Bagaimana pergerakan virus di paru-paru?
Virus sepertinya mulai bergerak dari wilayah
pinggiran kedua belah paru-paru, dan mungkin butuh waktu untuk naik ke saluran
pernafasan atas, trakea dan pusat pernafasan lainnya. Pola ini membantu menjelaskan kenapa di
Wuhan, banyak kasus yang tidak bisa diidentifikasi pada awalnya.
Proses pengetesan awal di berbagai RS di
Tiongkok tidak selalu bisa mendeteksi infeksi di sisi luar paru-paru, sehingga
biasanya orang yang menunjukan gejala disuruh pulang tanpa diberikan perawatan.
Dan terkadang, mereka tidak merasa cukup sakit untuk mencari perawatan, dan
tetap tinggal di rumah. Mereka inilah yang kemudian menulari anggota
keluarganya. Ini salah satu alasan kenapa penyebarannya menjadi luas.
Sebuah studi menemukan bahwa lebih dari 50%
pasien yang diteliti, yakni 121 pasien, di Tiongkok, mempunyai hasil CT Scan
yang normal pada awal mereka sakit.
Begitu sakitnya mulai parah, CT Scan mulai menunjukan gambar seperti
“pecahan kaca buram”, semacam selaput asap yang menutupi beberapa bagian
paru-paru. Ini merupakan tanda-tanda infeksi. Selaput ini bisa tersebar di
berbagai wilayah paru-paru, dan menebal di wilayah yang parah, sehingga muncul
pola “tempelan acak” dalam hasil pemindaian.
Apakah hanya paru-paru yang terdampak?
Tidak juga. Infeksi bisa menyebar melalui
membran mukus, dari hidung sampai ke anus. Jadi, walaupun sepertinya virus
menyerang paru-paru, tetapi virus juga bisa menginfeksi saluran pencernaan.
Inilah kenapa beberapa pasien menunjukan gejala pencernaan seperti diare atau
sembelit. Virus ini juga bisa masuk ke dalam darah. Akan tetapi, walaupun
ditemukan RNA dari virus ini dalam darah dan kotoran, belum dapat dijelaskan
apakah virus akan dapat bertahan lama dalam darah ataupun kotoran.
Sum-sum tulang belakang dan organ tubuh lain,
seperti hati bisa membengkak juga. Selain itu, bisa terjadi pembengkakan di
pembuluh darah kapiler, seperti yang terjadi pada penyakit SARS di tahun 2002
dan 2003.
Pada akhirnya, virus akan masuk ke organ tubuh
seperti jantung, ginjal, hati dan bisa menyebabkan kerusakan langsung pada
organ tubuh tersebut. Dan saat sistem imunitas tubuh tengah berperang keras
melawan virus, organ-organ tubuh ini dapat mengalami kegagalan fungsi.
Hasilnya, pasien bisa mengalami kerusakan organ
tubuh tidak hanya karena virus, tetapi juga karena sistem imunitas badan mereka
menyerang sel-sel tubuh yang sehat saat peperangan berlangsung.
Ahli masih belum mendokumentasikan apakah virus
juga menyerang otak. Tetapi ahli yang mempelajari SARS telah melaporkan
beberapa bukti bahwa virus SARS bisa menginfeksi otak pada beberapa pasien.
Melihat kesamaan antara SARS dan SARS-CoV-2, ada sebuah jurnal di Jurnal
Kedokteran Virologi yang mengatakan bahwa virus baru ini mungkin bisa menyerang
sistem syaraf.
No comments:
Post a Comment