BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan bagian
penting dari manajemen yaitu merencanakan dan mengorganisasi, tetapi peran
utama kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Hal ini merupakan bukti bahwa pemimpin boleh jadi manajer
yang lemah apabila perencanaannya jelek yang menyebabkan kelompok berjalan ke
arah yang salah. Akibatnya walaupun dapat menggerakkan tim kerja, namun mereka
tidak berjalan kearah pencapaian tujuan organisasi. Guna menyikapi tantangan
globalisasi yang ditandai dengan adanya kompetisi global yang sangat ketat dan
tajam.
Sebuah sekolah adalah organisasi
yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi.
Untuk membantu para kepala sekolah di dalam mengorganisasikan sekolah secara
tepat, diperlukan adanya satu esensi pemikiran yang teoretis, seperti kepala
sekolah harus bisa memahami teori organisasi formal yang bermanfaat untuk
menggambarkan kerja sama antara struktur dan hasil sekolah. Oleh sebab itu
dikatakan bahwa” keberhasilan sekolah adalah sekolah yang memiliki pemimpin
yang berhasil.
Keberhasilan pendidikan di sekolah
juga sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga
kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu
komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala
sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,
administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan
serta pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa 2004:25). Hal tersebut menjadi
lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah,
yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Dalam
perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan
kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu
terjaga.
B.
Tujuan Penulisan Makalah
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui tentang kepemimpinan
pendidikan.
2.
Untuk mengetahui fungsi dari pemimpin
pendidikan.
3.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
Pemimpin.
4.
Untuk mengetahui tipe-tipe kepemimpina
pendidikan
5.
Untuk mengetahui syarat-syarat dari kepemimpinan
pendidikan
6.
Untuk mengetahui keterampilan yang harus
dimiliki oleh pemimpin pendidikan.
7.
Untuk mengetahui pendekatan kepemimpinan
pendidikan.
8.
Untuk mengetahui siapakak yang disebut sebagai
pemimpin pendidikan.
9.
Untuk mengetahui model-model kepemimpinan dalam pendidikan
10.
Untuk mengetahui organisasi sekolah
11.
Untuk mengetahui struktur organisasi sekolah.
C.
Pembatasan Masalah
Untuk
kajian pembahasan yang tidak meluas maka diperlukan pembatasan masalah dalam
makalah ini. Adapun batasan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan
pendidikan ?
2.
Apa saja fungsi pemimpin pendidikan ?
3.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
Pemimpin ?
4.
Apa saja tipe-tipe kepemimpinan pendidikan ?
5.
Apa saja kah syarat-syarat dari kepemimpinan
pendidikan ?
6.
Apa saja kah keterampilan yang harus dimiliki
oleh pemimpin pendidikan ?
7.
Apa saja pendekatan kepemimpinan pendidikan ?
8.
Siapakan yang disebut pemimpin pendidikan ?
9.
Apa saja Model-model kepemimpinan dalam
pendidikan ?
10.
Apa yang dimaksud dengan organisasi sekolah ?
11.
Bagaimana struktur organisasi sekolah ?
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Definisi Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan (Leadership)
merupakan salah satu yang sangat vital bagi terlaksananya fungsi-fungsi
manajemen. Pengertian umum pendidikan adalah kemampuan dan kesiapan yang
dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak,
menuntun, menggerahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar
menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu
tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Menurut Ralp M. Stogdill,
kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang
diorganisis menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan. Sondang P. Siagian,
kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak dari pada semua sumber-sumber,
dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi. Mardjin syam (1966) mengartikan
kepemimpinan sebagai keseluruhan tindakan guna mempengaruhi serta mengingatkan
orang, dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan, atau dengan definisi yang
lebih lengkap dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah proses pemberian jalan
yang mudah dari pada pekerjaan orang lain yang terorganisir dalam organisasi
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan “Pendidikan” mengandung
arti dalam lapangan apa dan dimana kepemimpinan itu berlangsung, dan sekaligus
menjelaskan pula sifat atau ciri-ciri yang harus dimiliki oleh kepemimpinan
itu.
Dengan demikian Kepemimpinan
pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakan pelaksanaan pendidikan,
sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif
dan efisien.
B.
Fungsi Pemimpin Pendidikan
Fungsi utama pemimpin pendidikan, antara lain :
1) Pemimpin membantu tercapainya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan
penuh rasa kebebasan.
2)
Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir
diri yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok
dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan.
3)
Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan
prosedur kerja, yaitu membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk
kemudian menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan efektif.
4)
Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil
keputusan bersama dengan kelompok. Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok
untuk belajar dari pengalaman. Pemimpin mempunyai tanggung jawab untuk melatih
kelompok menyadari proses dan isi pekerjaan yang dilakukan dan berani menilai
hasilnya secara jujur dan objektif.
5)
Pemimpin bertanggung jawab dalam mengembangkan
dan mempertahankan eksistensi organisasi.
Sedangkan dari definisi berikutnya memberikan
indikasi bahwa :
1)
Seorang pemimpin berfungsi sebagai orang yang
mampu menciptakan perubahan secara efektif di dalam penampolan kelompok.
2)
Seorang pemimpin berfungsi menggerakan orang
lain, sehingga secara sadar orang lain tersebut mau melakukan apa yang
dikehendaki oleh pemimpin.
C.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi pemimpin
Ngalim Purwanto (2004) menjelaskan beberapa faktor
yang mempengaruhi pemimpin, sebagai berikut :
1. Keahlian dan
Pengetahuan
Keahlian dan pengetahuan yang dimaksud di sini adalah
latar belakang pendidikan atau ijazah yang dimilikinya, sesuai tidakna latar
belakang pendidikan itu dengan tugas-tugas kepemimpinan yang menjadi tanggung
jawabannya, pengalaman kerja sebagai pemimpin, apakah pengalaman yang telah
dilakukannya mendorong dia untuk memperbaiki dan mengembangkan kecakapan dan
keterampilanya dalam memimpin.
2. Jenis pekerjaan atau
lembaga tempat pemimpin itu melaksanakan tugas jabatannya.
Tiap organisasi atau lembaga yang tidak sejenis
memiliki tujuan yang berbeda, dan menuntun cara-cara pencapaian tujuan yang
tidak samma. Oleh karena itu, tiap jenis lembaga memerlukan perilaku dan sikap
kepemimpinan yang berbeda pula.
3. Sikap-sikap Kepribadian Pemimpin
Kita mengetahui bahwa secara psikologi manusia itu
berbeda-beda sifat, watak, dn kepribadiannya. Ada yang selalu bersikap keras
dan tegas, tetapi ada pula yang lemah dan kurang berani. Dengan adanya
perbedaan-perbedaan watak dan kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing
pemimpin, meskipun beberapa orang pemimpin memiliki latar pendidikan yang sama
dan diserahi tugas pemimpin dalam lembaga yang sejenis, karena perbedaan
kepribadiannya akan menimbulkan perilaku dan sikap yang berbeda pula dalam
menjalankan kepemimpinannya.
4. Sikap-Sikap
kepribadian Pengikut
Tentang sifat-sifat pengikut, yaitu mengapa dan bagaimana
anggota kelompok menerima dan mau menjalankan perintah atau tugas-tugas yang
diberikan oleh pemimpin.
D.
Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan
Berdasarkan konsep, sifat, sikap,
dan cara-cara pemimpin tersebut melakukan dan mengembangkan kegiatan
kepemimpinan dalam lingkunagn kerja yang dipimpinnya, maka kepemimpinan
pendidikan dapat diklasifikasikan kedalam 4 tipe, yaitu :
1. Tipe otoriter
Tipe kepemimpinan otoriter disebut juga tipe
kepemimpinan “outhoritarian”. Dalam kepemimpinan yang otoriter, pemimpin
bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Dominasi yang
berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis, atau
sifat-sifat pada anggota-anggota kelompok terhadap pemimpinnya.
2. Tipe “Laissez-faire”
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak
memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya.
Pemeimpin sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi pekerjaan
bawahannya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada
bawahannya tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin. Tingkat keberhasilan
organisasi atau lembaga semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi
beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin. Struktur
organisasinya tidak jelas dan kabur, segala dilakukan tanpa rencana dan tanpa
pengawasan dari pemimpin.
3. Tipe Demokratis
Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinanya bukan sebagai
diktator, melainkan sebagai pemimpin ditengah-tengah anggota kelompoknya.
Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya agar
bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan
usaha-usahanya ia selalu perpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya,
dan mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.
4. Tipe
Pseudo-demokratis
Tipe ini disebut juga demokratis semu atau manipulasi
diplomatik. Pemimpin yang bertipe peseudo demokratis hanya tampaknya saj
bersifat demokratis padahal sebenarnya dia bersikap ookratis. Misalnya jika ia
mempunyai ide-ide, pikiran, konsep-konsep yang ingin diterapkan di lembaga yang
dipimpinnya, maka hal tersebut didiskusikan dan dimusyawarahkan dengan
bawahannya, tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada
akhirnya bawahan didesak agar menerima ide/pikiran/konsep tersebut sebagai
keputusan bersama.
E.
Syarat - Syarat Pemimpin Pendidikan
Dalam memangku jabatan pemimpin pendidikan yang dapat
melaksanakan tugas-tugasnya dan memainkan perannya sebagai pemimpin yang baik
dan sukses, maka dituntut beberapa persyaratan jasmani, rohani, dan moralitas
yang baik, bahkan persyaratan sosial ekonomis yang layak akan tetapi pada
bagian ini yang akan dikemukakan hanyalah persyaratan-persyaratan kepribadian
dari seorang pemimpin yang baik. Persyaratan-persyaratan tersebut adalah :
· Rendah hati dan sederhana
· Bersifat suka menolong
· Sabar dan memiliki kestabilan emosi
· Percaya kepada diri sendiri
· Jujur, adil dan dapat dipercaya
· Keahlian dalam jabatan
Adanya syarat-syarat
kepemimpinan seperti diuraikan di atas menunjukkan bahwa kepemimpinan bukan
hanya memerlukan kesanggupan dan kemampuan saja, tetapi lebih-lebih lagi
kemampuan dan kesediaan pemimpin.
F.
Keterampilan yang harus dimiliki Pemimpin Pendidikan
1. Keterampilan dalam
memimpin
Pemimpin harus menguasai cara-cara kepemimpinan,
memiliki keterampilan memimpin supaya dapat bertindak sebagai seorang pemimpin
yang baik. Untuk hal itu antara lain ia harus menguasai bagaimana caranya
: menyusun rebcana bersama, mengajak anggota berpartisipasi, memberi bantuan
kepada anggota kelompok, memupuk “morale” kelompok, bersama-sam membuat
keputusan, menghindarkan “working on the group” dan “working for the group” dan
mengembangkan “working with within the group”, membagi dan menyerahkan tanggung
jawab, dan sebagainya. Untuk memperoleh keterampilan diatas perlu pengalaman, dan
karena itu pemimpin harus benar-benar banyak bergaul, bekerja sama, dan
berkomunikasi dengan orang yang dipimpinnya. Yang penting jangan hanya tahu,
tetapi harus dapat melaksanakan.
2. Keterampilan dalam
hubungan insani
Hubungan insani adalah hubungan antar manusia. Ada
dua macam hubungan yang biasa kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari : 1)
hubungan fungsional atau hubugan formal, yaitu hubungan karena tugas resmi atau
pekerjaan resmi; dan 2) hubungan pribadi atau hubungan informal atau hubungan
personel, ialah hubungan yang tidak didasarkan atau tugas resmi atau pekerjaan,
tetapilebih bersifat kekeluargaan.
Yang menjadi inti dalam hubungan ini, apakah itu
hubungan fungsional atau hubungan personal, adalah saling menghargai. Bawahan
menghargai atasan dan sebaliknya atasanpun harus menghargai bawahan.
3. Keterampilan dalam
proses kelompok
Maksud utama dari proses kelompok ialah bagaimana meningkatkan partisipasi
anggota-anggota kelompok setinggi-tingginya sehingga potensi yang dimiliki para
anggota kelompok itu dapat diefektifkan secara maksimal. Inti dari proses
kelompok adalah hubungan insani dan tangung jawab bersama. Pemimpin harus jadi
penengah, pendamai, moderator dan bukan menjadi hakim.
4. Keterampilan dalam
administrasi personil
Administrasi personil mencakup segala usaha
menggunakan keahlian dan kesanggupan yang dimiliki oleh petugas-petugas secara
efektif dan efisien. Kegiatan dalam administrasi personil ialah : seleksi,
pengangkatan, penempatan, penugasan, orientasi, pengawasan, bimbingan dan
pengembangan serta kesejahteraan. Menemukan yang palingpenting dari kegiatan
diatas ialah kegiatan seleksi dalam memilih orang yan paling sesuai dengan
tugas dan pekerjaannya yang berpedoman pada “the right man in the right place”.
5. Keterampilan dalam
menilai
Penilaian atau evaluasi ialah suatu usaha untuk
mengetahui sampai dimana suatu kegiatan sudah dapat dilaksanakan atau sampai
dimana suatu tujuan sudah dicapa. Yang dinilai biasanya ialah : hasil kerja, cara
kerja dan orang yang mengerjakannya.
Adapun teknik dan prosedur evaluasi ialah :
menentukan tujuan penilaian, menetapkan norma/ukuran yang akan dinilai,
mengumpulkan data-data yang dapat diolah menurut kriteria yang ditentukan,
pengolahan data, dan menyimpulkan hasil penilaian. Melalui evaluasi, guru dapat
dibantu dalam menilai pekerjaannya sendiri, mengetahui kekurangan dan
kelebihannya. Selain guru, personila lainnya perlu dievaluasi seperti petugas
(karyawan) tata usaha, petugas BK, dan sebagainya, untuk mengetahui kemajuan/
kekurangannya.
Kazt mengemukakan tiga keterampilan/skill yang harus
dikuasai oleh seorang pemimpin, ialah human telation skill, techinal skill, dan
conceptual skill. Seberapa jauh ketiga keterampilan itu harus dipunyai pemimpin
sesuai dengan kedudukannya.
· Human relation skill
Kemampuan
berhubungan dengan bawahan. Bekerja sama menciptakan iklim kerja yang
menyenangkan dan kooperatif. Terjalin hubungan yang baik sehingga bawahan
merasa aman dalam melaksanakan tugasnya.
· Technical skill
Kemampuan menerapkan ilmunya kedalam pelaksanaan
(operasional) Dalam rangka mendayagunakan/memanfaatkan sumber-sumber yang ada.
Melaksanakan tugas yang bersifat operasional. Memikirkan pemecahan
masalah-masalahyang praktis. Makin tinggi tingkat manager, secara relatif
technicalskill makin kurang urgensinya.
· Conceptual skill
Di dalam melihat sesuatu secara keseluruhan
yang kemudian dapat merumuskannya, seperti dalam mengambil keputusan,
menentukan kebijakan dan lain-lain. Dalam hubungan perlu ditekankan bahwa
seorang pemimpin yang baik, adalah pemimpin yang tidak melaksanakan sendiri
tindakan-tindakan yang bersifat operasional. Lebih banyak merumuskan
konsep-konsep. Keterampilan ini ada juga yang menyebut dengan managerial skill.
G.
Pendekatan Kepemimpinan Pendidikan
a. Pendekatan menurut pengaruh
kewibawaan (power influence approach)
Menurut pendekatan ini, dikatakan bahwa keberhasilan
pemimpin dipandang dari segi sumber dan terjadinya semua kewibawaan yang ada
pada para pemimpin, dan dengan cara yang bagaimana para pemimpin menggunakan
kewibawaan tersebut kepada bawahan. Pendekatan ini menekankan sifat timbal
balik, proses saling mempengaruhi dan pentingnya pertukaran hubungan kerja sama
antara para pemimpin dengan bawahan.
b. Pendekatan sifat (the traits
approach)
Pendekatan ini menekankan pada kualitas pemimpin.
Keberhasilan pemimpin ditandai oleh daya kecakapan luar biasa yang dimiliki
oleh para pemimpin seperti: tidak kenal lelah atau penuh energy, intuisi yang
tajam, tinjau ke masa depan yang tidak sempit, dan kecakapan keyakinan yang
sangat menarik.
c. Pendekatan
Perilaku (behaviorial approach)
Pendekatan perilaku memandang kepemimpinan dapat
dipelajari dari dari pola tingkah laku dan bukan sifat-sifatnya. Studi ini
melihat dan mengidentifikasi prilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya
untuk mempengaruhi anggota-anggota kelompok atau pengikutnya. Perilaku pemimpin
ini dapat berorientasi pada tugas keorganisasian ataupun pada hubungan dengan
anggota kelompoknya. Pendekatan ini menitik beratkan pandangannya pada dua
aspek perilaku kepemimpinan yaitu : fungsi-funsi kepemimpinan dan gaya-gaya
kepemimpinan.
d. Pendekatan
kontingensi/ situasi
Pendekatan kontingensi menekankan pada cirri-ciri
pribadi pemimpin dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau
memprkirakan ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan dengan garis pedoman
perilaku yang bermanfaat yang didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang
bersifat kepribadian dan situasional.
BAB
III
TEMUAN
EMPIRIK DAN PEMBAHASAN
A.
Temuan Empirik
Guru, wali kelas, kepala sekolah,
pengawasa, kepala kantor bidang pendidikan ada semua tingkatan, semua tenaga
edukatif pada kantor dinas kepa direktorat dalam lingkungan direktorat jenderal
pendidikan ketua jurusan, dekan, rector dan pembantu-pembantunya pada sekolah
tinggi, akademi, institusi dan universita, ahli-ahli ilmu pendidikan dan masih
banyak lagi, mereka merupakan pemimpin pendidakan. Pada pokoknya setiap orang
yang mempunyai kelebihan dalam kemampuan dan pribadinya, dan dengan
kelebihannya itu dapat mempengaruhi, mengajar, membimbing, mendorong, menggerakan,
dan mengkordinasikan staf pendidikan lainnya ke arah peningkatan atau perbaikan
mutu pendidikan dan pengajaran, maka ia telah melaksanakan fungsi kepemimpinan
pendidikan, dan ia tergolong sebagai pemimpin pendidikan.
Dengan demikian maka pemimpin pendidikan
itu dapat berstatus pemimpin resmi . kepemimpinan resmi dimiliki oleh meraka
yang menduduki posisi dalam struktur organisasi pendidikan, baik secara resmi
oleh pihak atasan atau yang berwenang maupun karena dipilih secara resmi
menjadi pemimpin oleh anggota staf pelaksana pendidikan dimana ia
bekerja. Misalnya kepala sekolah, kepala dinas pendidikan adalah termasuk
kategori pemimpin resmi dan memiliki kepemimpinan resmi dilihat dari segi
posisi dan sistem pengangkatannya. Kepemimpinan tidak resmi bisa dimiliki oleh
mereka yang mempengaruhi, member tauladan, dan mendorong ke arah perbaikan.
Ø Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah
menghadapi tantangan yang berat, untuk itu ia harus memiliki persiapan yang
memadai. Karena banyak tanggung jawab maka kepala sekolah memerlukan pembantu.
Ia hendaknya belajar bagaimana mendelegasikan wewenag dan tanggung jawab
sehingga ia dapat memusatkan perhatiannya pada usaha pembinaan program
pengajaran.
11
|
B. Pembahasan
1. Model-model
kepemimpinan dalam pendidikan
a. Kepemimpinan
Visioner
kepemimpinan Visioner adalah
kemampuan pemimpin dalam mencipta, merumuskan,
mengkomunikasikan/mensosialisasikan/ mentransformasikan dan mengimplementasikan
pemikiran - pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil
interaksi sosial antara anggota organisasi yang diyakini sebagai cita-cita
organisasi dimasa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen
semua personil.
Seseorang dapat dikatakan sebagai
pemimpin yang Visioner dalam menghasilkan pendidikan yang produktif, bila
selama melaksanakan tanggugjawabnya sebagai sebagai seorang pemimpin dapat
mengelola proses pendidikannya yang tersedia (jika memungkinkan mengadakan
sumber daya yang baru) telah berhasil menciptakan output yang sesuai dengan
visi yang ditetapkan dan berdaya guna menjadi SDM yang handal sesuai dengan
harapan atau keinginan stakeholder/pengguna jasa pendidikan, dimana hasilnya
dapat menciptakan lulusan yang memiliki benefit terhadap individu yang
melakukannya berupa kemampuan / keahlian yang relevan dengan kehidupan dan
dapat menolong diri dan keluarga dalam kehidupannya.
Agar menjadi pemimpin yang
visioner, maka seseorang harus :
a. Memahami
konsep visi
Visi adalah idealisasi pemikiran tentang masa depan
organisasi yang merupakan kekuatan kunci bagi perubahan organisasi yang
menciptakan budaya dan perilaku organisasi yang maju dan antisipasi terhadap
persaingan global sebagai tantangan zaman.
b. Memahami karakteristik
dan unsure visi.
Suatu visi memiliki karakteristik sebagai berikut :
-
Memperjelas arah dan tujuan, mudah dimengerti dan diartikulasikan
-
Mencerminkan cita-cita yang tinggi
-
Menumbuhkan inspirasi, semangat, kegairahan, dan komitmen
-
Menciptakan makna bagi anggota organisasi
-
Menyiratkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh organisasi
-
Kontekstual dalam arti memperhatikan secara seksama hubungan organisasi dengan
lingkungan dan sejarah perkembangan organisasi yang bersangkutan.
b. Kepemimpinan
Transformasional
Kepemimpinan transformasional
dibangun dari dua kata, yaitu kepemimpinan dan transformasioanal. Kepemimpinan
sebagaimana yang telah dijelaskan diawal merupakan setiap tindakan yang
dilakukan oleh seseorang untuk mengkoordinasikan, mengarahkan dan mempengaruhi
orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Istilah
transformasi berasal dri kata transform, yang bermakna mentransformasikan atau
mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda, misalnya mentransformasikan
visi menjadi realita, atau mengubah sesuatu yang potensial menjadi actual.
Burns (1978) orang yang
disebut-sebut sebagai yang pertama kali menggagaskannya, mendefinisikan
kepemimpinan transformasional sebagai “a process in which leaders and followers
raise to higher leves of morality and motivation”. Gaya kepemimpinan
semacam ini akan mampu membawa kesadaran para pengikut dengan memunculkan
ide-ide produktif, hubungan yang sinergikal, kebertanggungjawaban, kepedulian
edukasional dan cita-cita bersama, pemimpin dengan kepemimpinan
transformasional adalah kepemimpinan yang memiliki visi ke depan dan mampu
mengidentifikasikan perubahan lingkungan serta mampu mentransformasi perubahan
tersebut ke dalam organisasi, mempelopori perubahan dan memberikan motivasi dan
inspirasi kepada individu untuk kreatif dan inovatif serta membangun kerja sama
yang solid. Yuki (1996) menyimpulkan esensi kepemimpinan transformasional
adalah memberdayakan para pengikutnya untuk bekerja secara efektif dengan
membangun komitmen mereka terhadap nilai-nilai baru, mengembangkan keterampilan
dan kepercayaan mereka, menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya
inovasi dan kreativitas.
Pemimpin transformasioal
sesungguhnya merupakan agen perubahan, karena memang erat kaitannya dengan
transformasi yang terjadi dalam suatu organisasi. Fungsi utamanya adalah
berperan sebagai katalis perubahan, bukanya sebagai control perubahan. Seorang
pemimpin transformasional memiliki visi yang jelas, memiliki gambaran holistic
tentang bagaimana organisasi dimasa depan ketika semua tujuan dan sasarnnya
telah tercapai.
Karakteristik pemimpin trasformasional, menurut Aan
Komariah dan Cepi Triatna (2006;78) adalah sebagai berikut :
1.
Pemimpin yang memiliki wawasan jauh ke depan dan
berupaya memperbaiki dan mengembangkan organisasi bukan untuk saat ini tetapi
di masa datang. Dan oleh karena itu pemimpin ini dapat dikatakan pemimpin
visioner.
2.
Pemimpin sebagai agen perubahan dan bertindak
sebagai katalisator, yaitu yang memberi peran mengubah sistem ke arah yang
lebih baik. Katalisator adalah sebutan lain untuk pemimpin transformasional
karena ia berperan meningkatkan segala sumber daya manusia yang ada.
Berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja cepat
semaksimal mungkin, selalu tampil sebagai pelopor dan pembawa perubahan.
Model
kepemimpinan trasformasional dalam bidang pendidikan memang perlu
diterapkan seperti kepala sekolah, kepala dinas, dirjen dll. Model
kepemiminan ini memang perlu diterakan sebagai salah satu solusi krisis pemimin
pendidikan terutama dalam bidang pendidikan. Adapun alas an-alasan mengapa
perlu diterapkan model kepemimpinan transformasional didasarkan pendapat Epitropika
(2001:1) mengemukakan enam hal mengapa kepemimpinan transformasional
penting bagi suatu organisasi, yaitu:
1.
Secara signifikan meningkatkan kinerja
organisasi
2.
Secara positif dihubungkan dengan orientasi
pemasaran jangka panjang dan kepuasan pelanggan
3.
Membangkitkan komitmen yang lebih tinggi
kepada para anggotanya terhadap organisasi
4.
Meningkatkan kepercayaan pekerja dalam manajemen
dan perilaku keseharian organisasi
5.
Meningkatkan kepuasan pekerja melalui pekerjaan
dan pemimpin
6.
Mengurangi stress para kinerja dan meningkatkan
kesejahteraan.
Implementasi model kepemimpinan
transformasional dalam organisasi pendidikan perlu memperhatikan hal- hal
sebagai berikut :
1.
Mengacu pada nilai-nilai agama yang ada
dalam organisasi atau bahkan suatu negara
2.
Disesuaikan dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam sistem organisasi tersebut
3.
Karena sistem pendidikan merupakan suatu
sub sistem maka harus memperlihatkan sistem yang lebih besar yang ada
diatasnya seperti sistem negara
4.
Menggali budaya yang ada dalam organisasi
tersebut
2. Struktur
Organisasi Sekolah
Organisasi secara umum dapat
diartikan memberi struktur atau susunan yakni dalam penyusunan penempatan
orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan
antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab
masing-masing. Dalam suatu susunan atau struktur organisasi dapat dilihat
bidang, tugas dan fungsi masing-masing kesatuan serta hubungan vertikal
horizontal antara kesatuan-kestuan tersebut.
Dalam penyelenggaraan pendidikan
lembaga pendidikan tidak dapat lepas dari organisasi negara. Untuk organisasi
ini Mulyani A. Nurhadi membedakan menjadi dua yaitu organisasi makro dan mikro.
Organisasi pendidikan makro adalah organisasi pendidikan dilihat dari segi
organisasi secara luas. Dalam struktur organisasi, organisasi pendidikan pada
tingkat makro dibedakan atas: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tingkat
Pusat, Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Pendidikan
Dan Kebudayaan di Kabupaten/Kotamadya dan Kantor Pendidikan dan Kebudayaan
tingkat Kecamatan. Organisasi pendidikan mikro adalah organisasi pendidikan
dilihat dengan titik tolak dengan unit-unit yang ada pada suatu sekolah atau
lembaga pendidikan penyelenggara langsung proses belajar mengajar. Struktur
disetiap sekolah atau lembaga tidak seluruhnya sama. Mungkin disuatu sekolah
terdapat sesuatu unit sekolah yang disekolah lain tidak terdapat karena
disebabkan kekurangan tenaga atau sarana lain.
Organisasi sekolah adalah sistem
yang bergerak dan berperan dalam merumuskan tujuan pendewasaan manusia sebagai
mahluk sosial agar mampu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan begitu disana
kita bisa belajar bagaimana cara menyikapi diri kita ketika berhadapan dengan
suatu masalah sehingga kita bisa menyelesaikannya. Dengan pendewasaan maka kita
dapat menyikapi masalah kita dengan baik dan kita juga mampu berinteraksi
sebagai mana peran kita didalam suatu lingkungan.
Definisi organisasi sekolah dari para ahli:
Organization is the form of every human association
for the attainment of comon purpose (James D. Oony)
An organization as a system of cooperative activities
of two or more persons (Chester I. Barnard)
Dari defini tersebut kita dapat
menyimpulkan bahwa organisasi adalah sebuah bentuk atau sistem yang terdiri
dari sekelompok manusia yang berkerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Oleh
sebab itu sekolah dikatakan sebagai sebuah organisasi karena sekolah didirikan
untuk mencapai tujuan bersama khususnya di bidang pendidikan.
a. Bentuk-Bentuk Organisasi Sekolah
Setiap unit kerja dipimpin oleh
seorang kepala/pimpinan yang menduduki posisi menurut tingkat unit kerjanya di
dalam keseluruhan organisasi. Posisi, tanggung jawab dan wewenang di dalam
suatu kelompok formal terikat pada struktur dan dibatasi oleh
peraturan-peraturan yang mendasari pembentukan organisasi kerja tersebut.
Hubungan kerja yang didasari wewenang dan tanggung jawab, baik secara vertikal
maupun horizontal dan diagonal akan menunjukan pola tertentu sebagai mekanisme
kerja. Dengan kata lain pembagian tugas, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
serta arus perwujudan tugas, akan menggambarkan tipe atau bentuk organisasi
kerja. Tipe-tipe organisasi itu antara lain:
1). Organisasi Lini (Line Organization)
Dalam tipe ini semua hak dan
kekuasaan berada pada pimpinan tertinggi. Personal yang lain disebut bawahan
tidak mempunyai hak dan kekuasaan sekecil apa pun karena hanya berkedudukan
sebagai pelaksana tugas dari atasan. Tidak dibenarkan adanya inisiatif dan
kreativitas, semua tugas harus dilaksanakan sebagaimana diperintahkan. Saluran
perintah dan penyampaian tanggung jawab dalam organisasi tipe ini dilakukan
melalui prosedur dari atas ke bawah dan sebaliknya.
2). Organisasi Staf (Staff Organization)
Dalam tipe ini semua hak,
kekuasaan dan tanggung jawab dibagi habis pada unit kerja yang ada secara
bertingkat. Setiap unit memperoleh sebagian hak dalam menentukan kebijakan
sepanjang tidak bertentangan dengan kebijaksanaan umum dari pimpinan tertinggi.
Wewenang dan tanggung jawab dilimpahkan secara luas, sehingga pimpinan berkedudukan
sebagai koordinator. Tanggung jawab disampaikan secara bertingkat sesuai dengan
hak dan kekuasaan yang dilimpahkan.
3). Bentuk Gabungan (Line and Staff Organization)
Tipe ini sebagai gabungan dari
kedua tipe di atas, menempatkan pimpinan tertinggi sebagai pemegang hak dan
kekuasaan tertinggi dan terakhir. Tidak semua hak, kekuasaan dan tanggung jawab
dibagi habis pada unit kerja yang ada, tugas yang bersifat prinsipil tetap
berada pada atasan/pimpinan tetinggi. Pimpinan unit kerja sebagai staf memperoleh
wewenang dalam bidang kerja masing-masing sepanjang tidak berhubungan dengan
tugas yang menjadi wewenang atau kekuasaan pimpinan tertinggi.
4). Organisasi Fungsional (Fungsional Organization)
Dalam tipe ini pembagian hak dan
kekuasaan dilakukan berdasar fungsi yang diemban oleh unit kerja dan terbatas
pada tugas-tugas yang memerlukan keahlian khusus. Sehingga personal yang
diangkat dan menerima wewenang untuk menjalankan kekuasaan diserahkan pada
orang yang mempunyai keahlian dalam bidang kerja masing-masing. Wewenang yang
dilimpahkan dibatasi mengenai bidang teknis yang memerlukan keahlian tertentu
secara khusus.
b. Macam-macam Struktur Organisasi
Struktur Organisasi pendidikan
yang pokok ada dua macam yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Di antara kedua
struktur tersebut terdapat beberapa struktur campuran yakni yang lebih
cenderung ke arah sentralisasi mutlak dan yang lebih mendekati disentralisasi
tetapi beberapa bagian masih diselenggarakan secara sentral. Pada umumnya,
struktur campuran inilah yang berlaku dikebanyakan negara dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bagi bangsanya.
1). Struktur Sentralisasi
Di negara-negara yang organisasi
pendidikannya di jalankan secara sentral, yakni yang kekuasaan dan tanggung
jawabnya dipusatkan pada suatu badan di pusat pemerintahan maka pemerintah
daerah kurang sekali atau sama sekali tidak mengambil bagian dalam administrasi
apapun.
Segala sesuatu yang mengenai
urusan-urusan pendidikan, dari menentukan kebijakan (poliey) dan perencanaan,
penentuan struktur dan syarat-syarat personel, urusan kepegawaian, sampai
kepada penyelenggaraan bangunan-bangunan sekolah, penentuan kurikulum,
alat-alat pelajaran, soal-soal dan penyelenggaraan ujian-ujian, dan sebagainya.
Semuanya ditentukan dan ditetapkan oleh dan dari pusat. Sedangkan bawahan dan
sekolah-sekolah hanya merupakan pelaksana-pelaksana pasif dan tradisional
semata-mata.
Sesuai dengan sistem sentralisasi
dalam organisasi pendidikan ini, kepala sekolah dan guru-guru dalam kekuasaan
dan tanggung jawabnya, serta dalam prosedur-prosedur pelaksanaan tugasnya
sangat dibatasi oleh peraturan-peraturan dan instruksi-instruksi dari pusat
yang diterimanya melalui hirarki atasannya.
Dalam sistem sentralisasi semacam
ini, ciri-ciri pokok yang sangat menonjol adalah keharusan adanya uniformitas
(keseragaman) yang sempurna bagi seluruh daerah di lingkungan negara itu.
Keseragaman itu meliputi hampir semua kegiatan pendidikan, teutama di
sekolah-sekolah yang setingkat dan sejenis.
Adapun keburukan/keberatan yang prinsipal ialah :
(a)
Bahwa administrasi yang demikian cenderung
kepada sifat-sifat otoriter dan birokratis. Menyebabkan para pelaksana
pendidikan, baik para pengawas maupun kepala sekolah serta guru-guru menjadi
orang-orang yang pasif dan bekerja secara rutin dan tradisional belaka.
(b)
Organisasi dan administrasi berjalan sangat kaku
dan seret, disebabkan oleh garis-garis komunikasi antara sekolah dan pusat
sangat panjang dan berbelit-belit, sehingga kelancaran penyelesaian
persoalan-persoalan kurang dapat terjamin.
(c)
Karena terlalu banyak kekuasaan dan pengawasan
sentral, timbul penghalang-penghalang bagi inisiatif setempat, dan
mengakibatkan uniformalitas yang mekanis dalam administrasi pendidikan, yang
biasanya hanya mampu untuk sekedar hanya membawa hasil-hasil pendidikan yang
sedang atau sedikit saja.
2). Struktur Desentralisasi
Di negara-negara yang organisasi
pendidikannya di-desentralisasi, pendidikan bukan urusan pemerintah pusat,
melainkan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan rakyat setempat.
Penyelenggaraan dan pengawasan sekolah-sekolah pun berada sepenuhnya dalam
tangan penguasa daerah.
Kemudian pemerintah daerah
membagi-bagikan lagi kekuasaannya kepada daerah yang lebih kecil lagi, seperti
kabupaten/kotapraja, distrik, kecamatan dan seterusnya dalam penyelengaraan dan
pembangunan sekolah, sesuai dengan kemampuan, kondisi-kondisi, dan kebutuhan
masing-msing. Tiap daerah atau wilayah diberi otonomi yang sangat luas yang
meliputi penentuan anggaran biaya, rencana-rencana pendidikan, penentuan
personel/guru, gaji guru-guru pegawai sekolah, buku-buku pelajaran, juga
tentang pembangunan, pemakaian serta pemeliharaan gedung sekolah.
Dengan struktur organisasi
pendidikan yang dijalankan secara desentralisasi seperti ini, kepala sekolah
tidak semata-mata merupakan seorang guru kepala, tetapi seorang pemimpin,
profesional dengan tanggung jawab yang luas dan langsung terhadap hasil-hasil
yang dicapai oleh sekolahnya. Ia bertanggung jawab langsung terhadap
pemerintahan dan masyarakat awasan dan sosial-control yang langsung dari
pemerintahan dan masyarakat setempat. Hal ini disebabkab karena kepala sekolah
dan guru-guru adalah petugas-petugas atau karyawan-karyawan pendidik yang
dipilih, diangkat, dan diberhentikan oleh pemerintah daerah setempat.
Tentu saja, sistem desentralisasi
yang ekstrim seperti ini ada kebaikan dan keburukannya. Beberapa kebaikan yang
mungkin terjadi ialah :
(a)
Pendidikan dan pengajaran dapat disesuaikan
dengan memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
(b)
Kemungkinan adanya persaingan yang sehat diantara
daerah atau wilayah sehingga masing-masing berlomba-lomba untuk
menyelenggarakan sekolah dan pendidikan yang baik.
(c)
Kepala sekolah, guru-guru, dan petugas-petugas
pendidikan yang lain akan bekerja dengan baik dan bersungguh-sungguh karena
dibiayai dan dijamin hidupnya oleh pemerintah dan masyarakat setempat.
Adapun keburukannya adalah sebagai berikut :
(a)
Karena otonomi yang sangat luas, kemungkinan
program pendidikan diseluruh negara akan berbeda-beda. Hal ini akan menimbulkan
perpecahan bangsa.
(b)
Hasil pendidikan dan pengajaran tiap-tiap daerah
atau wilayah sangat berbeda-beda, baik mutu, sifat maupun jenisnya, sehngga
menyulitkan bagi pribadi murid dalam mempraktekkan pengetahuan atau
kecakapannya dikemudian hari di dalam masyarakat yang lebih luas.
(c)
Kepala sekolah, guru-guru, dan petugas
pendidikan lainnya cenderung untuk menjadi karyawan-karyawan yang
materialistis, sedangkan tugas dan kewajiban guru pada umumnya lain dari pada
karyawan-karyawan yang bukan guru.
(d)
Penyelenggaraan dan pembiayaan pendidikan yang
diserahkan kepada daerah atau wilayah itu mungkin akan sangat memberatkan beban
mayarakat setempat(Ngalim Purwanto, 1991:26-27).
c. Pendekatan-pendekatan organisasi sekolah
1). Peningkatan Mutu Pendidikan
Menurut Mulyani A. Nurhadi ketika
menyampaikan makalahnya pada seminar nasional Peningkatan Kualitas Pendidikan
(2005)dengan mengutip hasil penelitian yang dilakukan David Chapman dan Don
Adam terhadap 19 penelitian oleh Simon dan Alexander terhadap 11 penelitian
diberbagai negara serta Woessman menunjukkan berbagai faktor yang mempengaruhi
mutu hasil pendidikan secara signifikan.
Rangkuman hasil penelitian itu dapat digambarkan
sebagai berikut:
Komponen Faktor Kunci
1. Guru/tenaga pendidik
- lamanya mengajar di kelas
- lamanya persiapan mengajar
- pemilihan metode mengajar
- memberikan pekerjaan rumah
- pengalaman
- tingkat pendidikan
2. Buku
- digunakan untuk belajar
- jumlah jam membaca di rumah
- digunakan untuk pekerjaan rumah
- penggunaan lembar kerja
3. Laboratorium
- efektivitas penggunaan laboratorium
4. Manajemen
- kreasi meningkatkan akuntabilitas
- kreasi mengoptimalkan sumber daya
- membagi informasi
- pemberdayaan dan komitmen
- mobilisasi masyarakat
- struktur organisasi yang mendukung
- kepemimpinan sekolah
Melalui hasil penelitian tersebut
kita selayaknya membangun pendidikan untuk mencerdaskan dan memberadapkan
bangsa sesuai arah pembangunan nasional untuk mentransformasikan peradaban
Indonesia agraris menuju peradaban industrial yang canggih, elok, dan unggul.
2). Perencanaan Pembangunan Pendidikan
Menurut Beeby (dalam Jusuf Enoch,
1992), bahwa perencanaan pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan
dalam hal menentukan kebijaksanaan, prioritas dan biya pendidikan dengan
mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial, dan
politik untuk pengembangan potensi sistem pendidikan nasional, memenuhi
kebutuhan bangsa dan anak didik yang dilayani oleh sistem tersebut.
Permasalahan yang dihadapi
pendidikan nasional kita pada umumnya sebagai berikut:
1. Tingkat pendidikan rendah
2. Dinamika struktur penduduk belum terakomodasi
3. Kesenjangan tingkat pendidikan
4. Fasilitas pendidikan belum memadai
5. Kualitas pendidikan rendah
6. Manajemen belum efektif, efisien, dan akuntabel
7. Anggaran rendah
Bila demikian halnya permasalahan
yang dihadapi oleh pendidikan, maka kebijakan yang ditempuh dalam merencanakan
pendidikan harus dapat mewujudkan 3 (tiga) program kegiatan yaitu:
1. Perluasan dan pemerataan kesempatan belajar
2. Peningkatan mutu dan relevansi
3. Governance dan akuntabilitas
d. Pentingnya Organisasi Sekolah
Organisasi secara umum dapat
diartikan memberi struktur atau susunan yakni dalam penyusunan/ penempatan
orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan
antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab
masing-masing. Penentuan struktur, hubungan tugas dan tanggung jawab itu
dimaksudkan agar tersusun suatu pola kegiatan untuk menuju ke arah tercapainya
tujuan bersama.
Organisasi sekolah yang baik
menghendaki agar tugas-tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan
penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan
baik sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang telah ditentukan. Sekolah
sebagai lembaga pendidikan sesudah semestinya mempunyai organisasi yang baik
agar tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya. Kita mengetahui unsur
personal di dalam lingkungan sekolah adalah, kepala sekolah, guru, karyawan,
dan murid. Di samping itu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ada di
bawah instansi atasan baik itu kantor dinas atau kantor wilayah departemen yang
bersangkutan. Di negara kita, kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di
sekolah itu, sehingga ia berperan sebagai pemimpin sekolah dan dalam struktur
organisasi sekolah ia didudukkan pada tempat paling atas.
Melalui struktur organisasi yang
ada tersebut orang akan mengetahui apa tugas dan wewenang kepala sekolah, apa
tugas guru, apa tugas karyawan sekolah (yang biasa dikenal sebagai pengawai
tata usaha).
Demikian juga terlihat apakah di
suatu sekolah dibentuk satuan tugas (unit kerja) tertentu seperti bagian UKS
(Usaha Kesehatan Sekolah), bagian perpustakaan, bagian kepramukaan, dan
lain-lain sehingga keadaan ini tentunya akan memperlancar jalannya "roda"
pendidikan di sekolah tersebut.
Dengan organisasi yang baik dapat
dihindari tindakan kepala sekolah yang menunjukkan kekuasaan yang berlebihan
(otoriter). Suasana kerja dapat lebih berjiwa demokratis karena timbulnya
partisipasi aktif dari semua pihak yang bertanggung jawab. Partisipasi aktif
yang mendidik (pedagogis) dapat digiatkan melalui kegairahan murid sendiri yang
bergerak dengan wadah OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Oleh karena itu di
dalam memikirkan pembentukan organisasi sekolah, maka fungsi dan peranan OSIS
tidak boleh dilupakan.
e. Faktor-faktor pertimbangan Menyusun Organisasi
Sekolah
1). Tingkat Sekolah
Berdasarkan tingkatnya sekolah yang ada di Indonesia
dapat dibedakan atas :
(a)
Sekolah Dasar (SD)
(b)
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
(c)
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
(d)
Perguruan Tinggi
Keadaan fisik dan perkembangan
jiwa anak jelas berbeda antara anak tingkat yang satu dengan tingka berikutnya.
Contohnya : di sekolah dasar biasanya tidak ada seksi bimbingan penyuluhan
(Guidance and Conseling) sebab masalah ini merupakan tugas rangkapan dari
kepala sekolah, dan hingga saat ini yang memegang adalah pemerintah dan
Departemen P dan K tidak atau belum mengangkat seorang pembimbing khusus bagi
sekolah dasar.
Lain halnya dengan sekolah lanjutan,
biasanya tersedia satu orang tenaga konselor atau pembimbing dengan tugas
pokoknya sebagai pembimbing. Karena itu biasanya di sekolah lanjutan dalan
struktur organisasinya kita dapati seksi GC (Guidance and Conseling/ seksi
bimbingan penyuluhan). Masih banyak bidang-bidang lain yang ditangani secara
khusus pada sekolah lanjutan tetapi tidak demikian pada sekolah dasar, misalnya
masalah Organisasi Intara Sekolah (OSIS), penggarapan majalah dinding,
pengelolaan perpustakaan sekolah, dan bagian pengajaran yang menangani
kelancaran dan pengembangan kurikulum/program pendidikan dan pengajaran.
Pada perguruan tinggi yang kita
jumpai banyak bidang tugas yang ditangani secara khusus lebih banyak daripada
tugas-tugas dari sekolah lanjutan. Ciri khas perguruan tinggi di Indonesia yang
mengemban tugas Tri Dharma perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat memungkinkan perguruan tinggi berkembang secara
otonom, sehingga semakin bervariasi susunan organisasinya.
2). Jenis Sekolah
Berdasarkan jenis sekolah, kita
membedakan ada sekolah umum dan sekolah kejuruan. Sekolah umum adalah
sekolah-sekolah yang program pendidikannya bersifat umum dan bertujuan utam
untuk melajutkan studi ketingkat yang lebih tinggi lagi. Sedangkan yang
dimaksud sekolah kejuruan adalah sekolah-sekolah yang pendidikannya mengarah
kepada pemberian bekal kecakapan atau keterampilan khusus setelah selesai
studinya, anak didik dapat langsung memasuki dunia kerja dalam masyrakat.
Dengan melihat perbedaan program
pendidikan (kurikulum dan tujuan) yang hendak dicapai maka struktur organisasi
sekolah yang berlainan jenis tersebut pasti berlainan pula. Perbedaan
organisasi ini mungkin dapat digambarkan antara lain sebagai berikut :
Pada sekolah kejuruan terdapat petugas (koordinator)
praktikum, sedangkan pada sekolah umum tidak. Pada sekolah kejuruan terdapat
petugas bagian ketenaga kerjaan penempatan alumni, sedangkan pada sekolah umum
tidak.
3). Besar Kecilnya Sekolah
Sekolah yang besar tentulah
memiliki jumlah murid, jumlah kelas, jumlah tenaga guru, dan karyawan serta
fasilitas yang memadai. Sekolah yang kecil adalah sekolah yang cukup memenuhi
syarat minimal dari ketentuan yang berlaku. Tipe sekolah secara implisit
menunjukkan besar kecilnya sekolah yang bersangkutan. Dengan begitu akan
mempengaruhi penyusunan struktur organisasi sekolah karena makin besar jumlah
murid tentu saja semakin beraneka ragam kegiatan yang dapat dilakukan baik yang
bersifat kurikuler maupun kegiatan-kegiatan penunjang pendidikan.
4). Letak dan Lingkungan Sekolah
Letak sebuah sekolah dasar yang
ada di daerah pedesaan aan mempengaruhi kegiatan sekolah tersebut, berbeda
dengan sekolah dasar yang ada di kota, demikian pula sekolah lanjutan pertama
yang kini mulai didirikan hampir di setiap daerah kecamatan, kegiatan dan
programnya tentulah berbeda dengan sekolah-sekolah lanjutan di kota apalagi di
kota besar. Ada kecenderungan yang nyata, bahwa sekolah-sekolah di pedesaan
lebih berintegrasi dengan masyarakat sekitarnya. Hal ini berakibat pula ada
hubungan yang lebih akrab diantara orang tua murid dengan sekolah.
Dari segi keadaan lingkungan atau
masyarakat sekitar sekolah mungkin ada dalam lingkungan masyarakat petani,
masyrakat nelayan, masyarakat buruh, masyarakat pegawai negeri, dan lain-lain.
Perhatikan kelompok masyarakat yang berbeda ini terhadap dunia pendidikan bagi
anak-anak mereka di sekolah pasti menunjukkan berbagai variasi perbedaan. Oleh
karenanya dalam penyusunan struktur organisasi sekolah, hal-hal tersebut perlu
diperhatikan.
e. Bagan Struktur Organisasi
2.1.Wewenang dan tanggung jawab organisasi sekolah
Setelah mengetahui struktur
sekolah seperti apa, maka sebaiknya kita juga harus tahu apa saja wewenang dan
tanggung jawab sekolah. Sebelum itu kita lihat pengertian dari wewenang dan
tanggung jawab itu sendiri.
Wewenang ( Authority ) merupakan
syaraf yang berfungsi sebagai penggerak dari pada kegiatan-kegiatan. Wewenang
yang bersifat informal, untuk mendapatkan kerjasama yang baik dengan bawahan.
Disamping itu wewenang juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan,
pengalaman dan kepemimpinan. Wewenang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasi. Wewenang dapat diartikan sebagai
hak untuk memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
agar tujuan dapat tercapai.
T. Hani Handoko membagi wewenang
dalam dua sumber, yaitu teori formal ( pandangan klasik ) dan teori penerimaan.
Wewenang formal merupakan wewenang pemberian atau pelimpahan dari orang lain.
Wewenang ini berasal dari tingkat masyarakat yang sangat tinggi dan secara
hukum diturunkan dari tingkat ke tingkat. Berdasarkan teori penerimaan (
acceptance theory of authority ) wewenang timbul hanya bila hal diterima oleh
kelompok atau individu kepada siapa wewenang tersebut dijalankan dan ini tidak
tergantung pada penerima ( reciver ).
Chester Bamard mengatakan bahwa
seseorang bersedia menerima komunikasi yang bersifat kewenangan bila memenuhi :
1. Memahami komunikasi tersebut
2. Tidak menyimpang dari tujuan organisasi
3. Mampu secara mental dan phisik untuk mengikutinya.
Agar wewenang yang dimiliki oleh
seseorang dapat di taati oleh bawahan maka diperlukan adanya:
1. Kekuasaan ( power ) yaitu kemampuan untuk
melakukan hak tersebut, dengan cara mempengaruhi individu, kelompok, keputusan.
Menurut jenisnya kekuasaan dibagi menjadi dua yaitu :
(a) Kekuasaan
posisi ( position power ) yang didapat dari wewenang formal, besarnya ini
tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.
(b) Kekuasaan
pribadi ( personal power ) berasal dari para pengikut dan didasarkan pada
seberapa besar para pengikut mengagumi, respek dan merasa terikat pada
pimpinan.
Macam-macam kekuasaan:
(a) Kekuasaan
balas jasa ( reward power ) berupa uang, suaka, perkembangan karier dan
sebagainya yang diberikan untuk melaksanakan perintah atau persyaratan lainnya.
(b) Kekuasaan
paksaan ( Coercive power ) berasal dari apa yang dirasakan oleh seseorang bahwa
hukuman ( dipecat, ditegur, dan sebagainya ) akan diterima bila tidak melakukan
perintah,
(c) Kekuasaan
sah ( legitimate power ) Berkembang dari nilai-nilai intern karena seseorang
tersebut telah diangkat sebagai pemimpinnya.
(d) Kekuasaan
pengendalian informasi ( control of information power ) berasal dari
pengetahuan yang tidak dipercaya orang lain, ini dilakukan dengan pemberian
atau penahanan informasi yang dibutuhkan.
(e) Kekuasaan
panutan ( referent power ) didasarkan atas identifikasi orang dengan pimpinan
dan menjadikannya sebagai panutan.
(f) Kekuasaan
ahli ( expert power ) yaitu keahlian atau ilmu pengetahuan seseorang dalam
bidangnya.
Tanggung jawab dan akuntabilitas
tanggung jawab (responsibility) yaitu kewajiban untuk melakukan sesuatu yang
timbul bila seorang bawahan menerima wewenang dari atasannya. Akuntability
yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan tanggung jawab yang
dilimpahkan kepadanya. Yang penting untuk diperhatikan bahwa wewenang yang
diberikan harus sama dengan besarnya tanggung jawab yang akan diberikan dan
diberikan kebebasan dalam menentukan keputusan-keputusan yang akan diambil. Pengaruh
( influence ) yaitu transaksi dimana seseorang dibujuk oleh orang lain untuk
melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan harapan orang yang mempengaruhi.
Pengaruh dapat timbul karena status jabatan, kekuasaan dan menghukum, pemilikan
informasi lengkap juga penguasaan saluran komunikasi yang lebih baik.
Setelah melihat pengertian
wewenang dan tanggung jawab di atas, dapat disimpulkan bahwa wewenang dan
tanggung jawab sekolah adalah hak dari organisasi sekolah untuk memerintah
orang lain untuk melakukan sesuatu di sertai pertanggung jawaban dari
organisasi sekolah dalam mengambil keputusan agar tujuan dapat tercapai.
Berikut ini adalah pembagian
wewenang dan tanggung jawab dalam organisasi sekolah:
1)
Kepala sekolah
Wewenang dan Tanggung Jawab,
antara lain :
(a)
Menjaga terlaksananya dan ketercapaian program
kerja sekolah
(b)
Menjabarkan, melaksanakan dan mengembangkan
Pembelajaran Kurikulum/Program
(c)
Mengembangkan SDM
(d)
Melakukan pengawasan dan supervisi tenaga
pendidik dan kependidikan
(e)
Melakukan hubungan kerjasama dengan pihak luar
(f)
Merencanakan, mengelola dan mempertanggung
jawabkan keuangan
(g)
Mengangkat dan menetapkan personal struktur
organisasi
(h)
Menetapkan program kerja sekolah
(i)
Mengesahkan perubahan kebijakan mutu organisasi
(j)
Melegalisasi dokumen organisasi
(k)
Memutuskan mutasi siswa
(l)
Mengusulkan promosi dan mutasi pendidik dan
tenaga kependidikan
(m)
Menerbitkan dokumen yang dikeluarkan sekolah
(n)
Memberi pembinaan warga sekolah
(o)
Memberi penghargaan dan sanksi
(p)
Memberi penilaian kinerja pendidik dan tenaga
kependidikan
2)
Komite sekolah
Wewenang dan Tanggung Jawab, antara lain :
(a)
Memberikan masukan terhadap kebijakan mutu
pendidikan
(b)
Mengawasi kebijakan sekolah.
(c)
Kepala Tata usaha
(d)
Wewenang dan Tanggung Jawab, antara lain :
(e)
Menyusun dan melaksanakan program tata usaha
sekolah.
(f)
Menyusun dan melaksanakan kegiatan keuangan
sekolah.
(g)
Mengurus administrasi kepegawaian.
(h)
Mengurus administrasi kesiswaan.
(i)
Menyusun administrasi perlengkapan sekolah.
(j)
Menyusun dan menyajikan data statistik sekolah.
(k)
Menyusun administrasi lainnya.
(l)
Melaporkan semua tugas dan tanggung jawabnya
kepada kepala sekolah secara berkala.
3) Wakil
Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Wewenang dan Tanggung Jawab,
antara lain :
(a)
Menyusun program kerja bidang Kurikulum/Program
(b)
Mengkoordinasikan pelaksanaan dan pengembangan
Kurikulum/Program
(c)
Memantau pelaksanaan Pembelajaran
(d)
Menyelenggarakan rapat koordinasi Kurikulum
(e)
Mengkoordinasikan pengelolaan perpustakaan
(f)
Mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi
pembelajaran
(g)
Menyusun kalender pendidikan dan jadwal
pembelajaran
(h)
Melaporkan hasil pelaksanaan Pembelajaran
(i)
Mengusulkan tugas mengajar pada masing-masing
guru
(j)
Menghitung dan melaporkan jam mengajar guru
(k)
Merencanakan kebutuhan tenaga pendidik dan
kependidikan
(l)
Memeriksa, menyetujui rencana pembelajaran tiap
program Pembelajaran
(m)
Memverifikasi Kurikulum
(n)
Merencanakan dan melaksanakan bimbingan belajar
dan try out kelas 3
(o)
Melaporkan hasil kegiatannya kepada kepala
sekolah
4)
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
Wewenang dan Tanggung Jawab, antara lain :
(a)
Mengkoordinasikan PSB ( Penerimaan Siswa Baru )
(b)
Mengkoordinasikan pelaksanaan Masa Orientasi
peserta didik (MOS)
(c)
Mengkoordinasikan pemilihan kepengurusan dan
diklat OSIS
(d)
Mengkoordinasikan penjaringan dan
pendistribusian semua bentuk beasiswa
(e)
Mengkoordinasikan pelaksanaan 4 K (ketertiban,
kedisiplinan, keamanan, dan kekeluargaan)
(f)
Membina program kegiatan OSIS
(g)
Memeriksa dan menyetujui rencana kerja pengurus
Osis
(h)
Melakukan tindakan terhadap siswa terkait
pelanggaran tata tertib siswa
(i)
Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan lomba
(j)
Mengkoordinasikan ekstrakurikuler
(k)
Mengkoordinasikan peringatan hari-hari besar
(l)
Melaporkan hasil kegiatannya kepada kepala
sekolah
5)
Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas
Wewenang dan Tanggung Jawab, antara lain :
(a)
Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah
dengan orang tua/ wali siswa
(b)
Membina hubungan sekolah dengan komite sekolah
(c)
Membina pengembangan hubungan antar sekolah
dengan lembaga pemerintah, dunia usaha – dunia industri, dan lembaga sosial
lainnya
(d)
Menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat
secara berkala
(e)
Melaporkan hasil kegiatannya kepada kepala
sekolah
(f)
Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana
(g)
Wewenang dan Tanggung Jawab, antara lain :
(h)
Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana
(i)
Mengkoordinasi pendayagunaan sarana dan
prasarana
(j)
Menyusun laporan pelaksanaan bidang sarana dan
prasarana secara berkala
(k)
Melaporkan hasil kegiatannya kepada kepala
sekolah
6) Bendahara
Wewenang dan Tanggung Jawab, antara lain :
(a)
Menerima setoran keuangan dari bagian pemungut
keuangan
(b)
Membukukan keuangan yang diterima baik dari
pemungut, bantuan pemerintah atau pihak-pihak lain yang tidak mengikat
(c)
Mengeluarkan dana untuk berbagai keperluan
sekolah kepada penanggung jawab kegiatan yang ditunjuk oleh sekolah setelah
mendapat persetujuan kepala sekolah
(d)
Membuat daftar kebutuhan honorarium/ transport
guru dan karyawan
(e)
Menerima keuangan untuk keperluan honorarium
guru/ karyawan
(f)
Membayar honorarium guru dan kayawan
(g)
Membukukan pengeluaran lengkap dengan
bukti-bukti pengeluarannya dan ditutup setiap bulan sesuai dengan mata anggaran
(h)
Melaporkan hasil kegiatannya kepada kepala
sekolah
7) Koordinator
BP
Wewenang dan Tanggung Jawab, antara lain :
(a)
Menyusun program kerja bimbingan dan penyuluhan
serta bimbingan kejuruan
(b)
Memberikan penjelasan kepada calon siswa tentang
macam-macam program keahlian yang ada di sekolah, kemampuan tamatan dan
lapangan kerja yang dimasuki
(c)
Mengkoordinasi pelaksanaan program bimbingan dan
penyuluhan
(d)
Mengkoordinasi penyusunan dan pengumpulan data
siswa dalam rangka kegiatan bimbingan dan penyuluhan
(e)
Melaksanakan bimbingan kepada siswa secara
individu maupun kelompok yang berkaitan dengan hambatan hidup, latar belakang
sosial, pengaruh lingkungan serta kesulitan dalam belajar
(f)
Memberikan layanan konseling kepada siswa baik
secara individu maupun kelompok
(g)
Membantu mengembangkan potensi siswa sesuai
minat dan bakat siswa
(h)
Memberikan informasi dan wawasan tentang karier
kejuruan kepada siswa
(i)
Melaporkan hasil kegiatannya kepada kepala
sekolah
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN REKOMENDASI
A.
Kesimpulan
Kepemimpinan pendidikan
sebagai “ satu kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir dan
menggerakkan orang-orang lain yang ada hubungan dengan pengembangan ilmu
pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar supaya
kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif di dalam
pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.
Struktur
organisasi sekolah adalah struktur yang mendasari keputusan para Pembina atau
Pendiri sekolah untuk mengawali suatu proses perencanaan sekolah yang
strategis. Struktur oganisasi juga tidak lepas dengan wewenang dan tanggung
jawab. Wewenang yaitu hak untuk memerintah orang lain untuk melalukan atau
tidak melakukan sesuatu agar tujuan dapat tercapai. Sedangkan tanggung jawab
yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan tanggung jawab yang
dilimpahkan kepadanya. Pertanggung jawaban sendiri memiliki arti sebagai
penjumlahan kegiatan yang telah dilakukan karena pendiskripsian wewenang.
Selain itu ada juda pendekatan-pendekatannya. Yaitu, Peningkatan Mutu
Pendidikan dan perencanaan pembangunan. Dengan demikian organisasi sekolah
dapat tercapai.
B.
Rekomendasi
Syarat bagi pemimpin pendidikan,
dalam hal ini adalah kepala sekolah, adalah kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan harus dapat memimpin sekolah, bertanggung jawab
atas tercapainya tujuan sekolah, juga diharapkan
menjadi pemimpin dan inovator di sekolah. Oleh
sebab itu, seorang kepala sekolah hendaknya memiliki kualitas
kepemimpinan yang baik agar signifikan bagi keberhasilan sekolah.
32
|
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. SMU Negeri 14 Jakarta . [online] tersedia. http://smanegeri14jakarta.tripod.com/str_org.html
Aditya Media.Nawawi, Hadari. 1989. Organisasi Kelas sebagai
Lembaga Pendidikan. Jakarta: Haji Masagung. [online] tersedia. 25 April 2011. http://ermapoenya.blogspot.com/2010/07/manajemen-lembaga-dan-organisasi.html
Marlina. 2010. Struktur Organisasi [online] tersedia. 25
April 2011. http://marlinafis.blogspot.com/2010/04/sistem-dan-struktur-organisasi-sekolah.html
Pmancoffeemix. 2010. Kurikulum Organisasi Sekolah. [online]
tersedia. 25 April 2011. http://pmancoffeemix.wordpress.com/2010/12/18/kurikulum-tentang-organisasi-sekolah/
Direktorat Tenaga Kependidikan. 2008. Pendidikan dan
Pelatihan Pengorganisasian Sekolah. [online] tersedia. 25 April 2011.
www.google.com/pengorganisasian sekolah
Sutikno Sobry, M. 2012. Manajemen Pendidikan. Lombok:
Holistica
Sumidjo, Wahjo. 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta:
Rajawali Pers
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. 2009. Manajemen
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
No comments:
Post a Comment