Friday, December 31, 2021

KECERDASAN KINESTETIK

 


1.    Kecerdasan Kinestetik  

Kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk beraktivitas dengan menggerakkan anggota tubuh (Musfiroh, 2010: 9). Anak dengan kecerdasan kinestetik memiliki ciri-ciri: (1) Menonjol prestasinya dibidang olahraga; (2) Senang bergerak dan beraktivitas yang melibatkan gerak fisik; (3) Senang melakukan pekerjaan lapangan; (4) Gemar bongkar pasang mainan.

Kecerdasan kinestetik dapat dikembangkan dengan kegiatan melempar, menangkap, bermain bola, memanjat, bergelantung, menari, estafet, dan lain sebagainya (Musfiroh, 2010: 3). Stimulasi kecerdasan kinestetik terjadi pada saat anak bermain. Pada saat bermain itulah anak berusaha melatih koordinasi otot dan gerak. Stimulasi kinestetik terjadi dalam wilayah-wilayah berikut:

a.    Koordinasi mata-tangan dan mata-kaki, seperti menggambar, menulis, memaipulasi objek, menaksir secara visual, melempar, menendang, menangkap.

b.    Keterampilan lokomotor, seperti berjalan, berlari, melompat, berbaris, meloncat, mencongklak, merayap, berguling, dan merangkak.

c.    Keterampilan nonlokomotor, seperti membungkuk, menjangkau, memutar tubuh, merentang, mengayun, berjongkok, duduk, berdiri.

d.   Kemampuan mengontrol dan mengatur tubuh seperti menunjukkan kesadaran tubuh, kesadaran ruang, kesadaran ritmik, keseimbangan, kemampuan untuk mengambil start, kemampuan menghentikan gerak, dan mengubah arah (Catron & Allen, 1999: 64).

Menurut Gardner (2003) kecerdasan gerak-kinestetik mempunyai lokasi di otak serebelum (otak kecil), basal ganglia (otak keseimbangan) dan motor korteks. Kecerdasan ini memiliki wujud relatif bervariasi, bergantung pada komponen-komponen kekuatan dan fleksibilitas serta domain seperti tari dan olahraga. Menurut Armstrong (2005: 5) kecerdasan kinestetik adalah kecerdasan fisik. Kecerdasan ini mencakup bakat dalam mengendalikan gerakan tubuh dan keterampilan dalam menangani benda. Orang yang mempunyai kecerdasan kinestetik adalah orang-orang cekatan, indra perabanya sangat peka, tidak bisa tinggal diam, dan berminat atas segala sesuatu.

Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2009: 188) kecerdasan kinestetik adalah suatu kecerdasan di mana anak mampu melakukan gerakan-gerakan yang bagus pada saat berlari, menari, membangun sesuatu, semua seni dan hasta karya. Dari berbagai penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan kinestetik adalah kemampuan yang dimiliki oleh manusia untuk menggunakan seluruh anggota tubuh dalam berbagai kegiatan untuk mengasah keterampilan yang dimilikinya.

Kecerdasan kinestetik pada anak usia dini dapat dikembangkan dengan berbagai cara, meliputi bermain, menari, berolah raga, jalan berirama, lari merangkak, kolase, permainan berpasangan, lomba ketahanan fisik, dan sentuh-tebak. Kemampuan koordinasi tubuh dirangsang melalui kegiatan bersepeda dengan penghalang, menangkap bola memantul, dan lomba mengancingkan. Keseimbangan tubuh dirangsang dengan permainan berdiri di atas kaleng, berdiri satu kaki, dan menbawa kelereng. Kecakapan motorik halus dirangsang dengan berbagai kegiatan yang menekankan kemampuan menangani benda-benda, membuat bentuk tertentu, seperti kolase, mencocok, menebalkan dan menyalin, meronce, serta menata.

Kegiatan yang disarankan untuk mengembangkan kekuatan fisik anak adalah panjat tali, melompat, bergelantung, jalan duduk.  Kelenturan dirangsang dengan kegiatan menari, menirukan gerak, dan menciptakan gerak. Kecepatan dan ketangkasan gerak dapat dirangsang dengan berbagai kegiatan, antara lain berlari dan menangkis, sedang daya tahan dirangsang dengan berenang dan memanjat.  Kepekaan sentuhan dirangsang dengan kegiatan yang terkait dengan halus-kasar, basah-kering, dan panas dingin.

Stimulasi kecerdasan kinestetik terjadi pada saat bermain. Pada saat bermain itulah anak berusaha melatih koordinasi otot dan gerak. Stimulasi terjadi dalam wilayah-wilayah berikut: 1. Koordinasi mata-tangan dan mata-kaki, seperti menggambar, menulis, memanipulasi objek, menaksir secara visual, melempar, menendang, menangkap; 2. Keterampilan lokomotor, seperti berjalan, berlari, melompat, berbaris, meloncat, mencongklak, merayap, berguling, dan merangkak; 3. Keterampilan nonlokomotor, seperti, membungkuk, menjangkau, memutar tubuh, merentang, mengayun, berjongkok, duduk, berdiri; 4. Kemampuan mengontrol dan mengatur tubuh seperti menunjukan kesadaran tubuh, kesadaran ruang, kesadaran ritmik, keseimbangan, kemampuan untuk mengambil start, kemampuan menghentikan gerak, dan mengubah arah (Catron & Allen, 1999).

Anak yang cerdas dalam gerak-kinestetik terlihat menonjol dalam kemampuan fisik (terlihat lebih kuat, lebih lincah) daripada anak-anak seusianya. Mereka cenderung suka bergerak, tidak bisa duduk diam berlama-lama, mengetuk-ngetuk sesuatu, suka menirukan gerak atau tingkah laku orang lain yang menarik perhatiannya, dan senang pada aktivitas yang mengandalkan kekuatan gerak seperti memanjat, berlari, melompat, berguling. Selain itu, anak yang cerdas dalam gerak-kinestetik suka menyentuh barang-barang.

Anak yang memiliki kecerdasan gerak-kinestetik memiliki koordinasi tubuh yang baik. Gerakan-gerakan mereka terlihat seimbang, luwes, dan cekatan. Mereka cepat menguasai tugas-tugas motoric halus seperti menggunting, melipat, menjahit, menempel, merajut, menyambung, mengecat dan menulis. Secara artistic mereka mempunyai kemampuan menari dan menggerakan tubuh mereka dengan luwes dan lentur. Mereka memerlukan kegiatan belajar yang bersifat kinestetik dan dinamis. Oleh karena itu proses pembelajaran yang menuntut konsentrasi anak dalam konteks pasif (duduk tenang di kelas) hendaklah dikurangi.

 

2.    Permainan

Judul Permainan          : “PERMAINAN JALAN BINATANG”

Tujuan                         : Mengembangkan kemampuan motorik kasar

  dan motorik halus

            Alat dan Bahan           : -

            Cara bermain               :

a.       Bagi anak menjadi 2 kelompok kanan dan kiri.

Buat mereka berhadapan dalam jarak 5 hingga 7 meter.

Beri tanda untuk garis tengah

b.      Beri aba-aba, “Jalan Itik” anak-anak dari dua kelompok berjalan menyerupai itik sambil bersuara, berhenti sejenak karena bertemu dengan “Itik” dari kelompok lain di garis tengah, lalu berjalan “Itik” menuju tempat semula.

c.       Lanjutkan permainan dengan cara yang sama dengan “Jalan Binatang Lain”. Jika perlu ubah posisi anak. Beri contoh jika anak mengalami kesulitan.

 

 

 

No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive