Friday, December 31, 2021

Pengaruh Bahasa Inggris, Bahasa Arab dan Sunda Terhadap Pendidikan dan Interaksi Peserta Didik

 


 

 

Bahasa merupakan entitas yang melekat pada diri manusia sejak dilahirkan di dunia. Keberadaan bahasa inilah yang membuat kehidupan manusia menjadi berbudaya.

Bahasa menjadi media pengembang pikiran manusia terutama dalam mengungkapkan realitas segala sesuatu. Alwasilah (2008:4) mengatakan bahwa bahasa merupakan alat untuk mengejawantahkan pikiran tentang fakta dan realitas yang direpresentasikan lewat simbol bunyi. Bahasa dan pikiran ini memiliki hubungan yang timbal balik, artinya bentuk bahasa yang digunakan akan dipengaruhi oleh pikiran manusia, sebaliknya bahasa dapat mempengaruhi cara berpikir manusia karena dibelakang bahasa ‘berdiri’ budaya.

Identitas atau jati diri seseorang akan terbentuk diantaranya melalui interaksi dengan bahasa dan budaya. Keduanya tak terpisahkan. Sebagai contoh peran bahasa ibu bagi perkembangan anak. Alwasilah (2012:84) menyebutkan bahwa ”secara sosial dan kultural bahasa ibu adalah bahasa yang padat budaya”. Ketika anak belajar bahasa dari ibunya untuk pertama kali, ia tidak hanya belajar satuan-satuan lingual yang bisa digunakan untuk berkomunikasi, tapi ia juga belajar kearifan yang terkandung dalam budayanya.

Melalui bahasa ibu identitas kulturalnya akan dibentuk, termasuk pandangan hidup dan cara berpikirnya. Dari sini bisa dianalogikan bahwa pemerolehan bahasa asing - dalam konteks di sekolah disebut pembelajaran - dapat membentuk (mengarahkan) identitas kultural dan cara berpikir seseorang. Dengan demikian kekhawatiran MK mengenai pembelajaran bahasa asing (Inggris) dari mulai TK – PT bisa menjauhkan anak didik dari jati dirinya sebagai bangsa Indonesia bisa dipahami. Bahkan ada yang mengkhawatirkan bahwa melalui pembelajaran bahasa asing itulah “penjajahan budaya” oleh barat dilakukan secara laten dibalik jargon globalisasi dan modernisasi.

Pembelajaran bahasa asing di Indonesia telah menjalani perjalanan sejarah yang panjang. Pada jaman kolonial, bahasa asing (seperti bahasa Belanda sebagai bahasa penjajah, serta bahasa Inggris dan Jerman) telah diajarkan di sekolah-sekolah tertentu, terutama di sekolah bagi keturunan para bangsawan dan anak-anak Belanda. Tak pelak, penguasaan terhadap bahasa asing di kalangan pribumi pada masa penjajahan Belanda menjadi penanda “kelas sosial” yang tinggi atau terhormat di masyarakat.

Seiring dengan perkembangan jaman, saat ini pembelajaran bahasa asing tidak lagi bersifat elitis. Semua orang bisa dengan mudah mempelajarinya. Bahkan bahasa Inggris sudah mulai dikenalkan pada anak- anak sejak usia dini. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kelompok bermain ataupun Taman Kanak-Kanak yang sudah memberikan pelajaran bahasa Inggris pada anak-anak didiknya. Demikian pula pada jenjang sekolah dasar. Meskipun berdasarkan Permendiknas nomor 26 tahun 2006, bahasa Inggris mulai diajarkan pada tingkat sekolah menengah pertama. Pada jenjang sekolah menengah hingga perguruan tinggi, bahasa Inggris seolah menjadi suatu yang mutlak, berdampingan dengan mata pelajaran lain seperti bahasa Indonesia dan Matematika.

Bahasa asing lain selain bahasa Inggris, seperti bahasa Jerman, Prancis, Jepang, Arab dan Mandarin pada umumnya dapat dipelajari ketika peserta didik masuk pada jenjang sekolah menengah atas. Posisi bahasa asing tersebut boleh dikatakan merupakan pelengkap. Yang utama tetaplah bahasa Inggris yang diakui sebagai bahasa Internasional.

Latar belakang yang menjadi dasar bagi pelaksanaan pembelajaran bahasa asing di berbagai tingkatan pendidikan dapat dipaparkan sebagai berikut. Pertama, sebagian besar ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang apapun ditulis dalam bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya, sehingga penguasaan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya akan memberikan jalan bagi bangsa Indonesia untuk menyerap perkembangan ilmu pengetahuan, atau menyebarkan ilmu pengetahuan yang berkembang di Indonesia. Kedua, masyarakat modern saat ini telah menjadi masyarakat dunia yang tak lagi tersekat- sekat oleh jarak ataupun waktu berkat adanya kemajuan di bidang teknologi informasi dan transportasi.

Masyarakat dunia berkembang menjadi masyarakat global yang nir-batas. Penguasaan bahasa asing akan menjadi pintu agar bangsa Indonesia bisa berinteraksi dalam masyarakat global. Aspek globalisasi ini menjadi salah satu pertimbangan mengapa bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya perlu diajarkan di sekolah.

Interaksi dalam proses pembelajaran bahasa sangat penting. Interaksi yang terjadi di dalam kelas akan membantu peserta didik dalam mengembangkan pembelajaran berbahasa mereka. Selain itu tentunya juga akan menumbuhkan keterampilan sosial mereka. Memaksimalkan interaksi di dalam kelas dalam pembelajaran bahasa adalah merupakan bagian penting dari peran guru sebagai fasilitator. Memang tidak mudah jika belum terbiasa. Interaksi antar peserta didik atau anggota kelas lainnya tidak akan terjadi secara begitu saja, akan tetapi seorang guru harus mempertimbangkan rencana pembelajarannya secara matang sebelum mengajar dan secara khusus memasukkan aspek interaksi ini di dalam perencanaan mengajar itu. Berikut ini ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan interaksi siswa atau peserta didik dalam proses belajar mengajar di kelas.

Kenyataan di kelas untuk pembelajaran bahasa justru sangat memprihatinkan. Kualitas dan kuantitas interaksi dalam pembelajaran antara semua komponen (siswa dengan siswa, siswa dengan guru) masih sangat kurang. Belum sesuai yang diharapkan oleh kebanyakan guru. Beberapa peserta didik kadang-kadang terkesan malu-malu, atau menganggap remeh interaksi yang diminta guru untuk menerapkan keterampilan berbahasa mereka. Contohnya yang sering terlihat dalam pelajaran Bahasa Asing seperti Bahasa Inggris, ketika mereka diminta untuk saling berinteraksi (bertanya jawab) kepada sesama mereka atau teman didekatnya tentang suatu topik atau hal, tampak nyata bahwa mereka mengalami kesulitan.

Secara khusus bisa dikemukakan bahwa interaksi dalam proses pembelajaran bahasa (baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing seperti bahasa Inggris) itu sangat penting, yaitu: 

a.    Interaksi yang tinggi menunjukkan partisipasi yang tinggi dalam pembelajaran

Sudah pasti para guru memaklumi bahwa adanya interaksi yang tinggi di dalam kelas menunjukkan bahwa di dalam kelas itu partisipasi belajarnya tinggi. Kita ketahui bersama bahwa, walaupun peserta didik berada di dalam kelas dan duduk dengan baik itu tidak menjadi jaminan pasti bahwa mereka benar-benar sedang belajar. Mereka bisa duduk dengan baik tetapi pikiran mereka entah kemana dan bukan pada pembelajaran yang sedang berlangsung. Interaksi pada pembelajaran bahasa ditunjukkan dengan adanya percakapan-percakapan antar mereka sesuai dengan topik yang sedang dibelajarkan. Partisipasi sangat penting karena itulah sejatinya proses belajar mereka. Peserta didik yang tidak atau kurang berpartisipasi tentu saja tidak atau kurang memperoleh apa-apa yang hendak diberikan guru untuk mereka kuasai sebagai tujuan pembelajaran. Belajar memerlukan proses aktif. Proses belajar secara aktif dalam hal ini adalah interaksi yang dilakukan melalui percakapan-percakapan yang dilakukan dengan menggunakan bahasa yang sedang dipelajari.

b. Interaksi mengasah keterampilan berbahasa peserta didik

Mengapa guru menghendaki dalam pembelajaran bahasa terdapat banyak interaksi yang berkualitas? Karena sejatinya jika peserta didik atau siswa mempelajari suatu bahasa, berarti mereka sedang mempelajari sebuah keterampilan. Bahasa adalah keterampilan. Dan, para pakar pendidikan telah lama setuju bahwa untuk meningkatkan keterampilan apapun cara terbaiknya adalah dengan berlatih. Interaksi dalam proses pembelajaran bahasa seperti bahasa Inggris bisa dimaknai sebagai latihan. Dengan banyak berinteraksi berarti makin banyak latihan menggunakan bahasa Inggris tersebut.

c. Interaksi dalam proses pembelajaran menunjukkan terjadinya pembelajaran kolaboratif

Ketika siswa saling berinteraksi (bercakap-cakap) pada saat pelajaran bahasa, maka secara tidak langsung akan menciptakan suatu komunitas belajar yang bersifat kolaboratif. Peserta didik dapat saling belajar satu sama lain, menguatkan dan memberi masukan terhadap teman-teman yang berinteraksi dengannya atau sebaliknya menerima penguatan, dan menerima masukan. Kolaboratif learning sampai saat ini dipercaya sebagai salah satu pendekatan terbaik dalam proses belajar seseorang, demikian pula pada pelajaran bahasa.

d. Interaksi dalam proses pembelajaran bermakna sosialisasi

Sudah disebutkan di atas (pada awal tulisan ini) bahwa dengan melakukan interaksi pada proses pembelajaran secara maksimal, maka semua anggota kelas utamanya sesama siswa akan terjadi sosialisasi. Mereka tidak Cuma berlatih menggunakan bahasa asing, tetapi juga melakukan proses bersosial dengan orang-orang di sekitarnya (teman-temannya). Proses sosialisasi antar peserta didik sangat penting sebagai salah satu bekal hidup bagi mereka ketika mereka berada di masyarakat. Seyogyanyalah kelas benar-benar menjadi sebuah model kumpulan warga masyarakat di mana di dalamnya mereka dapat belajar melakukan interaksi sosial yang baik, efektif, dan sesuai norma-norma yang ada.

e. Interaksi proses belajar meningkatkan motivasi belajar

Semakin tinggi kualitas dan kuatitas interaksi dalam proses pembelajaran (baik pembelajaran bahasa ataupun pelajaran apa saja), akan dapat meningkatkan motivasi belajar pada diri peserta didik. Dengan melakukan interaksi, peserta didik akan dapat menemukan suatu hal yang mampu memotivasi mereka untuk belajar lebih baik. Interaksi mendukung iklim kelas yang kondusif. Dengan segala poin-poin sebelumnya itu, maka melalui interaksi proses belajar di kelas motivasi belajar mereka juga akan meningkat dengan sendirinya.

            Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa (Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan Bahasa Sunda) memiliki pengaruh dalam lingkup pendidikan dan interaksi peserta didik khususnya di lingkungan Purwakarta. Dengan berkembangnya dunia komunikasi dan informasi, bahasa memiliki peranan yang vital dalam era globalisasi saat ini. Dengan penguasaan bahasa khususnya bahasa Asing oleh peserta didik akan dapat memberikan kemampuan dalam berkomunikasi dalam berbagai bidang.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Sauri Sofyan, 2006, Pendidikan Berbahasa Santun, Genesindo, Bandung.

 

Djiwandono Istiarto, 2002      Strategi membaca Bahasa Inggris, PT Gramedia, Jakarta.

 

Tarigan Guntur,   1979   Membaca   sebagai   Suatu   Keterampilan   Berbahasa Angkasa, Bandung.

 

Hamalik Oemar, 2004 Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.

 

Nur Agustiar ,2001 Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, Lubuk Agung Bandung.

 

Sumaatmadja Nursid, 2002 Pendidikan Pemanusiaan Manusia Manusiawi, Alfabeta, Bandung.

No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive