Friday, November 17, 2017

Kepemimpinan dalam Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan bagian penting dari manajemen yaitu merencanakan dan mengorganisasi, tetapi peran utama kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan bukti bahwa pemimpin boleh jadi manajer yang lemah apabila perencanaannya jelek yang menyebabkan kelompok berjalan ke arah yang salah. Akibatnya walaupun dapat menggerakkan tim kerja, namun mereka tidak berjalan kearah pencapaian tujuan organisasi. Guna menyikapi tantangan globalisasi yang ditandai dengan adanya kompetisi global yang sangat ketat dan tajam.
Sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Untuk membantu para kepala sekolah di dalam mengorganisasikan sekolah secara tepat, diperlukan adanya satu esensi pemikiran yang teoretis, seperti kepala sekolah harus bisa memahami teori organisasi formal yang bermanfaat untuk menggambarkan kerja sama antara struktur dan hasil sekolah. Oleh sebab itu dikatakan bahwa” keberhasilan sekolah adalah sekolah yang memiliki pemimpin yang berhasil.
Keberhasilan pendidikan di sekolah juga sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa 2004:25). Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga.


 
B.    Tujuan Penulisan Makalah
            Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.            Untuk mengetahui tentang kepemimpinan pendidikan.
2.            Untuk mengetahui fungsi dari pemimpin pendidikan.
3.            Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Pemimpin.
4.            Untuk mengetahui tipe-tipe kepemimpina pendidikan
5.            Untuk mengetahui syarat-syarat dari kepemimpinan pendidikan
6.            Untuk mengetahui keterampilan yang harus dimiliki oleh pemimpin pendidikan.
7.            Untuk mengetahui pendekatan kepemimpinan pendidikan.
8.            Untuk mengetahui siapakak yang disebut sebagai pemimpin pendidikan.
9.            Untuk mengetahui model-model kepemimpinan dalam pendidikan
10.        Untuk mengetahui organisasi sekolah
11.        Untuk mengetahui struktur organisasi sekolah.

C.     Pembatasan Masalah
            Untuk kajian pembahasan yang tidak meluas maka diperlukan pembatasan masalah dalam makalah ini. Adapun batasan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.            Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan pendidikan ?
2.            Apa saja fungsi pemimpin pendidikan ?
3.            Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Pemimpin ?
4.            Apa saja tipe-tipe kepemimpinan pendidikan ?
5.            Apa saja kah syarat-syarat dari kepemimpinan pendidikan ?
6.            Apa saja kah keterampilan yang harus dimiliki oleh pemimpin pendidikan ?
7.            Apa saja pendekatan kepemimpinan pendidikan ?
8.            Siapakan yang disebut pemimpin pendidikan ?
9.            Apa saja Model-model kepemimpinan dalam pendidikan ?
10.        Apa yang dimaksud dengan organisasi sekolah ?
11.        Bagaimana struktur organisasi sekolah ?



BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Definisi Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan (Leadership) merupakan salah satu yang sangat vital bagi terlaksananya fungsi-fungsi manajemen. Pengertian umum pendidikan adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Menurut Ralp M. Stogdill, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang diorganisis menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan. Sondang P. Siagian, kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak dari pada semua sumber-sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi. Mardjin syam (1966) mengartikan kepemimpinan sebagai keseluruhan tindakan guna mempengaruhi serta mengingatkan orang, dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan, atau dengan definisi yang lebih lengkap dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah proses pemberian jalan yang mudah dari pada pekerjaan orang lain yang terorganisir dalam organisasi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan “Pendidikan” mengandung arti dalam lapangan apa dan dimana kepemimpinan itu berlangsung, dan sekaligus menjelaskan pula sifat atau ciri-ciri yang harus dimiliki oleh kepemimpinan itu.
Dengan demikian Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

B.     Fungsi Pemimpin Pendidikan
Fungsi utama pemimpin pendidikan, antara lain :
1)     Pemimpin membantu tercapainya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan penuh rasa kebebasan.
2)      Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan.
3)      Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan efektif.
4)      Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan bersama dengan kelompok. Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman. Pemimpin mempunyai tanggung jawab untuk melatih kelompok menyadari proses dan isi pekerjaan yang dilakukan dan berani menilai hasilnya secara jujur dan objektif.
5)      Pemimpin bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi organisasi.
Sedangkan dari definisi berikutnya memberikan indikasi bahwa :
1)      Seorang pemimpin berfungsi sebagai orang yang mampu menciptakan perubahan secara efektif di dalam penampolan kelompok.
2)      Seorang pemimpin berfungsi menggerakan orang lain, sehingga secara sadar orang lain tersebut mau melakukan apa  yang dikehendaki oleh pemimpin.

C.    Faktor-Faktor yang mempengaruhi pemimpin
Ngalim Purwanto (2004) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi pemimpin, sebagai berikut :
1.      Keahlian dan Pengetahuan
Keahlian dan pengetahuan yang dimaksud di sini adalah latar belakang pendidikan atau ijazah yang dimilikinya, sesuai tidakna latar belakang pendidikan itu dengan tugas-tugas kepemimpinan yang menjadi tanggung jawabannya, pengalaman kerja sebagai pemimpin, apakah pengalaman yang telah dilakukannya mendorong dia untuk memperbaiki dan mengembangkan kecakapan dan keterampilanya dalam memimpin.
2.      Jenis pekerjaan atau lembaga tempat pemimpin itu melaksanakan tugas jabatannya.
Tiap organisasi atau lembaga yang tidak sejenis memiliki tujuan yang berbeda, dan menuntun cara-cara pencapaian tujuan yang tidak samma. Oleh karena itu, tiap jenis lembaga memerlukan perilaku dan sikap kepemimpinan yang berbeda pula.
3.    Sikap-sikap Kepribadian Pemimpin
Kita mengetahui bahwa secara psikologi manusia itu berbeda-beda sifat, watak, dn kepribadiannya. Ada yang selalu bersikap keras dan tegas, tetapi ada pula yang lemah dan kurang berani. Dengan adanya perbedaan-perbedaan watak dan kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing pemimpin, meskipun beberapa orang pemimpin memiliki latar pendidikan yang sama dan diserahi tugas pemimpin dalam lembaga yang sejenis, karena perbedaan kepribadiannya akan menimbulkan perilaku dan sikap yang berbeda pula dalam menjalankan kepemimpinannya.
4.      Sikap-Sikap kepribadian Pengikut
Tentang sifat-sifat pengikut, yaitu mengapa dan bagaimana anggota kelompok menerima dan mau menjalankan perintah atau tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpin.

D.    Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan
Berdasarkan konsep, sifat, sikap, dan cara-cara pemimpin tersebut melakukan dan mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkunagn kerja yang dipimpinnya, maka kepemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan kedalam 4 tipe, yaitu :
1.      Tipe otoriter
Tipe kepemimpinan otoriter disebut juga tipe kepemimpinan “outhoritarian”. Dalam kepemimpinan yang otoriter, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis, atau sifat-sifat pada anggota-anggota kelompok terhadap pemimpinnya.
2.      Tipe “Laissez-faire”
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemeimpin sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi pekerjaan bawahannya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin. Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin. Struktur organisasinya tidak jelas dan kabur, segala dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pemimpin.
3.      Tipe Demokratis
            Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinanya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin ditengah-tengah anggota kelompoknya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya ia selalu perpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.
4.      Tipe Pseudo-demokratis
Tipe ini disebut juga demokratis semu atau manipulasi diplomatik. Pemimpin yang bertipe peseudo demokratis hanya tampaknya saj bersifat demokratis padahal sebenarnya dia bersikap ookratis. Misalnya jika ia mempunyai ide-ide, pikiran, konsep-konsep yang ingin diterapkan di lembaga yang dipimpinnya, maka hal tersebut didiskusikan dan dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan didesak agar menerima ide/pikiran/konsep tersebut sebagai keputusan bersama.

E.     Syarat - Syarat Pemimpin Pendidikan
Dalam memangku jabatan pemimpin pendidikan yang dapat melaksanakan tugas-tugasnya dan memainkan perannya sebagai pemimpin yang baik dan sukses, maka dituntut beberapa persyaratan jasmani, rohani, dan moralitas yang baik, bahkan persyaratan sosial ekonomis yang layak akan tetapi pada bagian ini yang akan dikemukakan hanyalah persyaratan-persyaratan kepribadian dari seorang pemimpin yang baik. Persyaratan-persyaratan tersebut adalah :

·   Rendah hati dan sederhana
·   Bersifat suka menolong
·   Sabar dan memiliki kestabilan emosi
·   Percaya kepada diri sendiri
·   Jujur, adil dan dapat dipercaya
·   Keahlian dalam jabatan
      Adanya syarat-syarat kepemimpinan seperti diuraikan di atas menunjukkan bahwa kepemimpinan bukan hanya memerlukan kesanggupan dan kemampuan saja, tetapi lebih-lebih lagi kemampuan dan kesediaan pemimpin.

F.     Keterampilan yang harus dimiliki Pemimpin Pendidikan
1.      Keterampilan dalam memimpin
Pemimpin harus menguasai cara-cara kepemimpinan, memiliki keterampilan memimpin supaya dapat bertindak sebagai seorang pemimpin yang baik. Untuk hal itu antara lain ia harus menguasai bagaimana  caranya : menyusun rebcana bersama, mengajak anggota berpartisipasi, memberi bantuan kepada anggota kelompok, memupuk “morale” kelompok, bersama-sam membuat keputusan, menghindarkan “working on the group” dan “working for the group” dan mengembangkan “working with within the group”, membagi dan menyerahkan tanggung jawab, dan sebagainya. Untuk memperoleh keterampilan diatas perlu pengalaman, dan karena itu pemimpin harus benar-benar banyak bergaul, bekerja sama, dan berkomunikasi dengan orang yang dipimpinnya. Yang penting jangan hanya tahu, tetapi harus dapat melaksanakan.
2.      Keterampilan dalam hubungan insani
Hubungan insani adalah hubungan antar manusia. Ada dua macam hubungan yang biasa kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari : 1) hubungan fungsional atau hubugan formal, yaitu hubungan karena tugas resmi atau pekerjaan resmi; dan 2) hubungan pribadi atau hubungan informal atau hubungan personel, ialah hubungan yang tidak didasarkan atau tugas resmi atau pekerjaan, tetapilebih bersifat kekeluargaan.
            Yang menjadi inti dalam hubungan ini, apakah itu hubungan fungsional atau hubungan personal, adalah saling menghargai. Bawahan menghargai atasan dan sebaliknya atasanpun harus menghargai bawahan.
3.      Keterampilan dalam proses kelompok
            Maksud utama dari proses kelompok ialah bagaimana meningkatkan partisipasi anggota-anggota kelompok setinggi-tingginya sehingga potensi yang dimiliki para anggota kelompok itu dapat diefektifkan secara maksimal. Inti dari proses kelompok adalah hubungan insani dan tangung jawab bersama. Pemimpin harus jadi penengah, pendamai, moderator dan bukan menjadi hakim.
4.      Keterampilan dalam administrasi personil
Administrasi personil mencakup segala usaha menggunakan keahlian dan kesanggupan yang dimiliki oleh petugas-petugas secara efektif dan efisien. Kegiatan dalam administrasi personil ialah : seleksi, pengangkatan, penempatan, penugasan, orientasi, pengawasan, bimbingan dan pengembangan serta kesejahteraan. Menemukan yang palingpenting dari kegiatan diatas ialah kegiatan seleksi dalam memilih orang yan paling sesuai dengan tugas dan pekerjaannya yang berpedoman pada “the right man in the right place”.
5.      Keterampilan dalam menilai
Penilaian atau evaluasi ialah suatu usaha untuk mengetahui sampai dimana suatu kegiatan sudah dapat dilaksanakan atau sampai dimana suatu tujuan sudah dicapa. Yang dinilai biasanya ialah : hasil kerja, cara kerja dan orang yang mengerjakannya.
Adapun teknik dan prosedur evaluasi ialah : menentukan tujuan penilaian, menetapkan norma/ukuran yang akan dinilai,  mengumpulkan data-data yang dapat diolah menurut kriteria yang ditentukan, pengolahan data, dan menyimpulkan hasil penilaian. Melalui evaluasi, guru dapat dibantu dalam menilai pekerjaannya sendiri, mengetahui kekurangan dan kelebihannya. Selain guru, personila lainnya perlu dievaluasi seperti petugas (karyawan) tata usaha, petugas BK, dan sebagainya, untuk mengetahui kemajuan/ kekurangannya.
Kazt mengemukakan tiga keterampilan/skill yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin, ialah human telation skill, techinal skill, dan conceptual skill. Seberapa jauh ketiga keterampilan itu harus dipunyai pemimpin sesuai dengan kedudukannya.
·      Human relation skill
                 Kemampuan berhubungan dengan bawahan. Bekerja sama menciptakan iklim kerja yang menyenangkan dan kooperatif. Terjalin hubungan yang baik sehingga bawahan merasa aman dalam melaksanakan tugasnya.
·      Technical skill
Kemampuan menerapkan ilmunya kedalam pelaksanaan (operasional) Dalam rangka mendayagunakan/memanfaatkan sumber-sumber yang ada. Melaksanakan tugas yang bersifat operasional. Memikirkan pemecahan masalah-masalahyang praktis. Makin tinggi tingkat manager, secara relatif technicalskill makin kurang urgensinya.
·      Conceptual skill
 Di dalam melihat sesuatu secara keseluruhan yang kemudian dapat merumuskannya, seperti dalam mengambil keputusan, menentukan kebijakan dan lain-lain. Dalam hubungan perlu ditekankan bahwa seorang pemimpin yang baik, adalah pemimpin yang tidak melaksanakan sendiri tindakan-tindakan yang bersifat operasional. Lebih banyak merumuskan konsep-konsep. Keterampilan ini ada juga yang menyebut dengan managerial skill.

G.    Pendekatan  Kepemimpinan Pendidikan
a.    Pendekatan menurut pengaruh kewibawaan (power influence approach)
Menurut pendekatan ini, dikatakan bahwa keberhasilan pemimpin dipandang dari segi sumber dan terjadinya semua kewibawaan yang ada pada para pemimpin, dan dengan cara yang bagaimana para pemimpin menggunakan kewibawaan tersebut kepada bawahan. Pendekatan ini menekankan sifat timbal balik, proses saling mempengaruhi dan pentingnya pertukaran hubungan kerja sama antara para pemimpin dengan bawahan.
b.    Pendekatan sifat (the traits approach)
Pendekatan ini menekankan pada kualitas pemimpin. Keberhasilan pemimpin ditandai oleh daya kecakapan luar biasa yang dimiliki oleh para pemimpin seperti: tidak kenal lelah atau penuh energy, intuisi yang tajam, tinjau ke masa depan yang tidak sempit, dan kecakapan keyakinan yang sangat menarik.
c.       Pendekatan Perilaku (behaviorial approach)
Pendekatan perilaku memandang kepemimpinan dapat dipelajari dari dari pola tingkah laku dan bukan sifat-sifatnya. Studi ini melihat dan mengidentifikasi prilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya untuk mempengaruhi anggota-anggota kelompok atau pengikutnya. Perilaku pemimpin ini dapat berorientasi pada tugas keorganisasian ataupun pada hubungan dengan anggota kelompoknya. Pendekatan ini menitik beratkan pandangannya pada dua aspek perilaku kepemimpinan yaitu : fungsi-funsi kepemimpinan dan gaya-gaya kepemimpinan.
d.      Pendekatan kontingensi/ situasi
Pendekatan kontingensi menekankan pada cirri-ciri pribadi pemimpin dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau memprkirakan ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan dengan garis pedoman perilaku yang bermanfaat yang didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situasional.





BAB III
TEMUAN EMPIRIK DAN PEMBAHASAN

A.    Temuan Empirik
Guru, wali kelas, kepala sekolah, pengawasa, kepala kantor bidang pendidikan ada semua tingkatan, semua tenaga edukatif pada kantor dinas kepa direktorat dalam lingkungan direktorat jenderal pendidikan ketua jurusan, dekan, rector dan pembantu-pembantunya pada sekolah tinggi, akademi, institusi dan universita, ahli-ahli ilmu pendidikan dan masih banyak lagi, mereka merupakan pemimpin pendidakan. Pada pokoknya setiap orang yang mempunyai kelebihan dalam kemampuan dan pribadinya, dan dengan kelebihannya itu dapat mempengaruhi, mengajar, membimbing, mendorong, menggerakan, dan mengkordinasikan staf pendidikan lainnya ke arah peningkatan atau perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran, maka ia telah melaksanakan fungsi kepemimpinan pendidikan, dan ia tergolong sebagai pemimpin pendidikan.
Dengan demikian maka pemimpin pendidikan itu dapat berstatus pemimpin resmi . kepemimpinan resmi dimiliki oleh meraka yang menduduki posisi dalam struktur organisasi pendidikan, baik secara resmi oleh pihak atasan atau yang berwenang maupun karena dipilih secara resmi menjadi pemimpin oleh anggota staf  pelaksana pendidikan dimana ia bekerja. Misalnya kepala sekolah, kepala dinas pendidikan adalah termasuk kategori pemimpin resmi dan memiliki kepemimpinan resmi dilihat dari segi posisi dan sistem pengangkatannya. Kepemimpinan tidak resmi bisa dimiliki oleh mereka yang mempengaruhi, member tauladan, dan mendorong ke arah perbaikan.
Ø  Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah menghadapi tantangan yang berat, untuk itu ia harus memiliki persiapan yang memadai. Karena banyak tanggung jawab maka kepala sekolah memerlukan pembantu. Ia hendaknya belajar bagaimana mendelegasikan wewenag dan tanggung jawab sehingga ia dapat memusatkan perhatiannya pada usaha pembinaan program pengajaran.
11
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan, harus mampu mengelola sarana dan prasarana pendidkan, pelayanan khusus sekolah dan fasilitas-fasilitas pendidikan lainnya sedemikian rupa sehingga guru-guru dan murid-murid memperoleh kepuasan dalam melaksanakan tugasnya.

B.      Pembahasan
1. Model-model kepemimpinan dalam pendidikan
a.      Kepemimpinan Visioner
kepemimpinan Visioner adalah  kemampuan pemimpin dalam mencipta, merumuskan, mengkomunikasikan/mensosialisasikan/ mentransformasikan dan mengimplementasikan pemikiran - pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial antara anggota organisasi yang diyakini sebagai cita-cita organisasi dimasa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua personil.
Seseorang dapat dikatakan sebagai pemimpin yang Visioner dalam menghasilkan pendidikan yang produktif, bila selama melaksanakan tanggugjawabnya sebagai sebagai seorang pemimpin dapat mengelola proses pendidikannya yang tersedia (jika memungkinkan mengadakan sumber daya yang baru) telah berhasil menciptakan output yang sesuai dengan visi yang ditetapkan dan berdaya guna menjadi SDM yang handal sesuai dengan harapan atau keinginan stakeholder/pengguna jasa pendidikan, dimana hasilnya dapat  menciptakan lulusan yang memiliki benefit terhadap individu yang melakukannya berupa kemampuan / keahlian yang relevan dengan kehidupan dan dapat menolong diri dan keluarga dalam kehidupannya.
Agar menjadi pemimpin yang visioner, maka seseorang harus :
a.       Memahami konsep visi
Visi adalah idealisasi pemikiran tentang masa depan organisasi yang merupakan kekuatan kunci bagi perubahan organisasi yang menciptakan budaya dan perilaku organisasi yang maju dan antisipasi terhadap persaingan global sebagai tantangan zaman.
b.      Memahami karakteristik dan unsure visi.
Suatu visi memiliki karakteristik sebagai berikut :
-          Memperjelas arah dan tujuan, mudah dimengerti dan diartikulasikan
-          Mencerminkan cita-cita yang tinggi
-          Menumbuhkan inspirasi, semangat, kegairahan, dan komitmen
-          Menciptakan makna bagi anggota organisasi
-          Menyiratkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh organisasi
-          Kontekstual dalam arti memperhatikan secara seksama hubungan organisasi dengan lingkungan dan sejarah perkembangan  organisasi yang bersangkutan.
b.      Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional dibangun dari dua kata, yaitu kepemimpinan dan transformasioanal. Kepemimpinan sebagaimana yang telah dijelaskan diawal merupakan setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengkoordinasikan, mengarahkan dan mempengaruhi orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Istilah transformasi berasal dri kata transform, yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda, misalnya mentransformasikan visi menjadi realita, atau mengubah sesuatu yang potensial menjadi actual.
Burns (1978) orang yang disebut-sebut sebagai yang pertama kali menggagaskannya, mendefinisikan kepemimpinan transformasional sebagai “a process in which leaders and followers raise to higher leves of  morality and motivation”. Gaya kepemimpinan semacam ini akan mampu membawa kesadaran para pengikut dengan memunculkan ide-ide produktif, hubungan yang sinergikal, kebertanggungjawaban, kepedulian edukasional dan cita-cita bersama, pemimpin dengan kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang memiliki visi ke depan dan mampu mengidentifikasikan perubahan lingkungan serta mampu mentransformasi perubahan tersebut ke dalam organisasi, mempelopori perubahan dan memberikan motivasi dan inspirasi kepada individu untuk kreatif dan inovatif serta membangun kerja sama yang solid. Yuki (1996) menyimpulkan esensi kepemimpinan transformasional adalah memberdayakan para pengikutnya untuk bekerja secara efektif dengan membangun komitmen mereka terhadap nilai-nilai baru, mengembangkan keterampilan dan kepercayaan mereka, menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya inovasi dan kreativitas.
Pemimpin transformasioal sesungguhnya merupakan agen perubahan, karena memang erat kaitannya dengan transformasi yang terjadi dalam suatu organisasi. Fungsi utamanya adalah berperan sebagai katalis perubahan, bukanya sebagai control perubahan. Seorang pemimpin transformasional memiliki visi yang jelas, memiliki gambaran holistic tentang bagaimana organisasi dimasa depan ketika semua tujuan dan sasarnnya telah tercapai.
Karakteristik pemimpin trasformasional, menurut Aan Komariah dan Cepi Triatna (2006;78) adalah sebagai berikut :
1.           Pemimpin yang memiliki wawasan jauh ke depan dan berupaya memperbaiki dan mengembangkan organisasi bukan untuk saat ini tetapi di masa datang. Dan oleh karena itu pemimpin ini dapat dikatakan  pemimpin visioner.
2.           Pemimpin sebagai agen perubahan dan bertindak sebagai katalisator, yaitu yang memberi peran mengubah sistem ke arah yang lebih baik. Katalisator adalah sebutan lain untuk pemimpin transformasional karena ia  berperan meningkatkan segala sumber daya manusia yang ada. Berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja cepat semaksimal mungkin, selalu tampil sebagai pelopor dan  pembawa perubahan.
      Model kepemimpinan  trasformasional dalam bidang pendidikan memang perlu diterapkan seperti kepala sekolah, kepala  dinas, dirjen dll. Model kepemiminan ini memang perlu diterakan sebagai salah satu solusi krisis pemimin pendidikan terutama dalam bidang pendidikan. Adapun alas an-alasan mengapa perlu diterapkan model kepemimpinan transformasional didasarkan pendapat Epitropika (2001:1) mengemukakan enam hal mengapa kepemimpinan transformasional  penting bagi suatu organisasi, yaitu:
1.            Secara signifikan meningkatkan kinerja organisasi
2.            Secara positif dihubungkan dengan orientasi pemasaran jangka panjang dan kepuasan pelanggan
3.            Membangkitkan komitmen yang lebih tinggi kepada  para anggotanya terhadap organisasi
4.            Meningkatkan kepercayaan pekerja dalam manajemen dan perilaku keseharian organisasi
5.            Meningkatkan kepuasan pekerja melalui pekerjaan dan pemimpin
6.            Mengurangi stress para kinerja dan meningkatkan kesejahteraan.

Implementasi model kepemimpinan transformasional dalam organisasi pendidikan  perlu memperhatikan hal- hal sebagai berikut :
1.              Mengacu pada nilai-nilai agama  yang ada dalam organisasi  atau bahkan suatu negara
2.              Disesuaikan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sistem organisasi tersebut
3.              Karena sistem pendidikan  merupakan suatu sub sistem maka harus memperlihatkan  sistem yang lebih besar yang ada diatasnya seperti sistem negara
4.              Menggali budaya yang ada dalam organisasi tersebut

2. Struktur Organisasi Sekolah
Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni dalam penyusunan penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-masing. Dalam suatu susunan atau struktur organisasi dapat dilihat bidang, tugas dan fungsi masing-masing kesatuan serta hubungan vertikal horizontal antara kesatuan-kestuan tersebut.
Dalam penyelenggaraan pendidikan lembaga pendidikan tidak dapat lepas dari organisasi negara. Untuk organisasi ini Mulyani A. Nurhadi membedakan menjadi dua yaitu organisasi makro dan mikro. Organisasi pendidikan makro adalah organisasi pendidikan dilihat dari segi organisasi secara luas. Dalam struktur organisasi, organisasi pendidikan pada tingkat makro dibedakan atas: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tingkat Pusat, Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Pendidikan Dan Kebudayaan di Kabupaten/Kotamadya dan Kantor Pendidikan dan Kebudayaan tingkat Kecamatan. Organisasi pendidikan mikro adalah organisasi pendidikan dilihat dengan titik tolak dengan unit-unit yang ada pada suatu sekolah atau lembaga pendidikan penyelenggara langsung proses belajar mengajar. Struktur disetiap sekolah atau lembaga tidak seluruhnya sama. Mungkin disuatu sekolah terdapat sesuatu unit sekolah yang disekolah lain tidak terdapat karena disebabkan kekurangan tenaga atau sarana lain.
Organisasi sekolah adalah sistem yang bergerak dan berperan dalam merumuskan tujuan pendewasaan manusia sebagai mahluk sosial agar mampu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan begitu disana kita bisa belajar bagaimana cara menyikapi diri kita ketika berhadapan dengan suatu masalah sehingga kita bisa menyelesaikannya. Dengan pendewasaan maka kita dapat menyikapi masalah kita dengan baik dan kita juga mampu berinteraksi sebagai mana peran kita didalam suatu lingkungan.
Definisi organisasi sekolah dari para ahli:
Organization is the form of every human association for the attainment of comon purpose (James D. Oony)
An organization as a system of cooperative activities of two or more persons (Chester I. Barnard)
Dari defini tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa organisasi adalah sebuah bentuk atau sistem yang terdiri dari sekelompok manusia yang berkerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Oleh sebab itu sekolah dikatakan sebagai sebuah organisasi karena sekolah didirikan untuk mencapai tujuan bersama khususnya di bidang pendidikan.
a. Bentuk-Bentuk Organisasi Sekolah
Setiap unit kerja dipimpin oleh seorang kepala/pimpinan yang menduduki posisi menurut tingkat unit kerjanya di dalam keseluruhan organisasi. Posisi, tanggung jawab dan wewenang di dalam suatu kelompok formal terikat pada struktur dan dibatasi oleh peraturan-peraturan yang mendasari pembentukan organisasi kerja tersebut. Hubungan kerja yang didasari wewenang dan tanggung jawab, baik secara vertikal maupun horizontal dan diagonal akan menunjukan pola tertentu sebagai mekanisme kerja. Dengan kata lain pembagian tugas, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab serta arus perwujudan tugas, akan menggambarkan tipe atau bentuk organisasi kerja. Tipe-tipe organisasi itu antara lain:

1). Organisasi Lini (Line Organization)
Dalam tipe ini semua hak dan kekuasaan berada pada pimpinan tertinggi. Personal yang lain disebut bawahan tidak mempunyai hak dan kekuasaan sekecil apa pun karena hanya berkedudukan sebagai pelaksana tugas dari atasan. Tidak dibenarkan adanya inisiatif dan kreativitas, semua tugas harus dilaksanakan sebagaimana diperintahkan. Saluran perintah dan penyampaian tanggung jawab dalam organisasi tipe ini dilakukan melalui prosedur dari atas ke bawah dan sebaliknya.
2). Organisasi Staf (Staff Organization)
Dalam tipe ini semua hak, kekuasaan dan tanggung jawab dibagi habis pada unit kerja yang ada secara bertingkat. Setiap unit memperoleh sebagian hak dalam menentukan kebijakan sepanjang tidak bertentangan dengan kebijaksanaan umum dari pimpinan tertinggi. Wewenang dan tanggung jawab dilimpahkan secara luas, sehingga pimpinan berkedudukan sebagai koordinator. Tanggung jawab disampaikan secara bertingkat sesuai dengan hak dan kekuasaan yang dilimpahkan.
3). Bentuk Gabungan (Line and Staff Organization)
Tipe ini sebagai gabungan dari kedua tipe di atas, menempatkan pimpinan tertinggi sebagai pemegang hak dan kekuasaan tertinggi dan terakhir. Tidak semua hak, kekuasaan dan tanggung jawab dibagi habis pada unit kerja yang ada, tugas yang bersifat prinsipil tetap berada pada atasan/pimpinan tetinggi. Pimpinan unit kerja sebagai staf memperoleh wewenang dalam bidang kerja masing-masing sepanjang tidak berhubungan dengan tugas yang menjadi wewenang atau kekuasaan pimpinan tertinggi.
4). Organisasi Fungsional (Fungsional Organization)
Dalam tipe ini pembagian hak dan kekuasaan dilakukan berdasar fungsi yang diemban oleh unit kerja dan terbatas pada tugas-tugas yang memerlukan keahlian khusus. Sehingga personal yang diangkat dan menerima wewenang untuk menjalankan kekuasaan diserahkan pada orang yang mempunyai keahlian dalam bidang kerja masing-masing. Wewenang yang dilimpahkan dibatasi mengenai bidang teknis yang memerlukan keahlian tertentu secara khusus.

b. Macam-macam Struktur Organisasi
Struktur Organisasi pendidikan yang pokok ada dua macam yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Di antara kedua struktur tersebut terdapat beberapa struktur campuran yakni yang lebih cenderung ke arah sentralisasi mutlak dan yang lebih mendekati disentralisasi tetapi beberapa bagian masih diselenggarakan secara sentral. Pada umumnya, struktur campuran inilah yang berlaku dikebanyakan negara dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bagi bangsanya.
1). Struktur Sentralisasi
Di negara-negara yang organisasi pendidikannya di jalankan secara sentral, yakni yang kekuasaan dan tanggung jawabnya dipusatkan pada suatu badan di pusat pemerintahan maka pemerintah daerah kurang sekali atau sama sekali tidak mengambil bagian dalam administrasi apapun.
Segala sesuatu yang mengenai urusan-urusan pendidikan, dari menentukan kebijakan (poliey) dan perencanaan, penentuan struktur dan syarat-syarat personel, urusan kepegawaian, sampai kepada penyelenggaraan bangunan-bangunan sekolah, penentuan kurikulum, alat-alat pelajaran, soal-soal dan penyelenggaraan ujian-ujian, dan sebagainya. Semuanya ditentukan dan ditetapkan oleh dan dari pusat. Sedangkan bawahan dan sekolah-sekolah hanya merupakan pelaksana-pelaksana pasif dan tradisional semata-mata.
Sesuai dengan sistem sentralisasi dalam organisasi pendidikan ini, kepala sekolah dan guru-guru dalam kekuasaan dan tanggung jawabnya, serta dalam prosedur-prosedur pelaksanaan tugasnya sangat dibatasi oleh peraturan-peraturan dan instruksi-instruksi dari pusat yang diterimanya melalui hirarki atasannya.
Dalam sistem sentralisasi semacam ini, ciri-ciri pokok yang sangat menonjol adalah keharusan adanya uniformitas (keseragaman) yang sempurna bagi seluruh daerah di lingkungan negara itu. Keseragaman itu meliputi hampir semua kegiatan pendidikan, teutama di sekolah-sekolah yang setingkat dan sejenis.
Adapun keburukan/keberatan yang prinsipal ialah :
(a)    Bahwa administrasi yang demikian cenderung kepada sifat-sifat otoriter dan birokratis. Menyebabkan para pelaksana pendidikan, baik para pengawas maupun kepala sekolah serta guru-guru menjadi orang-orang yang pasif dan bekerja secara rutin dan tradisional belaka.
(b)   Organisasi dan administrasi berjalan sangat kaku dan seret, disebabkan oleh garis-garis komunikasi antara sekolah dan pusat sangat panjang dan berbelit-belit, sehingga kelancaran penyelesaian persoalan-persoalan kurang dapat terjamin.
(c)    Karena terlalu banyak kekuasaan dan pengawasan sentral, timbul penghalang-penghalang bagi inisiatif setempat, dan mengakibatkan uniformalitas yang mekanis dalam administrasi pendidikan, yang biasanya hanya mampu untuk sekedar hanya membawa hasil-hasil pendidikan yang sedang atau sedikit saja.
2). Struktur Desentralisasi
Di negara-negara yang organisasi pendidikannya di-desentralisasi, pendidikan bukan urusan pemerintah pusat, melainkan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan rakyat setempat. Penyelenggaraan dan pengawasan sekolah-sekolah pun berada sepenuhnya dalam tangan penguasa daerah.
Kemudian pemerintah daerah membagi-bagikan lagi kekuasaannya kepada daerah yang lebih kecil lagi, seperti kabupaten/kotapraja, distrik, kecamatan dan seterusnya dalam penyelengaraan dan pembangunan sekolah, sesuai dengan kemampuan, kondisi-kondisi, dan kebutuhan masing-msing. Tiap daerah atau wilayah diberi otonomi yang sangat luas yang meliputi penentuan anggaran biaya, rencana-rencana pendidikan, penentuan personel/guru, gaji guru-guru pegawai sekolah, buku-buku pelajaran, juga tentang pembangunan, pemakaian serta pemeliharaan gedung sekolah.
Dengan struktur organisasi pendidikan yang dijalankan secara desentralisasi seperti ini, kepala sekolah tidak semata-mata merupakan seorang guru kepala, tetapi seorang pemimpin, profesional dengan tanggung jawab yang luas dan langsung terhadap hasil-hasil yang dicapai oleh sekolahnya. Ia bertanggung jawab langsung terhadap pemerintahan dan masyarakat awasan dan sosial-control yang langsung dari pemerintahan dan masyarakat setempat. Hal ini disebabkab karena kepala sekolah dan guru-guru adalah petugas-petugas atau karyawan-karyawan pendidik yang dipilih, diangkat, dan diberhentikan oleh pemerintah daerah setempat.
Tentu saja, sistem desentralisasi yang ekstrim seperti ini ada kebaikan dan keburukannya. Beberapa kebaikan yang mungkin terjadi ialah :
(a)    Pendidikan dan pengajaran dapat disesuaikan dengan memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
(b)   Kemungkinan adanya persaingan yang sehat diantara daerah atau wilayah sehingga masing-masing berlomba-lomba untuk menyelenggarakan sekolah dan pendidikan yang baik.
(c)    Kepala sekolah, guru-guru, dan petugas-petugas pendidikan yang lain akan bekerja dengan baik dan bersungguh-sungguh karena dibiayai dan dijamin hidupnya oleh pemerintah dan masyarakat setempat.
Adapun keburukannya adalah sebagai berikut :
(a)    Karena otonomi yang sangat luas, kemungkinan program pendidikan diseluruh negara akan berbeda-beda. Hal ini akan menimbulkan perpecahan bangsa.
(b)   Hasil pendidikan dan pengajaran tiap-tiap daerah atau wilayah sangat berbeda-beda, baik mutu, sifat maupun jenisnya, sehngga menyulitkan bagi pribadi murid dalam mempraktekkan pengetahuan atau kecakapannya dikemudian hari di dalam masyarakat yang lebih luas.
(c)    Kepala sekolah, guru-guru, dan petugas pendidikan lainnya cenderung untuk menjadi karyawan-karyawan yang materialistis, sedangkan tugas dan kewajiban guru pada umumnya lain dari pada karyawan-karyawan yang bukan guru.
(d)   Penyelenggaraan dan pembiayaan pendidikan yang diserahkan kepada daerah atau wilayah itu mungkin akan sangat memberatkan beban mayarakat setempat(Ngalim Purwanto, 1991:26-27).
c. Pendekatan-pendekatan organisasi sekolah
1). Peningkatan Mutu Pendidikan
Menurut Mulyani A. Nurhadi ketika menyampaikan makalahnya pada seminar nasional Peningkatan Kualitas Pendidikan (2005)dengan mengutip hasil penelitian yang dilakukan David Chapman dan Don Adam terhadap 19 penelitian oleh Simon dan Alexander terhadap 11 penelitian diberbagai negara serta Woessman menunjukkan berbagai faktor yang mempengaruhi mutu hasil pendidikan secara signifikan.
Rangkuman hasil penelitian itu dapat digambarkan sebagai berikut:
Komponen Faktor Kunci
1. Guru/tenaga pendidik
- lamanya mengajar di kelas
- lamanya persiapan mengajar
- pemilihan metode mengajar
- memberikan pekerjaan rumah
- pengalaman
- tingkat pendidikan
2. Buku
- digunakan untuk belajar
- jumlah jam membaca di rumah
- digunakan untuk pekerjaan rumah
- penggunaan lembar kerja
3. Laboratorium
- efektivitas penggunaan laboratorium
4. Manajemen
- kreasi meningkatkan akuntabilitas
- kreasi mengoptimalkan sumber daya
- membagi informasi
- pemberdayaan dan komitmen
- mobilisasi masyarakat
- struktur organisasi yang mendukung
- kepemimpinan sekolah
Melalui hasil penelitian tersebut kita selayaknya membangun pendidikan untuk mencerdaskan dan memberadapkan bangsa sesuai arah pembangunan nasional untuk mentransformasikan peradaban Indonesia agraris menuju peradaban industrial yang canggih, elok, dan unggul.

2). Perencanaan Pembangunan Pendidikan
Menurut Beeby (dalam Jusuf Enoch, 1992), bahwa perencanaan pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan dalam hal menentukan kebijaksanaan, prioritas dan biya pendidikan dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik untuk pengembangan potensi sistem pendidikan nasional, memenuhi kebutuhan bangsa dan anak didik yang dilayani oleh sistem tersebut.
Permasalahan yang dihadapi pendidikan nasional kita pada umumnya sebagai berikut:
1. Tingkat pendidikan rendah
2. Dinamika struktur penduduk belum terakomodasi
3. Kesenjangan tingkat pendidikan
4. Fasilitas pendidikan belum memadai
5. Kualitas pendidikan rendah
6. Manajemen belum efektif, efisien, dan akuntabel
7. Anggaran rendah
Bila demikian halnya permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan, maka kebijakan yang ditempuh dalam merencanakan pendidikan harus dapat mewujudkan 3 (tiga) program kegiatan yaitu:
1. Perluasan dan pemerataan kesempatan belajar
2. Peningkatan mutu dan relevansi
3. Governance dan akuntabilitas

d. Pentingnya Organisasi Sekolah
Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni dalam penyusunan/ penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-masing. Penentuan struktur, hubungan tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan agar tersusun suatu pola kegiatan untuk menuju ke arah tercapainya tujuan bersama.
Organisasi sekolah yang baik menghendaki agar tugas-tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang telah ditentukan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan sesudah semestinya mempunyai organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya. Kita mengetahui unsur personal di dalam lingkungan sekolah adalah, kepala sekolah, guru, karyawan, dan murid. Di samping itu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ada di bawah instansi atasan baik itu kantor dinas atau kantor wilayah departemen yang bersangkutan. Di negara kita, kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di sekolah itu, sehingga ia berperan sebagai pemimpin sekolah dan dalam struktur organisasi sekolah ia didudukkan pada tempat paling atas.
Melalui struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui apa tugas dan wewenang kepala sekolah, apa tugas guru, apa tugas karyawan sekolah (yang biasa dikenal sebagai pengawai tata usaha).
Demikian juga terlihat apakah di suatu sekolah dibentuk satuan tugas (unit kerja) tertentu seperti bagian UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), bagian perpustakaan, bagian kepramukaan, dan lain-lain sehingga keadaan ini tentunya akan memperlancar jalannya "roda" pendidikan di sekolah tersebut.
Dengan organisasi yang baik dapat dihindari tindakan kepala sekolah yang menunjukkan kekuasaan yang berlebihan (otoriter). Suasana kerja dapat lebih berjiwa demokratis karena timbulnya partisipasi aktif dari semua pihak yang bertanggung jawab. Partisipasi aktif yang mendidik (pedagogis) dapat digiatkan melalui kegairahan murid sendiri yang bergerak dengan wadah OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Oleh karena itu di dalam memikirkan pembentukan organisasi sekolah, maka fungsi dan peranan OSIS tidak boleh dilupakan.
e. Faktor-faktor pertimbangan Menyusun Organisasi Sekolah
1). Tingkat Sekolah
Berdasarkan tingkatnya sekolah yang ada di Indonesia dapat dibedakan atas :
(a)    Sekolah Dasar (SD)
(b)   Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
(c)    Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
(d)   Perguruan Tinggi
Keadaan fisik dan perkembangan jiwa anak jelas berbeda antara anak tingkat yang satu dengan tingka berikutnya. Contohnya : di sekolah dasar biasanya tidak ada seksi bimbingan penyuluhan (Guidance and Conseling) sebab masalah ini merupakan tugas rangkapan dari kepala sekolah, dan hingga saat ini yang memegang adalah pemerintah dan Departemen P dan K tidak atau belum mengangkat seorang pembimbing khusus bagi sekolah dasar.
Lain halnya dengan sekolah lanjutan, biasanya tersedia satu orang tenaga konselor atau pembimbing dengan tugas pokoknya sebagai pembimbing. Karena itu biasanya di sekolah lanjutan dalan struktur organisasinya kita dapati seksi GC (Guidance and Conseling/ seksi bimbingan penyuluhan). Masih banyak bidang-bidang lain yang ditangani secara khusus pada sekolah lanjutan tetapi tidak demikian pada sekolah dasar, misalnya masalah Organisasi Intara Sekolah (OSIS), penggarapan majalah dinding, pengelolaan perpustakaan sekolah, dan bagian pengajaran yang menangani kelancaran dan pengembangan kurikulum/program pendidikan dan pengajaran.
Pada perguruan tinggi yang kita jumpai banyak bidang tugas yang ditangani secara khusus lebih banyak daripada tugas-tugas dari sekolah lanjutan. Ciri khas perguruan tinggi di Indonesia yang mengemban tugas Tri Dharma perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat memungkinkan perguruan tinggi berkembang secara otonom, sehingga semakin bervariasi susunan organisasinya.
2). Jenis Sekolah
Berdasarkan jenis sekolah, kita membedakan ada sekolah umum dan sekolah kejuruan. Sekolah umum adalah sekolah-sekolah yang program pendidikannya bersifat umum dan bertujuan utam untuk melajutkan studi ketingkat yang lebih tinggi lagi. Sedangkan yang dimaksud sekolah kejuruan adalah sekolah-sekolah yang pendidikannya mengarah kepada pemberian bekal kecakapan atau keterampilan khusus setelah selesai studinya, anak didik dapat langsung memasuki dunia kerja dalam masyrakat.
Dengan melihat perbedaan program pendidikan (kurikulum dan tujuan) yang hendak dicapai maka struktur organisasi sekolah yang berlainan jenis tersebut pasti berlainan pula. Perbedaan organisasi ini mungkin dapat digambarkan antara lain sebagai berikut :
Pada sekolah kejuruan terdapat petugas (koordinator) praktikum, sedangkan pada sekolah umum tidak. Pada sekolah kejuruan terdapat petugas bagian ketenaga kerjaan penempatan alumni, sedangkan pada sekolah umum tidak.
3). Besar Kecilnya Sekolah
Sekolah yang besar tentulah memiliki jumlah murid, jumlah kelas, jumlah tenaga guru, dan karyawan serta fasilitas yang memadai. Sekolah yang kecil adalah sekolah yang cukup memenuhi syarat minimal dari ketentuan yang berlaku. Tipe sekolah secara implisit menunjukkan besar kecilnya sekolah yang bersangkutan. Dengan begitu akan mempengaruhi penyusunan struktur organisasi sekolah karena makin besar jumlah murid tentu saja semakin beraneka ragam kegiatan yang dapat dilakukan baik yang bersifat kurikuler maupun kegiatan-kegiatan penunjang pendidikan.
4). Letak dan Lingkungan Sekolah
Letak sebuah sekolah dasar yang ada di daerah pedesaan aan mempengaruhi kegiatan sekolah tersebut, berbeda dengan sekolah dasar yang ada di kota, demikian pula sekolah lanjutan pertama yang kini mulai didirikan hampir di setiap daerah kecamatan, kegiatan dan programnya tentulah berbeda dengan sekolah-sekolah lanjutan di kota apalagi di kota besar. Ada kecenderungan yang nyata, bahwa sekolah-sekolah di pedesaan lebih berintegrasi dengan masyarakat sekitarnya. Hal ini berakibat pula ada hubungan yang lebih akrab diantara orang tua murid dengan sekolah.
Dari segi keadaan lingkungan atau masyarakat sekitar sekolah mungkin ada dalam lingkungan masyarakat petani, masyrakat nelayan, masyarakat buruh, masyarakat pegawai negeri, dan lain-lain. Perhatikan kelompok masyarakat yang berbeda ini terhadap dunia pendidikan bagi anak-anak mereka di sekolah pasti menunjukkan berbagai variasi perbedaan. Oleh karenanya dalam penyusunan struktur organisasi sekolah, hal-hal tersebut perlu diperhatikan.
e. Bagan Struktur Organisasi
2.1.Wewenang dan tanggung jawab organisasi sekolah
Setelah mengetahui struktur sekolah seperti apa, maka sebaiknya kita juga harus tahu apa saja wewenang dan tanggung jawab sekolah. Sebelum itu kita lihat pengertian dari wewenang dan tanggung jawab itu sendiri.
Wewenang ( Authority ) merupakan syaraf yang berfungsi sebagai penggerak dari pada kegiatan-kegiatan. Wewenang yang bersifat informal, untuk mendapatkan kerjasama yang baik dengan bawahan. Disamping itu wewenang juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan. Wewenang berfungsi untuk menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasi. Wewenang dapat diartikan sebagai hak untuk memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tujuan dapat tercapai.
T. Hani Handoko membagi wewenang dalam dua sumber, yaitu teori formal ( pandangan klasik ) dan teori penerimaan. Wewenang formal merupakan wewenang pemberian atau pelimpahan dari orang lain. Wewenang ini berasal dari tingkat masyarakat yang sangat tinggi dan secara hukum diturunkan dari tingkat ke tingkat. Berdasarkan teori penerimaan ( acceptance theory of authority ) wewenang timbul hanya bila hal diterima oleh kelompok atau individu kepada siapa wewenang tersebut dijalankan dan ini tidak tergantung pada penerima ( reciver ).
Chester Bamard mengatakan bahwa seseorang bersedia menerima komunikasi yang bersifat kewenangan bila memenuhi :
1. Memahami komunikasi tersebut
2. Tidak menyimpang dari tujuan organisasi
3. Mampu secara mental dan phisik untuk mengikutinya.
Agar wewenang yang dimiliki oleh seseorang dapat di taati oleh bawahan maka diperlukan adanya:
1. Kekuasaan ( power ) yaitu kemampuan untuk melakukan hak tersebut, dengan cara mempengaruhi individu, kelompok, keputusan. Menurut jenisnya kekuasaan dibagi menjadi dua yaitu :
(a)      Kekuasaan posisi ( position power ) yang didapat dari wewenang formal, besarnya ini tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.
(b)      Kekuasaan pribadi ( personal power ) berasal dari para pengikut dan didasarkan pada seberapa besar para pengikut mengagumi, respek dan merasa terikat pada pimpinan.
Macam-macam kekuasaan:
(a)      Kekuasaan balas jasa ( reward power ) berupa uang, suaka, perkembangan karier dan sebagainya yang diberikan untuk melaksanakan perintah atau persyaratan lainnya.
(b)      Kekuasaan paksaan ( Coercive power ) berasal dari apa yang dirasakan oleh seseorang bahwa hukuman ( dipecat, ditegur, dan sebagainya ) akan diterima bila tidak melakukan perintah,
(c)      Kekuasaan sah ( legitimate power ) Berkembang dari nilai-nilai intern karena seseorang tersebut telah diangkat sebagai pemimpinnya.
(d)     Kekuasaan pengendalian informasi ( control of information power ) berasal dari pengetahuan yang tidak dipercaya orang lain, ini dilakukan dengan pemberian atau penahanan informasi yang dibutuhkan.
(e)      Kekuasaan panutan ( referent power ) didasarkan atas identifikasi orang dengan pimpinan dan menjadikannya sebagai panutan.
(f)       Kekuasaan ahli ( expert power ) yaitu keahlian atau ilmu pengetahuan seseorang dalam bidangnya.
Tanggung jawab dan akuntabilitas tanggung jawab (responsibility) yaitu kewajiban untuk melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima wewenang dari atasannya. Akuntability yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Yang penting untuk diperhatikan bahwa wewenang yang diberikan harus sama dengan besarnya tanggung jawab yang akan diberikan dan diberikan kebebasan dalam menentukan keputusan-keputusan yang akan diambil. Pengaruh ( influence ) yaitu transaksi dimana seseorang dibujuk oleh orang lain untuk melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan harapan orang yang mempengaruhi. Pengaruh dapat timbul karena status jabatan, kekuasaan dan menghukum, pemilikan informasi lengkap juga penguasaan saluran komunikasi yang lebih baik.
Setelah melihat pengertian wewenang dan tanggung jawab di atas, dapat disimpulkan bahwa wewenang dan tanggung jawab sekolah adalah hak dari organisasi sekolah untuk memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu di sertai pertanggung jawaban dari organisasi sekolah dalam mengambil keputusan agar tujuan dapat tercapai.
Berikut ini adalah pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam organisasi sekolah:
1)        Kepala sekolah
Wewenang dan Tanggung Jawab, antara lain :
(a)    Menjaga terlaksananya dan ketercapaian program kerja sekolah
(b)   Menjabarkan, melaksanakan dan mengembangkan Pembelajaran Kurikulum/Program
(c)    Mengembangkan SDM
(d)   Melakukan pengawasan dan supervisi tenaga pendidik dan kependidikan
(e)    Melakukan hubungan kerjasama dengan pihak luar
(f)    Merencanakan, mengelola dan mempertanggung jawabkan keuangan
(g)   Mengangkat dan menetapkan personal struktur organisasi
(h)   Menetapkan program kerja sekolah
(i)     Mengesahkan perubahan kebijakan mutu organisasi
(j)     Melegalisasi dokumen organisasi
(k)   Memutuskan mutasi siswa
(l)     Mengusulkan promosi dan mutasi pendidik dan tenaga kependidikan
(m) Menerbitkan dokumen yang dikeluarkan sekolah
(n)   Memberi pembinaan warga sekolah
(o)   Memberi penghargaan dan sanksi
(p)   Memberi penilaian kinerja pendidik dan tenaga kependidikan 
2)        Komite sekolah
Wewenang dan Tanggung Jawab, antara lain :
(a)    Memberikan masukan terhadap kebijakan mutu pendidikan
(b)   Mengawasi kebijakan sekolah. 
(c)    Kepala Tata usaha
(d)   Wewenang dan Tanggung Jawab, antara lain :
(e)    Menyusun dan melaksanakan program tata usaha sekolah.
(f)    Menyusun dan melaksanakan kegiatan keuangan sekolah.
(g)   Mengurus administrasi kepegawaian.
(h)   Mengurus administrasi kesiswaan.
(i)     Menyusun administrasi perlengkapan sekolah.
(j)     Menyusun dan menyajikan data statistik sekolah.
(k)   Menyusun administrasi lainnya.
(l)     Melaporkan semua tugas dan tanggung jawabnya kepada kepala sekolah secara berkala.

3)   Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
    Wewenang dan Tanggung Jawab, antara lain :
(a)    Menyusun program kerja bidang Kurikulum/Program
(b)   Mengkoordinasikan pelaksanaan dan pengembangan Kurikulum/Program
(c)    Memantau pelaksanaan Pembelajaran
(d)   Menyelenggarakan rapat koordinasi Kurikulum
(e)    Mengkoordinasikan pengelolaan perpustakaan
(f)    Mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi pembelajaran
(g)   Menyusun kalender pendidikan dan jadwal pembelajaran
(h)   Melaporkan hasil pelaksanaan Pembelajaran
(i)     Mengusulkan tugas mengajar pada masing-masing guru
(j)     Menghitung dan melaporkan jam mengajar guru
(k)   Merencanakan kebutuhan tenaga pendidik dan kependidikan
(l)     Memeriksa, menyetujui rencana pembelajaran tiap program Pembelajaran
(m) Memverifikasi Kurikulum
(n)   Merencanakan dan melaksanakan bimbingan belajar dan try out kelas 3
(o)   Melaporkan hasil kegiatannya kepada kepala sekolah
4)        Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
Wewenang dan Tanggung Jawab, antara lain :
(a)    Mengkoordinasikan PSB ( Penerimaan Siswa Baru )
(b)   Mengkoordinasikan pelaksanaan Masa Orientasi peserta didik (MOS)
(c)    Mengkoordinasikan pemilihan kepengurusan dan diklat OSIS
(d)   Mengkoordinasikan penjaringan dan pendistribusian semua bentuk beasiswa
(e)    Mengkoordinasikan pelaksanaan 4 K (ketertiban, kedisiplinan, keamanan, dan kekeluargaan)
(f)    Membina program kegiatan OSIS
(g)   Memeriksa dan menyetujui rencana kerja pengurus Osis
(h)   Melakukan tindakan terhadap siswa terkait pelanggaran tata tertib siswa
(i)     Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan lomba
(j)     Mengkoordinasikan ekstrakurikuler
(k)   Mengkoordinasikan peringatan hari-hari besar
(l)     Melaporkan hasil kegiatannya kepada kepala sekolah
5)        Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas
Wewenang dan Tanggung Jawab, antara lain :
(a)    Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua/ wali siswa
(b)   Membina hubungan sekolah dengan komite sekolah
(c)    Membina pengembangan hubungan antar sekolah dengan lembaga pemerintah, dunia usaha – dunia industri, dan lembaga sosial lainnya
(d)   Menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala
(e)    Melaporkan hasil kegiatannya kepada kepala sekolah
(f)    Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana
(g)   Wewenang dan Tanggung Jawab, antara lain :
(h)   Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana
(i)     Mengkoordinasi pendayagunaan sarana dan prasarana
(j)     Menyusun laporan pelaksanaan bidang sarana dan prasarana secara berkala
(k)   Melaporkan hasil kegiatannya kepada kepala sekolah
6)   Bendahara
Wewenang dan Tanggung Jawab, antara lain :
(a)    Menerima setoran keuangan dari bagian pemungut keuangan
(b)   Membukukan keuangan yang diterima baik dari pemungut, bantuan pemerintah atau pihak-pihak lain yang tidak mengikat
(c)    Mengeluarkan dana untuk berbagai keperluan sekolah kepada penanggung jawab kegiatan yang ditunjuk oleh sekolah setelah mendapat persetujuan kepala sekolah
(d)   Membuat daftar kebutuhan honorarium/ transport guru dan karyawan
(e)    Menerima keuangan untuk keperluan honorarium guru/ karyawan
(f)    Membayar honorarium guru dan kayawan
(g)   Membukukan pengeluaran lengkap dengan bukti-bukti pengeluarannya dan ditutup setiap bulan sesuai dengan mata anggaran
(h)   Melaporkan hasil kegiatannya kepada kepala sekolah
7)   Koordinator BP
Wewenang dan Tanggung Jawab, antara lain :
(a)    Menyusun program kerja bimbingan dan penyuluhan serta bimbingan kejuruan
(b)   Memberikan penjelasan kepada calon siswa tentang macam-macam program keahlian yang ada di sekolah, kemampuan tamatan dan lapangan kerja yang dimasuki
(c)    Mengkoordinasi pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan
(d)   Mengkoordinasi penyusunan dan pengumpulan data siswa dalam rangka kegiatan bimbingan dan penyuluhan
(e)    Melaksanakan bimbingan kepada siswa secara individu maupun kelompok yang berkaitan dengan hambatan hidup, latar belakang sosial, pengaruh lingkungan serta kesulitan dalam belajar
(f)    Memberikan layanan konseling kepada siswa baik secara individu maupun kelompok
(g)   Membantu mengembangkan potensi siswa sesuai minat dan bakat siswa
(h)   Memberikan informasi dan wawasan tentang karier kejuruan kepada siswa
(i)     Melaporkan hasil kegiatannya kepada kepala sekolah





BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.    Kesimpulan
      Kepemimpinan pendidikan sebagai “ satu kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir dan menggerakkan orang-orang lain yang ada hubungan dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.
            Struktur organisasi sekolah adalah struktur yang mendasari keputusan para Pembina atau Pendiri sekolah untuk mengawali suatu proses perencanaan sekolah yang strategis. Struktur oganisasi juga tidak lepas dengan wewenang dan tanggung jawab. Wewenang yaitu hak untuk memerintah orang lain untuk melalukan atau tidak melakukan sesuatu agar tujuan dapat tercapai. Sedangkan tanggung jawab yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Pertanggung jawaban sendiri memiliki arti sebagai penjumlahan kegiatan yang telah dilakukan karena pendiskripsian wewenang. Selain itu ada juda pendekatan-pendekatannya. Yaitu, Peningkatan Mutu Pendidikan dan perencanaan pembangunan. Dengan demikian organisasi sekolah dapat tercapai.

B.     Rekomendasi
Syarat bagi pemimpin pendidikan, dalam hal ini adalah kepala sekolah, adalah kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus dapat memimpin sekolah, bertanggung  jawab  atas  tercapainya  tujuan  sekolah, juga diharapkan menjadi  pemimpin dan  inovator  di  sekolah. Oleh  sebab  itu, seorang kepala sekolah hendaknya memiliki kualitas kepemimpinan yang baik agar signifikan bagi keberhasilan sekolah.
32
Oleh karena itu seorang kepala sekolah harus memenuhi syarat-syarat untuk menjadi pemimpin pendidikan, memiliki keterampilan memimpin dan keterampilan hubungan insan serta menerapkan model kepemimpinan yang baik sesuai dengan karakteristik dirinya,  karena sesungguhnya keberhasilan  suatu  sekolah pada  hakikatnya  terletak pada efisiensi  dan  efektivitas penampilan seorang kepala sekolah. Dengan organisasi sekolah ini diharapkan terjadi pembidangan dan pembagian kerja sebagai kegiatan pengendalian sehingga memungkinkan terjalinnya kerjasama antara kepala sekolah dengan wakil kepala sekolah dan semua wali kelas bahkan dengan guru dan murid, antar wali kelas, antar guru dan sebagainya.












DAFTAR PUSTAKA

Anonim. SMU Negeri 14 Jakarta . [online] tersedia. http://smanegeri14jakarta.tripod.com/str_org.html

Aditya Media.Nawawi, Hadari. 1989. Organisasi Kelas sebagai Lembaga Pendidikan. Jakarta: Haji Masagung. [online] tersedia. 25 April 2011. http://ermapoenya.blogspot.com/2010/07/manajemen-lembaga-dan-organisasi.html

Marlina. 2010. Struktur Organisasi [online] tersedia. 25 April 2011. http://marlinafis.blogspot.com/2010/04/sistem-dan-struktur-organisasi-sekolah.html

Pmancoffeemix. 2010. Kurikulum Organisasi Sekolah. [online] tersedia. 25 April 2011. http://pmancoffeemix.wordpress.com/2010/12/18/kurikulum-tentang-organisasi-sekolah/

Direktorat Tenaga Kependidikan. 2008. Pendidikan dan Pelatihan Pengorganisasian Sekolah. [online] tersedia. 25 April 2011. www.google.com/pengorganisasian sekolah

Sutikno Sobry, M. 2012. Manajemen Pendidikan. Lombok: Holistica

Sumidjo, Wahjo. 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Rajawali Pers

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta




 

No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive