Friday, December 31, 2021

PERBEDAAN DARI PENGGUNAAN BAHASA TULIS DAN BAHASA UCAP DALAM BAHASA INGGRIS DAN BAHASA ARAB

 


 

 

Ada dua ragam komunikasi yang digunakanmanusia melalui bahasa, yaitu ragam bahasa lisan dan ragam tulisan. Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.

 Bahasa lisan lebih ekspresif dimana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau atau silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara atau target komunikasi.

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan kaedah bahasa arab, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.

Dalam penggunaannya, kedua ragam ini pada umumnya berbeda. Penggunaan ragam bahasa lisan mempunyai keuntungan, yaitu karena bahasa ragam lisan digunakan dengan hadirnya peserta bicara, maka apa yang mungkin tidak jelas dalam pembicaraan dapat dibantu dengan keadaan atau dapat langsung ditanyakan kepada pembicara. Hal ini menunjukan bahwa peranan penggunaan bahasa ragam lisan itu penting. Sebaliknya, berbeda halnya dengan penggunaan ragam bahasa tulisan. Apa yang tidak jelas dalam bahasa tulisan tidak dapat ditolong oleh situasi seperti bahasa lisan. Dalam bahasa lisan, apabila terjadi kesalahan, pada saat itu pula dapat dikoreksi, sedangkan dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar. Perbedaan bahasa lisan dan tulisan. Bahasa lisan lebih bebas bentuknya daripada bahasa tulisan karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa yang dituturkan oleh penutur, sedangkan dalam bahasa tulisan, situasi harus dinyatakan dengan kalimat-kalimat. Di samping itu, bahasa lisan yang digunakan dalam tuturan dibantu pengertiannya, jika bahasa tutur itu kurang jelas oleh situasi, oleh gerak-gerak pembicara, dan oleh mimiknya. Dalam bahasa tulisan, alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada.

Bahasa Arab adalah salah satu alat komunikasi yang dengannya manusia dapat berinteraksi satu sama lain. Selain itu, bahasa arab memiliki keistimewaan tersendiri daripada bahasa bahasa yang lain yaitu bahasa utama umat islam, sebagai bahasa Al Quran dan Hadist, dan bahasa surga yang In Sya Allah kita nanti berada didalamnya.

Bahasa Arab memiliki karakteristik yang unik dan universal.Dikatakan unik karena bahasa Arab memiliki ciri khas yang membedakannya dengan bahasa lainnya, sedangkan universal berarti adanya kesamaan nilai antara bahasa Arab dengan bahasa lainnya. Karakteristik universalitas bahasa Arab antara lain dapat diuraikan sebagai berikut :

1.        Bahasa Arab memiliki gaya bahasa yang beragam, yang meliputi, 1) ragam sosial atau sosiolek yaitu ragam bahasa yang menunjukan stratifikasi sosial ekonomi penuturnya; 2) ragam geografis, ragam bahasa yang menunjukan letak geografis penutur antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga melahirkan dialek yang beragam; 3) ragam idiolek yaitu ragam bahasa yang menunjukan integritas kepribadian setiap individu masyarakat (فردية لهجة).

2.        Bahasa Arab dapat diekspresikan secara lisan atau pun tulisan. Menurut Bloomfield bahasa lisan merupakan hakekat adanya suatu bahasa. Realitas ini dapat dipahami karena adanya bentang sejarah peradaban manusia terlihat jelas mereka pada umumnya berbahasa lisan meskipun diantara mereka tidak dapat menulis dan tidak mengenal lambang tulisan. Bahasa lisan sebagai system verbal lebih banyak dipakai oleh manusia dalam berkomunikasi antara satu dengan lainnya antar anggota masyarakat di lingkungannya. Hal ini dimaksudkan agar penyampaian pesan lebih cepat dipahami maknanya oleh masyarakat sasaran.

Bahasa Arab memiliki system, aturan dan perangkat yang khas, antara lain bahasa Arab itu:

1.        Sistemik, bahasa yang memiliki system standard yang terdiri dari sejumlah sub-sub system (sub system tata bunyi, tata kata, kalimat, syntax, gramatikal, wacana dll.).

2.        Sistematis, artinya bahasa Arab juga memiliki aturan-aturan khusus, dimana masing-masing komponen sub system bahasa bekerja secara sinergis dan sesuai dengan fungsinya.

3.        Komplit, maksudnya bahasa itu memiliki semua perangkat yang dibutuhkan oleh masyarakat pemakai bahasa itu ketika digunakan untuk sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi dan bersosialisasi antar mereka.

Bahasa Arab memiliki sifat yang arbitrar dan simbolis. Arbitrar berarti mana suka, artinya tidak adanya hubungan rasional antara lambang verbal dengan acuannya. Kata dalam setiap bahasa merupakan lambing-lambang benda nyata, abstrak, gagasan, dan sebagainya. Dengan sifat simbolis yang dimiliki bahasa, manusia dapat mengabstraksikan berbagai pengalaman dan buah pikirannya tentang berbagai hal, termasuk hal-hal yang kelak akan dialaminya.

1.        Bahasa Arab berpotensi untuk berkembang, produktif dan kreatif. Hal ini terjadi karena perkembangan bahasa selalu mengikuti perkembangan peradaban manusia, sehingga muncul kata dan istilah-istilah bahasa baru yang digunakan untuk mengkomunikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.

2.        Bahasa Arab merupakan fenomena individu dan fenomena sosial. Sebagai fenomena individu, bahasa merupakan ciri khas kemanuisaan. Ia bersifat insani karena hanya manusia yang mempunyai kemampuan berbahasa verbal. Adapun sebagai fenomena sosial, bahasa merupakan konvensi suatu masyarakat pemilik atau pemakai bahasa itu. Seseorang menggunakan bahasa sesuai norma-norma yang disepakati atau ditetapkan untuk bahasa tersebut. Kesepakatan disini maksudnya bukanlah kesepakatan formal sebagai hasil konferensi atau muktamar yang melibatkan anggota masyarakat luas. Kesepakatan yang dimaksudkan pada dasarnya merupakan kebiasaan yang berlangsung turun temurun dari nenek moyang, yang sifatnya mengikat dan harus diikuti oleh semua pengguna bahasa. Jika seseorang tidak mematuhi atau menyimpang dari kesepakatan bersama tersebut, maka bahasa yang dituturkannya tidak akan dipahami atau paling tidak akan dipahami secara menyimpang (misunderstanding) oleh orang lain dalam masyarakat yang sama.

Secara kodrati, manusia pertama kali mengenal bahasa melalui pendengaran, setelah itu berbicara, membaca, kemudian menulis. Demikian pula halnya dengan  pengajaran bahasa Arab, hendaknya harus dimulai dengan melatih anak untuk selalu mendengar bahasa Arab. Langkah pertama ini dapat dilakukan dengan memasukan anak ke dalam lingkungan bahasa Arab (اللغوية البيئة) atau ke dalam laboratorium bahasa. Guru dapat juga menciptakan ruang kelas dengan selalu aktif menggunakan bahasa Arab sebagai    pengantarnya, hal ini akan menarik perhatian siswa untuk berbicara seperti gurunya dengan        menyimak atau disebut dengan listening.

Tahap selanjutnya adalah bercakap-cakap atau speaking.Langkah kedua ini harus didukung oleh perbendaharaan kosakata yang dimiliki siswa. Guru jangan menyuruh siswa untuk menghafalkan kamus, tetapi guru bisa mengajarkan kata-kata yang dipakai sehari- hari sehingga dapat dipraktekkan anak didik baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dalam pembelajaran bahasa Arab, cara ini disebut dengan muhâdatsah.

Langkah selanjutnya adalah membaca (reading).Pada tahap ini siswa mulai diperkenalkan denganbacaan atau wacana bahasa Arab yang telah menggunakan gramatika yang benar.Penerjemahan kata atau wacana seminimal mungkin dilakukan oleh guru guna mendorong siswa untuk memahami teks tanpa membutuhkan penerjemahan secara utuh.

Setelah siswa memperoleh kemahiran membaca, maka tahap berikutnya yaitu menulis (writing) yang dalam bahasa Arab disebut insya’.Dengan berbekal hasil membaca berbagai wacana aatau bacaan yang baik, maka siswa perlahan-lahan dapat mengungkapkan pikirannya dalam sebuah tulisan.Dengan begitu maka empat kemahiran bahasa telah diperoleh siswa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kemahiran bahasa ini kelak akan dapat dijadikan sarana dalam mempelajari, mengkaji dan mengembangkan ilmu-ilmu yang lainnya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan masyarakat luas.

Bahasa Inggris telah diakui sebagai bahasa yang paling banyak digunakan diseluruh dunia. Pemakaian bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa pengantar dalam persidangan PBB juga sebagai medium dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan perdagangan atau usaha. Banyak negara yang penduduknya menggunakan lebih dari satu bahasa tak terkecuali bangsa Indonesia. Seseorang yang memakai bahasa lebih dari satu dikatakan dwibahasawan. Seorang dwibahasawan memperoleh atau mempelajari bahasa secara berurutan, dalam arti bahwa satu bahasa dikuasai sebelum bahasa lainnya. Urutan bahasa yang dikuasai ini satu sama lain akan memiliki perbedaan baik secara psikologis maupun secara linguistik dalam penguasaan maupun dalam pemakaiannya.

Bahasa yang dipakai oleh seseorang untuk berkomunikasi dibedakan menjadi dua bagian, yaitu bahasa formal dan bahasa informal. Bahasa informal. Bahasa informal yaitu bahasa yang digunakan oleh seseorang bila mereka mengekspresikan dirinya atau idenya dalam bentuk lisan. Sedangkan bahasa formal adalah bahasa yang digunakan oleh seseorang bila mereka mengekspresikan dirinya atau gagasannya dalam bentuk tulisan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara bahasa lisan dan tulisan bahasa Arab dengan bahasa Inggris. Perbedaan nyata terletak pada huruf dan penulisannya. Secara lisan juga terdapat perbedaan nyata di antara kedua bahasa tersebut.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pengakaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2004.

 

Amin Muhammad, al-Lughat al-‘Arabiyyah Ma’nâhâ wa Mabnâhâ, Mesir: Dâr el-Fikr, 1980.

 

John M. Echols, Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia, 2006.

 

Moh.Matsna HS, Diagnosis Kesulitan Belajar Bahasa Arab; makalah disampaikan pada Diklat Guru Bahasa Arab di SMU tanggal 10 – 23 September 2003 di Jakarta.

 

Maulana, Ahmad, dkk., Kamus Ilmiah Populer, Yogyakarta: Absolut, 2004.

 

Radliyah Zaenuddin dkk., Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005.

 

 

No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive