A.
Konsep Dasar Tentang
Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan
konseling jika ditelisik lebih dalam maknanya maka akan menemukan
pemahaman-pemahan sangat kompleks sehingga perlu adanya pemahaman medalam dan
sistematika yang sesuai sehingga selain pemahaman yang dapat tercapai juga
terwujudnya pengaplikasian yang nantinya juga akan dapat diterapkan sesuai
dengan konsep dasar mengenai bimbingan dan konseling yang tepat dan sesuai
dengan situasi serta psikologi yang sangat dinamis (sewaktu-waktu berubah).
1.
Pengertian Bimbingan
Secara
etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “Guadience” berasal
dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti “menunjukkan, membimbing,
menuntun ataupun membantu”. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum
bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Namun, meskipun
demikian tidak berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan.
Kalau sekiranya seorang mahasiswa dating kepada penasehat akademisnya
menyampaikan bahwa sampai saat terakhir pembayaran uang SPP nya itu, tentu saja
bantuan ini bukan bantuan yang dimaksudkan dengan pengertian bimbingan.
Demikian juga,
jika seorang mahasiswa yang kebetulan bertemu dengan seorang ibu yang lembali
dari pasar, dan membawa beban cukup berat, kemudian mahasiswa tersebut membantu
ibu itu membawakan bebannya, maka bantuan yang diberikan oleh mahasiswa itu
juga bukan bantuan bantuan dalam bentuk membimbing.[1]
Sehingga
bimbingan yang dimaksudkan ialah bimbingan yang memiliki arti membimbing bukan
mengarahkan jalan kesuatu kota misalnya, juga bukan mengarahkan bagaimana jalur
pendaftaran penerimaan siswa baru, akan tetapi bimbangan yang dimaksud ialah
bagaimana membantu, menuntun individu dalam upayanya untuk menyelesaikan
urusannya atau tujuan yang diinginkan, sehingga dapat tercapai.
Beberapa Definisi dari
Bimbingan antara lain:
a. Bimbingan adalah suatu
proses membantu indvidu melalui usahanya sendiri untuk untuk menemukan dan
mengambangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagian pribadi dan kemanfaatan
sosial.
b. Bimbingan merupakan
“helping” yang berarti bantuan atau pertolongan. Makna bantuan dalam bimbingan
menunjukkan bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau
mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik sendiri. Dalam proses
bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi berperan
sebagai fasilitator. Istilah bantuan dalam bimbingan dapat juga dimaknai sebagai
upaya untuk (a) menciptakan lingkungan (fisik, psikis, sosial, dan spiritual)
yang kondusif bagi perkembangan siswa, (b) memberikan dorongan dan semangat,
(c) mengembangkan keberanian bertindak dan bertanggung jawab, dan (d)
mengambangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah perilakunya sendiri.[2] Pertolongan dari bimbingan
oleh pembimbing yang dimaksud disini berbeda dengan bimbingan sebagai suatu
kata kerja saja, suatu misal apabila seseorang yang membantu membimbing jalan
seorang nenek untuk menyeberang jalan. Dalam hal ini bimbingan sebagai makna
yang kata karja belaka. Tetapi sebagai bantuan bimbingan yang berupa member
semangat, mengembangkan kepribadian, baik itu secara psikis, sosial, maupun
sprirtual supaya terjadi perubahan perilaku dari yang belum baik menjadi
oerilaku yang baik
c. Deni Febirini mengutip
penjelasan dari Franck Parson, dia
menjelaskan bahwa pengertian dari pada bimbingan yaitu sebagai bantuan
yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri dan
memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya.
Dari pengertian ini menurut Frank dirumuskan pengertian bimbingan dalam
beberapa aspek yakni bimbingan diberikan kepada individu untuk memasuki suatu
jabatan dan mencapai kemajuan dalam jabatan.[3] Spesifikasi penjelasan ini
memang nampak berorientasi pada karir akan tetapi jika pada dasarnya bimbingan
memang dilakukan untuk membantu mengangkat karir siswa atau historis siswa
supaya menjadi lebih baik dikemudian hari memang tepat adanya jika jabatan itu
dianggap sebagai jenjang dan harus mengalamai kemajuan, sama halnya dengan
kepribadian harus terus berubah menjadi lebih baik menuju kepada tingkatan
kedewasaan yang sesungguhnya dan sesuai dengan kebutuhan individu tersebut.
d. Sebagaimana dikutip oleh
Muwahid Sulhan penjelasan dari Arifin dan Etty Kartikawati adalah sebagai
berikut:
“ Bimbingan merupakan
merupakan suatu bantuan yang diberikan oleh seorang kepada orang lain yang
dirasa bermasalah, dengan harapan klien tersebut dapat menerima keadaan-keadaan
dirinya sehingga dapat mengatasi masalahnya dan mengadakan penyesuaian diri
terhadap lingkungan keluarga, sekolah maupun msayarakat ”.[4]
2.
Teori-teori
Konseling
Ada bebrapa macam teori dalam konseling, sehingga dengan
adanya bebrapa teori ini nantinya upun klien sehingga dapat mencapai
keberhasilan secara maksimal diantara bebrapa teori/pendekatan yang ada dalam
konseling antara lain:
a. Pendekatan
Psikoanalitik
Pendekatan psikoanalitik adalah contoh dari pendekatan yang
telah mengalami modifikasi terus-menerus untuk memasukkan ide-ide baru. Sejak
dikembangkan oleh Freud, pendekatan ini terus menerus berkembang sampai saat
ini.
Pendekatan Psikoanalitik menekankan pada pentingnya riwayat
hidup, pengaruh-pengaruh dari impuls genetik (insting), energi hidup (libido)
pengaruh dari pengalaman individu, serta irrasionalitas dan sumber dari tingkah
laku manusia. Taraf conscious berisi
ide-ide yang disadari individu saat itu. Taraf preconcious, berisi ide-ide yang disadari individu pada saat itu,
dapat dipanggil kembali. Taraf unconcious,
berisi ide ide yang sudah dilupakan oleh individu , tetapi Jeanette yang
gemar menguti pedapat Freud, menjelaskan bahwa yang paling berpengaruh adalah
yang tidak disadari merupakan bagian terbesar dari kepribadian dan mempunyai
pengaruh yang kuat.[5]
Pengaruh dari pada pengalaman diri menurut pandangan
psikoanalitik sangat mempengaruhi kepribadian atau psikologi dari pada individu
bahkan jika diamati kembali teori ini menerangkan bahwa yang paling dominan
berpengaruh pada kepribadian individu dalam pandangan teori ini adalah yang
tidak disadari merupakan unsur atau bagian dominan yang memang superior berpengaruh dalam kepribadian,
sehingga menciptakan perilaku yang sangat kuat yang kadang bahkan individu
tidak sadari bahwa itu dalam kategori kebaikan atau keburukan.
b.
Pendekatan Humanistik
Istilah humanistik sangat luas dan memfokuskan pada individu
sebagai pembuat keputusan dan pencetus pertumbuhan dan perkembangan diri mereka
sendiri. Menurut Rogers, aktualisasi diri adalah dorongan yang paling menonjol
dan memotivasi eksistensi dan mencakup tindakan yang mempengaruhi keseluruhan
kepribadian. Sehingga istilah humanisatik dalam hubungannya dengan konseling,
memfokuskan pada potensi untuk secara aktif memilih dan membuat keputusan
tentang hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri dan lingkungannya.[6]
Potensi serta kemampuan diri dalam teori humanistik jika
diamati kembali sangat kental dengan bagaimana memanfaatkan potensi yang ada
pada diri individu supaya berhasil mencari, kemudian menemukan pilihan atau
pemecahan masalah, dengan melalui pemahaman diri yang mendalam, selanjutnya
akan muncul adanya pertumbuhan dan perkembangan mereka sendiri.
c.
Pendekatan Behavioral
Seringkali orang mengalami kesulitan karena tingkah lakunya
berlebih atau ia kekurangan tingkah laku yang pantas. Pendekatan behavioral
menitik beratkan pada perubahan individu supaya memodifikasi atau mengeliminasi
tingkah laku yang berlebih. Dengan kata lain, membantu klien atau individu agar
tingkah lakunya menjadi lebih adaptif dan menghilangkan maladaptif.[7]
Perubahan individu dalam pendekatan behavioral jika dipahami
kembali ternyata klien atau individu itu sebenarnya adalah “objek” yang dinamis
jika dimodifiikasi tindakannya, sehingga klien atau individu dapat tahu mana
perilaku yang berlebih kemudian dirubah menjadi perilaku yang sewajarnya dalam
artian perilaku yang semestinya, sehingga modifikasi yang dimaksud yaitu
perbaikan diri yang memiliki masalah spesifik seperti gangguan makan,
penyalahgunaan zat, dan disfungsi psikoseksual.
d.
Konseling Kognitif
Kognisi adalah pikiran, keyakinan dan imagae-image internal yang dipunyai seseorang dalam hidupnya. Teori
ini bersifat memfokuskan pada proses-proses mental dan pengaruhnya pada
kesehatan mental dan tingkah laku. Premis umum dari semua pendekatan kognitif
ialah bahwa pikiran seseorang menentukan bagaimana perasaan mereka dan
bagaimana mereka bertingkah laku. Akan tetapi pendekatan kognitif menurut
Hackney dan Cormier sebagaimana dikutip Jeanett memiliki karakter-karakter
diantaranya, (1) mempunyai intelegensi diatas rata-rata, (2) distres fungsional
yang dialami bertaraf sedang atau berat, (3) mempunyai kemampuan mendentifikasi
perasaan dan pikiran, (4) tidak sedang dalam keadaan krisis, psikiotik amat
parah terganggu masalahnya, (5) mempunyai khasanah ketrampilan, (6) mempunyai
kemampuan untuk memproses informasi baik secara visual atau auditori, (7)
orientasi aktivitasnya adalah analitik.[8]
e.
Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem menekankan cara yang lebih kontekstual dalam memandang
tingkah laku. Menurut Brammer, Abrego dan Shostrom sebagaimana dikutip Jeanette
teori sistem kurang menekankan pada asumsi-asumsi individu dibandingkan dengan
teori-teori lain, Gladding menjelaskan bahwa teori-teori sistem adalah suatu
istilah generik
untuk mengkonseptualiasasikan sautu kelompok dari elemen-elemen (orang) yang
saling berhubungan yang berinteraksi sebagai suatu kesatuan utuh. Ludwig von
Bertanlanfy. Asumsi teorinya Pertama, kausalitas
adalah interpersonal. Kedua, sistem
psikososial paling baik dipahami sebagai pola berulang dari interaksi
interpersonal. Ketiga, Tingkah laku
simtomatik harus dipahami dari sudut pandang interaksional. [9]
Penting untuk
benar-benar memilih atau memahami teori-teori konseling karena dengan pemahaman
yang tepat juga akan menghasilkan hasil yang memuaskan. Maka dari itu sebagai
konselor juga harus bisa menyesuaikan antara klien dengan teori sebagai
landasan, maupun konselor sendiri bagaimana dalam menentukan teori yang
digunakan dalam pelayanan.
3.
Tujuan
Bimbingan dan Konseling
Tujuan dari bimbingan dan konseling pada
dasarnya adalah agar individu yang dibimbing memliki kemampuan atau kecakapan
melihat dan menemukan masalahnya dan mampu atau cakap memecahkan sendiri
masalah yang dihadapinya serta mampu menyesuaikan diri secara efektif dengan
lingkungannya.[10]
Membantu memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi-potensi mereka
secara optimal.[11]
Sebagaimana dikutip oleh Elfi Muawanah konseling
menurut Surya adalah seberapa jauh tujuan itu tergantung kepada konseli atau
kepada konselor. Adapun secara umum tujuan konseling adalah sebagai berikut:
(a)
Tercapainya perubahan
perilaku
Menurut Boy dan
Pine dalam bukunya Surya
yang dikutip oleh Elfi, tujuan dari pada konseling adalah untuk membantu siswa
menjadi lebih matang dan lebih self
actuated, membantu dalam sosialisasi siswa dengan memanfaatkan
sumber-sumber pada potensi sendiri.[12]
Jika kita amati kembali sebenarnya yang menjadi kunci dari
pada tujuan perilaku ialah bagaimana perubahan perilaku, sedangkan perubahan
yang haruus terjadi sehingga konseling itu dianggap berhasil ialah bagaimana
muncul sebuah kesadaran sehingga perubahan perilaku lebih mengena dikehidupan individu,
bukan bersifat momentual belaka.
(b)
Terciptanya kesehatan
mental yang positif
Tujuan
konseling adalah pemeliharaan, pemulihan kesehatan mental yang baik atau harga
diri, membuat diri menjadi sehat secara mental dan kondisi mental yang positif
klien, merupakan indikasi keberhasilan kilen.[13]
Mental jika dipandang dari sudut tujuan konseling merupakan goal yang harus tercapai karena jika mantal
sesesorang dalam keadaan positif
sedikit
atau banyak akan mempengaruhi kinerja, maupun perilaku dalam kesehariannya
sehingga mental yang sehat membawa pribadi yang kuat.
(c)
Mengenal lingkungan
Mengenal lingkungan ialah bagaimana individu atau siswa agar
mengenal secara objektif lingkungan sosial dan ekonomi, lingkungan budaya
dengan nilai-nilai norma, maupun lingkungan fisik dan menerima semua kondisi
lingkungan itu secara positif dan secara dinamis.[14]
Lingkungan adalah kesatuan dalam kehidupan manusia yang
bersinggungan secara unpredictable, sehingga
sorang individu atau siswa harus berbekal kemampuan bertahan dan kemampuan
adaptif sehingga lingkungan dapat ditaklukkan dan bukan menjadi penghalang
untuk menjadi kepribadian diri yang baik.
(d)
Merenacakan masa depan
Maksudnya ialah agar siswa mampu mempertimbangkan dan
mengambil keputusan tentang masa depannya sendiri, baik yang menyangkut
pendidikan, karir keluarga. Demikian kutiapan oleh Deni Febrini dari pendapat
Prayitno.[15]
Masa depan adalah setiap periode yang akan menjadi jenjang
dimana seseorang akan memutar otak lebih dalam supaya kehidupan dimasa itu
tecapai kehidupan yang baik maupun bahagia, sehingga siswa atau individu harus pandai pandai benar
dalam menentukan pilihan dimasa mendatang.
a.
Tujuan bimbingan
konseling dalam Islam
Hamdan Barkran Adz Dzaky, merinci tujujan bimbingan dan
konseling dalam Islam sebagai berikut: Pertama,untuk
menghasilkan suatu perubahan,perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiawa, dan
mental. Jiwa yang tenang menjadi tenang,
jinak dan damai (muthmainnah),
bersikap lapang dada (radhiyah) dan
mendapatkan pencerahan taufid dan hidayahnya-Nya (mardhiyah).
Kedua, untuk
menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkahlaku yang dapat
memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga. Lingkungan
sekolah atau madrasah, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial, dan alam
sekitarnya.
Ketiga, untuk
menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan
berkembang rasa toleransi (tasamukh),
kesetiakawanan, tolong menolong, dan rasa kasih sayang.
Keempat, untuk
menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan
berkembang keinginan untuk berbuat taat kepada-Nya, ketulusan mematuhi segala
peintah-perintah-Nya, serta ketabahan menerima ujian-Nya.
Kelima, untuk
menghasilkan potensi illahiyah, sehingga
dengan potensi itu individu dapat melakukan tugas-tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar, dapat
dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan dapat memberikan
kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.
Dengan demikian jika dipahami kembali bimbingan dan
konseling dalam Islam merupakan tujuan yang ideal dalam rangka mengembangkan
kepribadian Muslim yang sempurna atau optimal (kaffah dan Insan kamil).[16]
Penjabaran tujuan bimbingan diatas lebih kusus lagi,
nampaknya memang relevan
dengan kebutuhan dari pendidikan kekinian, akan tetapi yang tidak kalah penting
ialah bagaimana berbagai penjelasan sebelumnya diguanakan atau diaplikasikanya
sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah madrasah yang bersangkutan.
4.
Fungsi
Bimbingan dan Konseling
Dalam
bimbingan dan konseling ada beberapa pembagian dari pada fungsi bimbingan dan
konseling itu sendiri, penting untuk dipahami fungsi-fungsi ini sehingga dapat
mengantarkan kita lebih dalam lagi bagaimana fungsi bimbingan dan konseling.
Antara lain dijabarkan sebagai berikut:
a) Fungsi
Pemahaman
yaitu fungsi bimbingan konseling yang
akan menghasilkan sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan
pengemban peserta didik. Pemahaman siswa terhadap diri sendiri, orang tua, guru, dan guru pembimbing.
b) Fungsi
Preventif
artinya merupakan usaha pencegahan
terhadap timbulnya masalah yang dapat mengganggu, menghambat ataupun
menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
c) Fungsi
Kuratif
artinya usaha membantu siswa untuk
pemecahan masalah yang dihadapi siswa, yang nantinya siswa dapat mengentaskan
diri dari masalahnya[17].
d) Fungsi
Pengembangan
Fungsi bimbingan dan konseling yang
sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Fungsi ini memposisikan
konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif, yang memfasilitasi perkembangan klien.
e) Fungsi
Penyaluran
Fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu klien dalam memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan atau program
studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat,
bakat, keahlian, dan cirri-ciri kepribadiann lainnya.
f) Fungsi
Adaptasi
Yaitu fungsi membantu para pelaksana
pendidikan, kepala sekolah/madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk
menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat
kemampuan dan kebutuhan klien.[18]
g) Fungsi
Advokasi
Layanan bimbingan bimbingan dan konseling melalui
fungsi ini adalah membantu peserta didik memperoleh pembelaan atau hak atas
kepentingannya yang kurang menapat perhatian.
h) Fungsi
Perbaikan
Tiap-tiap individu
atau siswa memiliki masalah bisa dipastikan bahwa tidak ada individu apalagi
siswa di sekolah dan madrasah yang tidak memiliki masalah. Akan tetapi
kompleksitas masalah yang dihadapi oleh individu (siswa) jelas berbeda.
Meskipun pelayanan pelayanan bimbingan dan konseling melalui fungsi pencegahan,
penyaluran dan penyesuaian telah diberikan, tetapi masih mungkin individu (siswa)
memiliki masalah-masalah tertentu sehingga fungsi perbaikan diperlukan. Melalui
fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa. Bantuan yang diberikan
tergantung kepada masalah yang dihadapi siswa. Dengan kata lain dirumuskan
berdasarkan masalah yang terjadi pada siswa.
[1] Hallen, Bimbingan dan Konseling. (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hlm. 3
[2] Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan & Konseling,
(Bandung ; Rosdakarya, 2006), hlm. 6-7
[3] Deni Febrini, Bimbingan Konseling, (Yogyakarta ;
Teras, 2011), hlm. 6
[4] Muwahid Sulhan, Manajemen Pendidikan Islam. (Yogyakarta
; Teras, 2013), hlm. 63
[6] Ibid.., hlm, 23-24
[7] Ibid.., hlm, 27-26
[8] Ibid.., hlm, 31-32
[9] Ibid.., hlm, 37
[10] Tohirin, Bimbingan di Sekolah dan Madrasah, (Rajawali Press; Jakarta, 2013),
hlm. 33-34
[11] Deni Febrini, Bimbingan Konseling,(Teras; Yogyakarta,
2011), hlm. 13
[12] Elfi Mu’awanah, Re-Learning Pribadi Sehat Melalui Konseling,
(Elkaf; Surabaya, 2005), hlm.24-25
[13] Ibid., hlm. 25-26
[14] Deni Febrini, Bimbingan Konseling..., hlm. 13-14
[15] Ibid., hlm. 14
[16] Tohirin, Bimbingan di Sekolah dan Madrasah…, hlm. 35-36
[17] Muwahid Sulhan & Soim, Manajemen Pendidikan Islam. (Teras;
Yogyakarta, 2013), hlm.67-68
[18] Deni Febrini, Bimbingan Konseling,(Teras; Yogyakarta,
2011) hlm.16
No comments:
Post a Comment