Pernahkah anda mendengar tentang rumah kaca? Rumah yang atap dan
dindingnya terbuat darikaca. Rumah ini biasa digunakan untuk pembibitan pada
kegiatan perkebunan dan berfungsi untuk menghangatkan tanaman yang berada di
dalamnya. Sebagai ilustrasi, pernahkah anda berada di dalam sebuah mobil yang
tertutup, di bawah panas terik matahari? Bagaimana rasanya? Panas bukan? Hal
ini disebabkan oleh sinar matahari yang masuk menembus kaca mobil membuat seisi
mobil menjadi panas. Panas matahari tersebut terperangkap di dalam mobil, tidak
dapat menembus ke luar kaca mobil. Hal di atas juga terjadi pada bumi, di mana
radiasi yang dipancarkan oleh matahari, menembus lapisan atmosfer dan masuk ke
bumi. Radiasi matahari yang masuk ke bumi – dalam bentuk gelombang pendek –
menembus atmosfer bumi dan berubah menjadi gelombang panjang ketika mencapai
permukaan bumi.
Setelah mencapai permukaan bumi, sebagian gelombang dipantulkan
kembali ke atmosfer. Namun sayangnya, tak semua gelombang panjang yang
dipantulkan kembali oleh bumi dapat menembus atmosfer menuju angkasa luar
karena sebagian dihadang dan diserap oleh gas-gas yang berada di atmosfer –
disebut gas rumah kaca(GRK). Akibatnya radiasi matahari tersebut terperangkap
di atmosfer bumi. Karena peristiwa ini berlangsung berulang kali, maka kemudian
terjadi akumulasi radiasi matahari di atmosfer bumi yang menyebabkan suhu di
bumi menjadi semakin hangat. Peristiwa alam ini dikenal dengan efek rumah kaca
(ERK), karena peristiwanya serupa dengan proses yang terjadi di dalam rumah
kaca.
Jadi peristiwa efek rumah kaca bukanlah efek yang ditimbulkan oleh
gedung-gedung kaca, seperti yang selama ini sering disalahartikan. Peristiwa
ERK menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak untuk ditempati manusia. Jika
tidak ada ERK, maka suhu permukaan bumi akan 33°C lebih dingin dibanding suhu
saat ini. Namun berbagai aktivitas manusia, terutama prosesindustri dan
transportasi, menyebabkan GRK yang diemisikan ke atmosfer terus meningkat.
Alhasil, terjadilah perubahan komposisi GRK di atmosfer. Hal ini kemudian
menyebabkan radiasi yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke luar
angkasa terhambat sehingga menyebabkan terjadinya akumulasi panas di atmosfer.
Dalam Konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim (United Nations
Framework Convention on Climate Change – UNFCCC), ada enam jenis gas yang
digolongkan sebagai GRK, yaitu karbondioksida (CO2), dinitroksida (N2O), metana
(CH4), sulfurheksafluorida (SF6), perfluorokarbon (PFCs) dan hidrofluorokarbon
(HFCs). GRK terutama dihasilkan dari kegiatan manusia yang berhubungan dengan
penggunaan bahan bakar fosil (minyak, gas dan batubara) seperti pada penggunaan
kendaraan bermotor dan penggunaan alat-alat elektronik. Selain itu penebangan
pohon, penggundulan hutan serta kebakaran hutan juga merupakan sumber emisi
GRK.
Singkat kata, meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer akibat
aktivitas manusia di berbagai belahan dunia, menyebabkan meningkatnya radiasi
yang terperangkap di atmosfer. Akibatnya,suhu rata-rata di seluruh permukaan
bumi meningkat. Peristiwa ini disebut Pemanasan Global. Meningkatnya suhu
rata-rata permukaan bumi menyebabkan terjadinya perubahan pada unsurunsur iklim
lainnya, seperti naiknya suhu air laut, meningkatnya penguapan di udara, serta
berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara yang pada akhirnya merubah pola
iklim dunia. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Perubahan Iklim.
Laporan “Climate Change 2007: Climate Change Impacts, Adaptation and
Vulnerability” memuat dampak perubahan iklim yang sudah dan yang mungkin akan
terjadi di masa depan. Salah satu kesimpulannya, pemanasan global akan memberi
dampak negative yang nyata bagi kehidupan ratusan juta warga di dunia. Salah
satunya adalah meningkatnya suhu permukaan bumi sepanjang lima tahun mendatang.
Ini akan mengakibatkan gunung es di Amerika Latin mencair. Dampaknya panen
gagal, yang hingga tahun 2050 membuat 130 juta penduduk dunia terutama di Asia
mengalami kelaparan. Pertanian gandum di Afrika juga bernasib sama. Pemanasan
global juga membuat permukaan laut meningkat, lenyapnya beberapa spesies dan
bencana nasional yang makin meningkat. 30% garis pantai di dunia lenyap pada
2080. Lapisan es di kutub mencair hingga terjadi aliran air di Kutub Utara dan
membuat Terusan Panama terbenam.
Naiknya suhu udara akan memicu topan yang lebih dasyat hingga
mempengaruhi wilayah pantai. Banyak tempat yang kering akan makin kering,
sebaliknya sejumlah tempat yang basah akan makin basah. Hal ini membuata
distribusi air secara alami kian senjang dan berpotensi meningkatkaan
ketegangan dalam pemanfaatan air untuk kepentingan industri, pertanian dan
penduduk. Sekitar 1-3 milyar orang didunia terutama diwilayah miskin,
diperkirakan akan menderita kekurangan air kronis pada 2100.
Dari seluruh dampak yang muncul, Asia menjadi bagian dari bumi yang
akan menderita paling parah. Setiap kenaikan suhu 2 derajat celcius akan
menurunkan produksi pertanian di China dan Bangladesh hingga 30% pada 2050.
Kelangkaan air meningkat di India seiring dengan menurunnya lapisan es di
pegunungan Himalaya. Sekitar 100 juta warga pesisir di asia pemukimannya
tergenang karena peningkatan permukaan laut antara 1-3 mm/tahun.
Untuk Indonesia sendiri, ada sejumlah dampak perubahan iklim seperti
:
1.
Ekosistem
Ø
Kemungkinan punahnya 20-30
persen spesies tanaman dan hewan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global
sebesar 1,5-2,5 derajat Celcius.
Ø
Bertambahnya CO2 di atmosfer
akan meningkatkan tingkat keasaman laut. Hal ini berdampak negative pada
organisme-organisme laut seperti terumbu karang dan spesies-spesies yang
hidupnya bergantung pada organisme tersebut.
2.
Pangan dan hasil hutan
Ø
Diperkirakan produktivitas
pertanian didaerah tropis akan mengalami penurunan bila terjadi kenaikan suhu
rata-rata global antara1-2 derajat Celcius, sehingga meningkatkan resiko
bencana kelaparan.
Ø
Meningkatnya frekuensi
kekeringan dan banjir akan memberikan dampak negative pada produksi local
terutama pada penyediaan pangan di subtropics dan tropis.
3.
Pesisir dan dataran rendah
Ø
Daerah pantai akan semakin
rentan terhadap erosi pantai dan naiknya permukaan air laut. Kerusakan pesisir
akan diperparah oleh tekanan manusia didaerah pesisir.
Ø
Diperkirakan tahun 2080, jutaan
orang akan terkena banjir setiap tahun karena naiknya permukaan air laut.
Resiko terbesar adalah dataran rendah yang padat penduduknya dengan tingkat
adaptasi yang rendah. Penduduk yang paling terancam adalah yang berada di
delta-delta Asia dan Afrika, namun yang paling rentan adalah penduduk di
pulau-pulau kecil.
4.
Sumber dan Manajemen air tawar
Ø
Rata-rata aliran air sungai dan
ketersediaan air didaerah subpolar dan daerah tropis basah diperkirakan akan
meningkat 10-40 persen.
Ø
Sementara didaerah subtropics
dan daerah tropis yang kering, air akan berkurang 10-30 persen, sehingga
daerah-daerah yang sekarang sering mengalami kekeringan akan semakin parah
kondisinya.
5.
Industri, permukiman dan masyarakat
Ø
Industri, permukiman dan
masyarakat yang paling rentan umumnya berada didaerah pesisir dan bantaran
sungai, serta mereka yang ekonominya terkait erat dengan sumber daya yang
sensitive terhadap iklim, serta mereka yang tinggal didaerah-daerah yang sering
dilanda bencana ekstrem, dimana urbanisasi berlangsung dengan cepat.
Ø
Komunitas miskin sangat rentan
karena kapasitas beradaptasi yang terbatas,serta kehidupan mereka sangat
tergantung kepada sumberdaya yang mudah terpengaruh oleh iklim seperti
persediaan air dan makanan.
6.
Kesehatan
Ø
Penduduk dengan kapasitas
beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta
berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai
serangga dan hewan.
Meski tingkat emisi GRK terus meningkat, ada banyak peluang untuk
menguranginya. Salah satu cara melalui perubahan gaya hidup dan pola konsumsi.
IPCC memberikan rekomendasi kebijakan dan instrument yang dinilai efektif menurunkan
emisi GRK, seperti :
Sektor
Energi
Ø
Mengurangi subsidi bahan bakar
fosil.
Ø
Pajak karbon untuk bahan bakar
fosil.
Ø
Kewajiban menggunakan energi
terbarukan.
Ø
Penetapan harga listrik bagi
energi terbarukan.
Ø
Subsidi bagi produsen
Sektor
Transportasi
Ø
Kewajiban ekonomi bahan bakar,
penggunaan biofuel dan standar CO2 untuk alat transportasi jalan raya.
Ø
Pajak unstuck plebeian
endbrain, STNK, bahan bakar serta tarif penggunaan jalan dan parker.
Ø
Merancang kebutuhan
transportasi melalui regulasi penggunaan lahan serta perencanaan infrastruktur.
Ø
Melakukan investasi pada
fasilitas angkutan umumdan transportasi tak bermotor.
Sektor
Gedung
Ø
Menerapkan standard dan
pemberian label pada berbagai peralatan.
Ø
Sertifikasi dan regulasi gedung
Ø
Program-program demand side management.
Ø
Percontohan oleh kalangan
pemerintah termasuk pengadaan.
Ø
Insentif untuk energy services
company.
Sektor
Industri
Ø
Pembuatan standar
Ø
Subsidi, pajak untk kredit.
Ø
Izin yang dapat
diperjualbelikan
Ø
Perjanjian sukarela.
Sektor
pertanian
Ø
Insentif financial serta
regulasi-regulasi untuk memperbaiki manajemen lahan, mempertahankan kandungan
karbon didalam tanah, penggunaan pupuk dan irigasi yang efisien.
Sektor
kehutanan
Ø
Insentif financial (nasional
dan internasional) untuk memperluas area hutan, mengurangi deforestasi,
mempertahankan hutan, serta manajemen hutan.
Ø
Regulasi pemanfaatan lahan
serta penegakan regulasi tersebut.
Sektor
manajemen limbah
Ø
Insentif financial untuk
manajemen sampah dan limbah cair yang lebih baik.
Ø
Insentif atau kewajiban
meggunakan energi terbarukan.
Ø
Regulasi manajemen limbah.
Selain itu kita sebagai masyarakat dapat melakukan upaya pengurangan
emisi seperti :
Ø
Gunakan penerangan secara
efisien dan efektif. Penggunaan lampu hemat energi dan jadwal penerangan rumah
yang tepat
Ø
Gunakan peralatan elektronik,
seperti komputer,TV, radio dan AC, seperlunya saja.
Ø
Kurangi penggunaan kendaraan
bermotor pribadi.
Ø
Jika harus memiliki kendaraan
pribadi, pilih yang penggunaan bahan bakarnya lebih hemat dengan jenis bahan
bakar yang lebih bersih.
Ø
Kejelian dalam memilih produk
merupakan bantuan besar dalam mengendalikan emisi GRK. Secara keseluruhan,
produk lokal akan memberikan emisi GRK yang lebih kecil
Ø
dibandingkan produk impor.
Sebab produk impor akan mengemisikan GRK dalam proses transportasinya dari
negara asal ke negara tujuan.
Ø
Jangan lupa, tanamlah pohon di
sekitar lingkungan anda tinggal. Selain berguna untuk
Ø
menyegarkan udara di
sekitarnya, pepohonan juga berfungsi untuk menyerap emisi GRK.
Perubahan iklim jelas menyengsarakan kehidupan umat manusia.
Kerugian materi dan juga korban nyawa adalah akibat yang harus kita terima.
Oleh karena itu, sudah saatnya kita, pemerintah, industri dan masyarakat,
bahu-membahu berupaya untuk menghambat terjadinya perubahan iklim.
Bumi memiliki atmosfir yang memberikan perlindungan
serta mengatur suhu bumi sedemikian rupa sehingga ekosistem yang seimbang dan
teratur bekerja sempurna yang mencukupi untuk kehidupan seluruh makhluk di
bumi, Allah SWT berfirman “Dan kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya
gunung-gunung dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran”. (QS.
Al-Hijr [15]:19).
Allah SWT juga menyatakan langit atau atmosfer sebagai
atap. Layaknya fungsi atap rumah, langit / atmosfer bumi melindungi makhluk
hidup di permukaan bumi dari berbagai bahaya yang datang. “Dan Kami menjadikan
langit sebagai atap yang terpelihara, namun mereka tetap berpaling dari
tanda-tanda (kebesaran Allah) itu (matahari, bulan, angin, awan, dan
lain-lain)”. (QS. Al-‘Anbya’ [21]:32).
Namun kegiatan ekonomi manusia modern yang ekspoitatif
terhadap alam telah menimbulkan polusi yang meningkatkan efek Gas Rumah Kaca
(GRK) yang mengakibatkan peningkatan suhu bumi, akibat terperangkapnya panas
yang masuk ke bumi. Allah SWT berfirman:
وَٱلسَّمَآءِ ذَاتِ ٱلرَّجْعِ
“Demi langit yang mengandung hujan” (QS. At-Thariq
[86]:11)
Kata “ar-raj’i” yang terdapat di dalam ayat di atas
sebenarnya berarti “kembali berputar”. Para mufassir pada umumnya mengartikan
“ar-raj’i” sebagai hujan dikarenakan mereka mengamati bahwa langit mampu
“mengembalikan” air yang menguap dari permukaan bumi untuk selanjutnya
diturunkan kembali sebagai air hujan. Oleh karena itu, terjemahan di atas umum
dijumpai hampir di seluruh Al Qur’an terjemahan Bahasa Indonesia. Bila kita
kembali menggunakan makna tekstual, maka Surat At Thariq ayat ke-11 di atas
bisa berarti “Demi langit yang mengembalikan”.
DAFTAR
PUSTAKA
https://lingkunganhidup.co/dampak-perubahan-iklim-dan-pemanasan-global/
https://walhibali.org/perubahan-iklim-dan-dampaknya-bagi-kehidupan
http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/info-iklim/dampak-fenomena-perubahan-iklim/357-dampak-perubahan-iklim-terhadap-kesehatan-manusia
http://indonesiabaik.id/infografis/mengenal-perubahan-iklim-faktor-dan-dampaknya
Keman S. 2004. Pengaruh Lingkungan Terhadap
Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.1 No.1 : 30-43.
Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan
Lingkungan. 2001. Planet Kita Kesehatan
Kita. Kusnanto H (Ed). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
No comments:
Post a Comment