikan mendidik, maka cara menyampaikan suatu arahan atau bimbingan amat menen-tukan. Karena setiap arahan atau bimbingan orang dewasa kepada anak dengan maksud mendidik tetapi dengan cara-cara “menggurui”, memarahi, memotong aktivitas anak dengan asal-asalan; maka tindakan itu tidak dapat dikatakan mendidik. Setiap tindakan pendidikan harus didasari empati. Empati merupakan keterampilan dasar seseorang mengendalikan emosional dan inteligensinya.
            Begitu pula tindakan kita dalam mendidik, hendaknya mengandung makna sebagai konsep aksi, yang di dalamnya mengandung tiga unsur; (1) niat, (2) sasaran, dan (3) tindakan. Seorang pendidik selalu permanen berupaya agar pengembangan kapasitasnya menjadi lebih baik. Di sinilah sebenarnya terdapat unsur tindakan untuk mencegah perilaku dan kebiasaan yang negatif (baik secara fisik, psikis, atau mental), untuk memperbaiki sistem dan struktur kehidupan. Ia senantiasa berusaha untuk memperbaiki, meningkatkan, dan menghayatinya kehidupan anak maupun rakyat kecil. Tujuan dalam kehidupan pada hakikatnya adalah untuk meraih kesejahteraan dan mendapatkan keadilan.
            Maslow berpandangan, bahwa pengembangan kapasitas manusia perlu diarahkan pada aktualisasi diri. Dengan kata lain, dalam mendidik, anak perlu diberi kesempatan untuk melibatkan diri dalam kondisi proses dan mengetahui hasil yang dicapai. Di dalam aktualisasi diri, anak perlu memiliki pengertian yang jelas, mana yang benar, dan mana yang salah, tanpa perlu ada prasangka. Anak memahami suatu pengertian tidak secara apriori, melainkan secara apostepriori, anak turut ambil bagian dalam bermain, tetapi tidak hanyut dalam permainan yang berefek negatif. Di samping itu, pendidikan perlu memberi kesempatan kepada anak untuk membuat keputusan sendiri dan menjamin rasa aman serta terlindungi. Dengan pemberian kesempatan kepada anak ini diharapkan akan menjadikan pemberdayaan anak sehingga kelak menjadi tenaga yang menciptakan kesejahteraan dan keadilan nasional.

2. Ciri Universal Pendidik
            Ada beberapa ciri utama seorang pendidik, yaitu: (1) kemampuan melihat hidup secara jernih; (2) membantu Pihak lain tanpa mengesankan pamrih menjadi orang yang terbaik dalam permasalahan mereka; (3) konsekuensinya, mereka mampu bertindak dengan ketidaksengajaan yang disengaja, bertindak yang menyentuh kesadaran yang tidak disadari; dan (4) pengembangan sepanjang hayat dan belajar selama hidup. Dari sinilah seseorang telah mengambil ancang-ancang untuk beremansipasi, berjuang mensejajarkan diri dengan Pihak lain atau Pihak asing yang telah mencapai kesejahteraan dan keadilan.
            Perlu dimantapkan kembali, bahwa ilmu pendidikan merupakan realitas hubungan antara manusia. Ilmu pendidikan mempelajari gejala atau fenomenologis manusia perorangan dalam kelompok. Manusia akan bertindak yang berbeda dalam relasi dengan orang lain. Oleh karenanya, praktis pendidikan merupakan siklus atau menyatunya antara teori dan praktek, sesuai dengan konsep dialektika menurut teori dialektikanya Eagle. Ilmu pendidikan sebagai ilmu kemanusiaan mempelajari rasio dan kata hati.
Batang tubuh pengetahuan dari disiplin ilmu pendidikan itu adalah multi referensial, terutama filsafat, psikologi, antropologi, dan sosiologi. Dari referensi ini kemudian ilmu pendidikan bercabang, berdahan, dan beranting yang dapat sangat rimbun atau banyak. Misalnya, sentuhan antara ilmu pendidikan dan psikologi, maka muncullah psikologi pendidikan; antara matematika dan ilmu pendidikan, maka lahirlah pendidikan matematika. Perkembangan selanjutnya yang boleh dikata sudah jauh dari pangkalnya, dan ini barangkali akan terus berkembang di masa depan, telah lahir pula Pendidikan Anak Usia Dini.

           
C. KESIMPULAN
            Sebagai seorang pendidik sepatutnyalah menyimak beberapa nilai-nilai etik kemanusiaan ini: pertama, seorang pendidik perlu menunjukkan wujud ketulusan untuk membantu anak memberikan identitas diri; kedua, menunjukkan anak untuk berpikir yang dapat memecahkan masalah, interelasi antara tindakan, sasaran, dan kemauan, karena berusaha memberdayakan anak berpartisipasi dalam proses dan mengecap hasil dari proses tersebut; ketiga, seorang pendidik harus berpegang pada nilai-nilai moral yang lurus, jangan memanfaatkan sikap hidup yang bersifat “mumpung”; empat, hendaklah bersikap subjektivitas bermakna yang dibagi (sharing) dengan subjektivitas orang lain yang merupakan konsep intersubjektivitas.
Oleh karenanya diupayakan agar membangun hubungan dialogis dengan anak, mengidentifikasi hal-hal yang baik maupun yang buruk melalui ajakan dan tindakan yang etis agar bermakna dalam kelangsungan perkembangan anak; delapan, seorang pendidik haruslah mampu menghormati martabat dan harkat anak didik yang dibina dan dididik. Pendidik setidaknya mampu bertindak yang menyentuh subjeknya; dan sembilan, seorang pendidik harus memiliki keberanian moral yang tidak pandang bulu.
Pendidik haruslah memiliki intensitas yang mendalam, niat mewujudkan peningkatan kemampuan dan perkembangan anak (manusia) secara rasional. Hendaklah pula seorang pendidik melakukan berbagai inovasi dengan rasa empati terhadap kehidupan anak; lima, menunjukkan perilaku kepemimpinan yang memahami kebutuhan esensial anak; enam, pemberdayaan dan kemandirian untuk menuju kesejahteraan yang adil bagi anak. Oleh karenanya, anak diupayakan agar mampu mengaktualisasikan dirinya; tujuh, pendidik juga berorientasi pada anak yang marginal atau yang dimarginalkan, manusia bukan hanya sebagai makhluk sosial, melainkan juga sebagai individu yang menghayati eksistensinya secara entensif dan bertindak sesuai hati nurani dalam suatu hubungan totalitas cultural.



DAFTAR PUSTAKA


Aulia. (2011). Mengajarkan Balita Anda Membaca.  Jogjakarta: Intan Media.

Isjoni. (2011). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta.

Patmonodewo, S. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Siti Aisyah dkk. (2007). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sujiono, Y.N. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Visimedia.

UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Visimedia.




No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive