Tidak ada
seorang pun yang tidak berbakat, yang membedakan ialah ada tidaknya minat untuk
mengembangkannya. Bakat merupakan potensi bawaan yang dimiliki manusia,
sedangkan minat tercipta karena adanya ketertarikan kuat atas sesuatu. Kedua
hal ini seringkali dikaitkan dengan faktor kecerdasan dan kesuksesan seseorang.
Bagi saya sendiri, orang cerdas itu orang yang mampu memahami, mengembangkan
dan mendayagunakan bakatnya untuk kepentingan dan kebahagiaan hidupnya, dan
orang sukses ialah orang yang mampu membahagiakan hidupnya. Sukses bisa saja
karena bakat, tetapi sering juga karena minat. Jika demikian, bagaimana bakat
itu muncul dan terbentuk dalam diri kita? Bagaimana kita bisa mengembangkan
keduanya?
Secara ilmiah,
para ahli (dikutip dari www. kesehatan.kompas.com) menyatakan bahwa saat lahir
kita memiliki 100 miliar neuron. Tiga bulan atau 60 hari menjelang
kelahiran, neuron yang kita miliki itu sudah berkomunikasi satu sama lain.
Mereka bahkan membentuk jalinan yang dinamakan dengan axon. Saat jalinan
terbentuk, sebuah sinapsis pun otomatis terbentuk. Di usia tiga tahun,
setiap 100 miliar neuron kita itu telah menciptakan jaringan sinapsis
dengan neuron lainnya. Koneksi antarneuron inilah yang menjadi awal mula
munculnya bakat. Tanda-tandanya, kita akan terlihat aktif luar biasa. Jalinan
sinapsis akan terus mendorong diri kita untuk tidak berhenti melakukan apa pun
yang kita mau sesuai dengan minat kita. Proses ini berlangsung hingga usia kita
mencapai 16 tahun. Di usia inilah bakat mulai terasah karena kita memiliki
ruang lebih luas untuk fokus dan benar-benar mengeksploitasi beberapa sinapsis
tertentu setelah mengalami proses kebingungan memilih, mencoba melakukan segala
sesuatu, dan kita tidak terfokus untuk mematangkan sebuah nilai kompetensi
tertentu. Dari proses ini, kita dapat memahami bahwa minat merupakan faktor
yang dapat mengarahkan bakat. Dalam beberapa pengertian, minat merupakan suatu
perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang tercipta dengan penuh kemauan
dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Dengan demikian, minat dan bakat
merupakan faktor yang saling mempengaruhi, terlepas dari faktor mana yang lebih
dominan. Keduanya penting untuk dikembangkan secara optimal bahkan maksimal.
Dalam
kenyatannya, bakat atau nature sering diartikan sebagai talenta, yakni
kemampuan tertentu yang unik, kecakapan, gift (anugerah) yang dimiliki
seseorang. Pengertian ini mengalami perkembangan signifikan dengan munculnya
pengertian menurut Gallup (2001) bahwa bakat merupakan pola pikir, perasaan dan
perilaku yang berulang-ulang dan dapat meningkatkan produktivitas. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka bakat itu tidak hanya menyangkut kecakapan tertentu,
tetapi juga berkaitan dengan adanya peran untuk mengembangkan. Dalam hal ini,
minat menjadi faktor penting yang berfungsi sebagai nurture yang akan membantu
pengembangan bakat tersebut. Minat merupakan suatu pemusatan perhatian secara
tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan, rasa ketertarikan, keinginan,
dan kesenangan. Ciri umum minat ialah adanya perhatian yang besar, memiliki
harapan yang tinggi, berorientasi pada keberhasilan, mempunyai kebangggaan,
kesediaan untuk berusaha dan mempunyai pertimbangan yang positif. Minat dapat
dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu
dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.
Keberadaan
minat merupakan faktor utama bagi pengembangan bakat karena tanpa minat, bakat
tidak akan berdayaguna. Artinya, minat yang tinggi akan membuat kita mampu
melakukan sesuatu sekalipun kita tidak berbakat, sebaliknya berbakat tanpa
minat akan sulit mengembangkan bakat tersebut. Karena itu, ketika kita
mengenali dan memahami bakat kita, tumbuhkanlah dan peliharalah minat kita agar
bakat yang kita punya terjaga. Minat bisa diciptakan, tetapi bakat merupakan
bawaan yang tidak bisa kita ciptakan dengan tiba-tiba. Semua orang bisa
melakukan hal yang sama dengan kita, tetapi yang berbakat bisa menghasilkan
kualitas yang lebih baik. Untuk memahami bakat dan minat memang bukan masalah
gampang karena tidak hanya menyangkut masalah banyaknya teori dan tes untuk
mengenali bakat dan mengukur minat kita. Lebih dari itu, ada yang sangat
penting untuk kita pahami yakni bagaimana mengembangkan bakat dan minat itu
untuk sebuah prestasi kehidupan karena tidak semua orang mampu memaksimalkan
bakatnya, sekalipun ia telah mengenali dan mengetahuinya.
Untuk mengembangkan
bakat dan minat, diperlukan beberapa faktor berikut. Pertama, stimulasi. Faktor
stimulan bakat dan minat bisa internal atau eksternal. Stimulan yang utama
ialah kesadaran akan potensi diri, belajar dan terus belajar, konsentrasi dan
fokus dengan kemampuan atau kelebihan diri kita. Jangan selalu melihat kepada
kelemahan, karena waktu kita akan terbuang, sehingga bakat pun ikut terpendam
dan minat jadi “melempem”. Kedua, berusahalah untuk kreatif dengan mencari
inspirasi dari mana saja dan dari siapa saja. Kreativitas akan menuntun jalan
kita menuju pengenalan dan pemahaman bakat, menumbuhkembangkan minat, sehingga
kita bisa mengembangkannya agar bermanfaat untuk hidup kita. Ketiga,
peliharalah kejujuran dan ketulusan. Kita harus jujur mengakui bakat yang kita
miliki sekalipun tidak begitu kita minati. Ketulusan mensyukuri bakat dapat
menumbuhkan minat meskipun perlu proses dan waktu. Bakat alami itu akan tetap
ada, bisa dikembangkan dan dimanfaatkan dengan meningkatkan kekuatan minat.
Misalnya, kita semua bisa menulis, tetapi yang berbakat bisa menghasilkan
tulisan yang lebih baik daripada yang lainnya. Ketika bakat itu disertai dengan
minat yang kuat, maka bakat itu akan berkembang lebih pesat dan berkualitas.
Bakat itu akan mengundang kerinduan untuk melakukannya kembali, seperti energi
yang mensuplai kebutuhan.
Dalam upaya
untuk pengembangan bakat untuk anak berkebutuhan Khusus Sekolah merupakan salah
satu lembaga sosial yang diharapkan dapat membantu anak-anak mencapai prestasi
pendidikan yang baik. Namun disamping sekolah orang tua memiliki peran yang
sangat berarti dalam mengembangkan bakat anak. Dipercaya bahwa adanya peran
pengasuhan yang baik cenderung membuka peluang lebih besar bagi anak-anak untuk
mengembangkan bakatnya sesuai dengan minat anak. Peran pola asuh keluarga yang
dilandasi kasih sayang, dan disertai pemberian stimulasi (perangsangan) yang
cukup dan sesuai dipercaya dapat melahirkan anak-anak yang berbakat.
Kerja sama antara sekolah dan
orang tua sangat dibutuhkan. Para orang tua bagi anak-anak yang berprestasi
tinggi memberikan pola asuh yang baik disertai kehangatan, selanjutnya para
guru memberikan pelatihan yang baik. Hal yang bisa dilakukan orangtua dirumah
adalah sebagai berikut:
·
Patoklah prestasi akademis yang tinggi namun realistis
buat anak.
·
Tanamkanlah rasa optimis kepada mereka bahwa
mereka bisa mencapainya.
·
Bicara dan bermain dengan anak, untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi.
·
Berceritalah mengenai berbagai peristiwa yang
sedang terjadi, apa saja yang terjadi di lingkungan sekitar. Saat berbicara
mengenai rutinitas harian Anda, jelaskan apa yang Anda lakukan dan mengapa.
Doronglah anak untuk bertanya untuk Anda jawab, atau bisa juga bantu dia untuk
menjawabnya sendiri.
·
Perhatikan apa yang mereka suka lakukan, seperti
Menonjolkah ia dalam olahraga tertentu? Apakah ia tidak bisa duduk diam untuk
waktu yang lama? Pandaikah ia menirukan gerakan badan atau wajah orang lain?
Tangkaskah ia dalam kegiatan yang membutuhkan ketrampilan tangan, seperti
origami (melipat kertas gaya jepang), membuat pesawat dari kerta, melukis,
bermain dengan tanah liat, atau merajut? Apakah ia dapat menggunakan badannya
dengan baik untuk mengekspresikan dirinya? Bantu mereka mengembangkan kesukaan
itu, dan cari tahu bagaimana mereka bisa mengikuti lomba di lingkungan sekitar
atau di tingkat kota.
Orang tua
hendaknya waspada akan diri mereka apakah mereka memberikan respon sungguh
terhadap kebutuhan anak ataukah hanya memberikan respon kepada bakat yang
dimiliki anak. Tidak sedikit orang tua yang salah dalam hal ini yaitu
adakalanya orang tua menyadari anak mereka berbakat lantas secara menggebu-gebu
memaksa anakya mengikuti latihan-latihan dengan program yang sangat ketat.
Dorongan seperti ini lambat laun akan membuat anak menyadari bahwa orang tua mereka
lebih berminat pada bakat yang mereka miliki daripada memperhatikan
kesejahteraan dan kebahagiaan diri mereka selaku anak-anaknya. Karenanya para
orang tua serta pendidik harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Dorongan, apalagi pemaksaan secara berlebihan
pada anak dapat melunturkan motivasi anak untuk mengembangkan bakat mereka.
Anak akan merasa tertekan, sakit hati, atau melakukan sesuatu hanya karena
berharap memperoleh hadiah. Masa kecil mereka bahkan akan hilang sebagian.
2.
Pujian yang berlebihan pada anak-anak usia muda
atau menjadikan anak sebagai figur publik secara terus menerus merupakan bentuk
eksploitasi terhadap anak bahkan cendrung melunturkan semangat anak untuk
mengeksplorasi bakat mereka lebih lanjut.
3.
Pujian yang berlebihan tanpa kendali emosi juga
dapat membawa anak terbjebak ke dalam sikap lupa diri.
4.
Para orang tua yang memiliki anak-anak berbakat
hendaknya jangan terlalu berharap bahwa anak-anak tersebut kelak akan menjadi
kreator, inventor atau inovator. Seorang anak yang berbakat sebagai seorang
dokter tidak harus menjadi penemu serum tertentu tetapi dapat menjadi pelayan
kesehatan yang sangat baik bagi masyarakat.
Dengan
demikian, sebaiknya yang dapat dilakukan guru dan orang tua agar anak dapat
berprestasi dengan cara menyenangkan adalah sebagai berikut:
1.
Orang tua dan guru harus menyadari bahwa setiap
anak merupakan pribadi yang unik dan berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan
ini terjadi karena setiap anak mempunyai bakat, kemampuan, dan kebutuhan yang
berbeda.
2.
Setiap anak pasti mempunyai salah satu dari
sembilan kecerdasan yang diberikan Allah SWT. Bahkan, ada juga anak yang
memiliki lebih dari satu kecerdasan. Kecerdasan itu adalah kecerdasan
linguistik, matematika-logika, ruang-visual, musik, naturalis, interpersonal,
intrapersonal, kemampuan olah tubuh, dan spiritual.
3.
Membantu anak untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Misalnya potensi fisik, iman, akhlak, ibadah, emosi, sosial,
mental, dan keterampilan. Biarkan anak mengembangkannya seperti keinginannya,
sedangkan orang tua mengarahkan saja.
4.
Sampaikan materi sesuai dengan kebutuhan,
perkembangan, kemampuan dan bakat anak. Materi harus yang dibutuhkan anak,
bukan yang diinginkan orang tua. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa
perlakuan yang tepat dan materi yang sesuai tidak akan mempunyai efek yang
positif jika tidak disampaikan pada situasi yang tepat. Sampaikan materi secara
efektif, yakni dengan bermain, bernyanyi, atau bercerita. Sesekali tinggalkan
status orang tua yang melekat pada kita, misalnya berubah menjadi badut, tukang
sulap, ilmuwan, atau sahabat bagi anak kita.
5.
Yang perlu diingat, prestasi anak bukanlah
prestasi untuk orang tuanya. Prestasi itu untuk diri anak itu sendiri.
Orang tua cukup mengarahkan dengan benar dan membantu anak dengan cara-cara yang
disukai anak, bukan dengan hukuman atau omelan yang bisa merusak hubungan
harmonis anak dengan orang tua. Keberhasilan anak tidak saja berasal dari usaha
yang dilakukan anak, tetapi juga bergantung pada orang tua dan lingkungan di
sekitarnya.
No comments:
Post a Comment