Monday, January 8, 2018

Konsep Dasar Tentang Bimbingan dan Konseling

A.    Konsep Dasar Tentang Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling jika ditelisik lebih dalam maknanya maka akan menemukan pemahaman-pemahan sangat kompleks sehingga perlu adanya pemahaman medalam dan sistematika yang sesuai sehingga selain pemahaman yang dapat tercapai juga terwujudnya pengaplikasian yang nantinya juga akan dapat diterapkan sesuai dengan konsep dasar mengenai bimbingan dan konseling yang tepat dan sesuai dengan situasi serta psikologi yang sangat dinamis (sewaktu-waktu berubah).
1.      Pengertian Bimbingan
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “Guadience” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti “menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun membantu”. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Namun, meskipun demikian tidak berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan. Kalau sekiranya seorang mahasiswa dating kepada penasehat akademisnya menyampaikan bahwa sampai saat terakhir pembayaran uang SPP nya itu, tentu saja bantuan ini bukan bantuan yang dimaksudkan dengan pengertian bimbingan.
Demikian juga, jika seorang mahasiswa yang kebetulan bertemu dengan seorang ibu yang lembali dari pasar, dan membawa beban cukup berat, kemudian mahasiswa tersebut membantu ibu itu membawakan bebannya, maka bantuan yang diberikan oleh mahasiswa itu juga bukan bantuan bantuan dalam bentuk membimbing.[1]
Sehingga bimbingan yang dimaksudkan ialah bimbingan yang memiliki arti membimbing bukan mengarahkan jalan kesuatu kota misalnya, juga bukan mengarahkan bagaimana jalur pendaftaran penerimaan siswa baru, akan tetapi bimbangan yang dimaksud ialah bagaimana membantu, menuntun individu dalam upayanya untuk menyelesaikan urusannya atau tujuan yang diinginkan, sehingga dapat tercapai. 
Beberapa Definisi dari Bimbingan antara lain:
a.       Bimbingan adalah suatu proses membantu indvidu melalui usahanya sendiri untuk untuk menemukan dan mengambangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagian pribadi dan kemanfaatan sosial.
b.      Bimbingan merupakan “helping” yang berarti bantuan atau pertolongan. Makna bantuan dalam bimbingan menunjukkan bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik sendiri. Dalam proses bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi berperan sebagai fasilitator. Istilah bantuan dalam bimbingan dapat juga dimaknai sebagai upaya untuk (a) menciptakan lingkungan (fisik, psikis, sosial, dan spiritual) yang kondusif bagi perkembangan siswa, (b) memberikan dorongan dan semangat, (c) mengembangkan keberanian bertindak dan bertanggung jawab, dan (d) mengambangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah perilakunya sendiri.[2] Pertolongan dari bimbingan oleh pembimbing yang dimaksud disini berbeda dengan bimbingan sebagai suatu kata kerja saja, suatu misal apabila seseorang yang membantu membimbing jalan seorang nenek untuk menyeberang jalan. Dalam hal ini bimbingan sebagai makna yang kata karja belaka. Tetapi sebagai bantuan bimbingan yang berupa member semangat, mengembangkan kepribadian, baik itu secara psikis, sosial, maupun sprirtual supaya terjadi perubahan perilaku dari yang belum baik menjadi oerilaku yang baik
c.       Deni Febirini mengutip penjelasan dari Franck Parson, dia  menjelaskan bahwa pengertian dari pada bimbingan yaitu sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya. Dari pengertian ini menurut Frank dirumuskan pengertian bimbingan dalam beberapa aspek yakni bimbingan diberikan kepada individu untuk memasuki suatu jabatan dan mencapai kemajuan dalam jabatan.[3] Spesifikasi penjelasan ini memang nampak berorientasi pada karir akan tetapi jika pada dasarnya bimbingan memang dilakukan untuk membantu mengangkat karir siswa atau historis siswa supaya menjadi lebih baik dikemudian hari memang tepat adanya jika jabatan itu dianggap sebagai jenjang dan harus mengalamai kemajuan, sama halnya dengan kepribadian harus terus berubah menjadi lebih baik menuju kepada tingkatan kedewasaan yang sesungguhnya dan sesuai dengan kebutuhan individu tersebut.
d.      Sebagaimana dikutip oleh Muwahid Sulhan penjelasan dari Arifin dan Etty Kartikawati adalah sebagai berikut:
Bimbingan merupakan merupakan suatu bantuan yang diberikan oleh seorang kepada orang lain yang dirasa bermasalah, dengan harapan klien tersebut dapat menerima keadaan-keadaan dirinya sehingga dapat mengatasi masalahnya dan mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungan keluarga, sekolah maupun msayarakat.[4]            
2.      Teori-teori Konseling
Ada bebrapa macam teori dalam konseling, sehingga dengan adanya bebrapa teori ini nantinya upun klien sehingga dapat mencapai keberhasilan secara maksimal diantara bebrapa teori/pendekatan yang ada dalam konseling antara lain:
a.       Pendekatan Psikoanalitik
Pendekatan psikoanalitik adalah contoh dari pendekatan yang telah mengalami modifikasi terus-menerus untuk memasukkan ide-ide baru. Sejak dikembangkan oleh Freud, pendekatan ini terus menerus berkembang sampai saat ini.
Pendekatan Psikoanalitik menekankan pada pentingnya riwayat hidup, pengaruh-pengaruh dari impuls genetik (insting), energi hidup (libido) pengaruh dari pengalaman individu, serta irrasionalitas dan sumber dari tingkah laku manusia. Taraf conscious berisi ide-ide yang disadari individu saat itu. Taraf preconcious, berisi ide-ide yang disadari individu pada saat itu, dapat dipanggil kembali. Taraf unconcious, berisi ide ide yang sudah dilupakan oleh individu , tetapi Jeanette yang gemar menguti pedapat Freud, menjelaskan bahwa yang paling berpengaruh adalah yang tidak disadari merupakan bagian terbesar dari kepribadian dan mempunyai pengaruh yang kuat.[5]
Pengaruh dari pada pengalaman diri menurut pandangan psikoanalitik sangat mempengaruhi kepribadian atau psikologi dari pada individu bahkan jika diamati kembali teori ini menerangkan bahwa yang paling dominan berpengaruh pada kepribadian individu dalam pandangan teori ini adalah yang tidak disadari merupakan unsur atau bagian dominan yang memang superior berpengaruh dalam kepribadian, sehingga menciptakan perilaku yang sangat kuat yang kadang bahkan individu tidak sadari bahwa itu dalam kategori kebaikan atau keburukan.


b.      Pendekatan Humanistik
Istilah humanistik sangat luas dan memfokuskan pada individu sebagai pembuat keputusan dan pencetus pertumbuhan dan perkembangan diri mereka sendiri. Menurut Rogers, aktualisasi diri adalah dorongan yang paling menonjol dan memotivasi eksistensi dan mencakup tindakan yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian. Sehingga istilah humanisatik dalam hubungannya dengan konseling, memfokuskan pada potensi untuk secara aktif memilih dan membuat keputusan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri dan lingkungannya.[6]
Potensi serta kemampuan diri dalam teori humanistik jika diamati kembali sangat kental dengan bagaimana memanfaatkan potensi yang ada pada diri individu supaya berhasil mencari, kemudian menemukan pilihan atau pemecahan masalah, dengan melalui pemahaman diri yang mendalam, selanjutnya akan muncul adanya pertumbuhan dan perkembangan mereka sendiri.
c.       Pendekatan Behavioral
Seringkali orang mengalami kesulitan karena tingkah lakunya berlebih atau ia kekurangan tingkah laku yang pantas. Pendekatan behavioral menitik beratkan pada perubahan individu supaya memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang berlebih. Dengan kata lain, membantu klien atau individu agar tingkah lakunya menjadi lebih adaptif dan menghilangkan maladaptif.[7]  
Perubahan individu dalam pendekatan behavioral jika dipahami kembali ternyata klien atau individu itu sebenarnya adalah “objek” yang dinamis jika dimodifiikasi tindakannya, sehingga klien atau individu dapat tahu mana perilaku yang berlebih kemudian dirubah menjadi perilaku yang sewajarnya dalam artian perilaku yang semestinya, sehingga modifikasi yang dimaksud yaitu perbaikan diri yang memiliki masalah spesifik seperti gangguan makan, penyalahgunaan zat, dan disfungsi psikoseksual.
d.      Konseling Kognitif
Kognisi adalah pikiran, keyakinan dan imagae-image internal yang dipunyai seseorang dalam hidupnya. Teori ini bersifat memfokuskan pada proses-proses mental dan pengaruhnya pada kesehatan mental dan tingkah laku. Premis umum dari semua pendekatan kognitif ialah bahwa pikiran seseorang menentukan bagaimana perasaan mereka dan bagaimana mereka bertingkah laku. Akan tetapi pendekatan kognitif menurut Hackney dan Cormier sebagaimana dikutip Jeanett memiliki karakter-karakter diantaranya, (1) mempunyai intelegensi diatas rata-rata, (2) distres fungsional yang dialami bertaraf sedang atau berat, (3) mempunyai kemampuan mendentifikasi perasaan dan pikiran, (4) tidak sedang dalam keadaan krisis, psikiotik amat parah terganggu masalahnya, (5) mempunyai khasanah ketrampilan, (6) mempunyai kemampuan untuk memproses informasi baik secara visual atau auditori, (7) orientasi aktivitasnya adalah analitik.[8]
e.       Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem menekankan cara yang lebih kontekstual dalam memandang tingkah laku. Menurut Brammer, Abrego dan Shostrom sebagaimana dikutip Jeanette teori sistem kurang menekankan pada asumsi-asumsi individu dibandingkan dengan teori-teori lain, Gladding menjelaskan bahwa teori-teori sistem adalah suatu istilah generik untuk mengkonseptualiasasikan sautu kelompok dari elemen-elemen (orang) yang saling berhubungan yang berinteraksi sebagai suatu kesatuan utuh. Ludwig von Bertanlanfy. Asumsi teorinya Pertama, kausalitas adalah interpersonal. Kedua, sistem psikososial paling baik dipahami sebagai pola berulang dari interaksi interpersonal. Ketiga, Tingkah laku simtomatik harus dipahami dari sudut pandang interaksional. [9]  
Penting untuk benar-benar memilih atau memahami teori-teori konseling karena dengan pemahaman yang tepat juga akan menghasilkan hasil yang memuaskan. Maka dari itu sebagai konselor juga harus bisa menyesuaikan antara klien dengan teori sebagai landasan, maupun konselor sendiri bagaimana dalam menentukan teori yang digunakan dalam pelayanan.

3.      Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan dari bimbingan dan konseling pada dasarnya adalah agar individu yang dibimbing memliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya dan mampu atau cakap memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya serta mampu menyesuaikan diri secara efektif dengan lingkungannya.[10] Membantu memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal.[11]
Sebagaimana dikutip oleh Elfi Muawanah konseling menurut Surya adalah seberapa jauh tujuan itu tergantung kepada konseli atau kepada konselor. Adapun secara umum tujuan konseling adalah sebagai berikut:
(a)    Tercapainya perubahan perilaku
Menurut Boy dan Pine dalam bukunya Surya yang dikutip oleh Elfi, tujuan dari pada konseling adalah untuk membantu siswa menjadi lebih matang dan lebih self actuated, membantu dalam sosialisasi siswa dengan memanfaatkan sumber-sumber pada potensi sendiri.[12]
Jika kita amati kembali sebenarnya yang menjadi kunci dari pada tujuan perilaku ialah bagaimana perubahan perilaku, sedangkan perubahan yang haruus terjadi sehingga konseling itu dianggap berhasil ialah bagaimana muncul sebuah kesadaran sehingga perubahan perilaku lebih mengena dikehidupan individu, bukan bersifat momentual belaka.
(b)   Terciptanya kesehatan mental yang positif
Tujuan konseling adalah pemeliharaan, pemulihan kesehatan mental yang baik atau harga diri, membuat diri menjadi sehat secara mental dan kondisi mental yang positif klien, merupakan indikasi keberhasilan kilen.[13]
Mental jika dipandang dari sudut tujuan konseling merupakan goal  yang harus tercapai karena jika mantal sesesorang dalam keadaan positif sedikit atau banyak akan mempengaruhi kinerja, maupun perilaku dalam kesehariannya sehingga mental yang sehat membawa pribadi yang kuat.
(c)    Mengenal lingkungan
Mengenal lingkungan ialah bagaimana individu atau siswa agar mengenal secara objektif lingkungan sosial dan ekonomi, lingkungan budaya dengan nilai-nilai norma, maupun lingkungan fisik dan menerima semua kondisi lingkungan itu secara positif dan secara dinamis.[14]
Lingkungan adalah kesatuan dalam kehidupan manusia yang bersinggungan secara unpredictable, sehingga sorang individu atau siswa harus berbekal kemampuan bertahan dan kemampuan adaptif sehingga lingkungan dapat ditaklukkan dan bukan menjadi penghalang untuk menjadi kepribadian diri yang baik.
(d)   Merenacakan masa depan
Maksudnya ialah agar siswa mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depannya sendiri, baik yang menyangkut pendidikan, karir keluarga. Demikian kutiapan oleh Deni Febrini dari pendapat Prayitno.[15]
Masa depan adalah setiap periode yang akan menjadi jenjang dimana seseorang akan memutar otak lebih dalam supaya kehidupan dimasa itu tecapai kehidupan yang baik maupun bahagia, sehingga  siswa atau individu harus pandai pandai benar dalam menentukan pilihan dimasa mendatang.
a.       Tujuan bimbingan konseling dalam Islam
Hamdan Barkran Adz Dzaky, merinci tujujan bimbingan dan konseling dalam Islam sebagai berikut: Pertama,untuk menghasilkan suatu perubahan,perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiawa, dan mental. Jiwa yang tenang menjadi  tenang, jinak dan damai (muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah) dan mendapatkan pencerahan taufid dan hidayahnya-Nya (mardhiyah).
Kedua, untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkahlaku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga. Lingkungan sekolah atau madrasah, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial, dan alam sekitarnya.
Ketiga, untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi (tasamukh), kesetiakawanan, tolong menolong, dan rasa kasih sayang.
Keempat, untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang keinginan untuk berbuat taat kepada-Nya, ketulusan mematuhi segala peintah-perintah-Nya, serta ketabahan menerima ujian-Nya.
Kelima, untuk menghasilkan potensi illahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugas-tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar, dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.
Dengan demikian jika dipahami kembali bimbingan dan konseling dalam Islam merupakan tujuan yang ideal dalam rangka mengembangkan kepribadian Muslim yang sempurna atau optimal (kaffah dan Insan kamil).[16]
Penjabaran tujuan bimbingan diatas lebih kusus lagi, nampaknya memang relevan dengan kebutuhan dari pendidikan kekinian, akan tetapi yang tidak kalah penting ialah bagaimana berbagai penjelasan sebelumnya diguanakan atau diaplikasikanya sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah madrasah yang bersangkutan.
4.      Fungsi Bimbingan dan Konseling
Dalam bimbingan dan konseling ada beberapa pembagian dari pada fungsi bimbingan dan konseling itu sendiri, penting untuk dipahami fungsi-fungsi ini sehingga dapat mengantarkan kita lebih dalam lagi bagaimana fungsi bimbingan dan konseling. Antara lain dijabarkan sebagai berikut:
a)      Fungsi Pemahaman
yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan menghasilkan sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengemban peserta didik. Pemahaman siswa terhadap diri sendiri,  orang tua, guru, dan guru pembimbing.



b)      Fungsi Preventif
artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah yang dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
c)      Fungsi Kuratif
artinya usaha membantu siswa untuk pemecahan masalah yang dihadapi siswa, yang nantinya siswa dapat mengentaskan diri dari masalahnya[17].
d)     Fungsi Pengembangan
Fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Fungsi ini memposisikan konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan klien.
e)      Fungsi Penyaluran
Fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu klien dalam memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan cirri-ciri kepribadiann lainnya.
f)       Fungsi Adaptasi
Yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah/madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat kemampuan dan kebutuhan klien.[18]
g)      Fungsi Advokasi
Layanan  bimbingan bimbingan dan konseling melalui fungsi ini adalah membantu peserta didik memperoleh pembelaan atau hak atas kepentingannya yang kurang menapat perhatian.
h)      Fungsi Perbaikan
Tiap-tiap individu atau siswa memiliki masalah bisa dipastikan bahwa tidak ada individu apalagi siswa di sekolah dan madrasah yang tidak memiliki masalah. Akan tetapi kompleksitas masalah yang dihadapi oleh individu (siswa) jelas berbeda. Meskipun pelayanan pelayanan bimbingan dan konseling melalui fungsi pencegahan, penyaluran dan penyesuaian telah diberikan, tetapi masih mungkin individu (siswa) memiliki masalah-masalah tertentu sehingga fungsi perbaikan diperlukan. Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa. Bantuan yang diberikan tergantung kepada masalah yang dihadapi siswa. Dengan kata lain dirumuskan berdasarkan masalah yang terjadi pada siswa.


[1] Hallen, Bimbingan dan Konseling. (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hlm. 3
[2] Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan & Konseling, (Bandung ; Rosdakarya, 2006),  hlm. 6-7
[3] Deni Febrini, Bimbingan Konseling, (Yogyakarta ; Teras, 2011), hlm. 6
[4] Muwahid Sulhan, Manajemen Pendidikan Islam. (Yogyakarta ; Teras, 2013), hlm. 63
[5] Jeanette Murad Lemana, Dasar-dasar Konselig, (UI-press; Jakarta, 2006), hlm.16
[6] Ibid.., hlm, 23-24
[7] Ibid.., hlm, 27-26
[8] Ibid.., hlm, 31-32
[9] Ibid.., hlm, 37
[10] Tohirin, Bimbingan di Sekolah dan Madrasah, (Rajawali Press; Jakarta, 2013), hlm. 33-34
[11] Deni Febrini, Bimbingan Konseling,(Teras; Yogyakarta, 2011), hlm. 13
[12] Elfi Mu’awanah, Re-Learning Pribadi Sehat Melalui Konseling, (Elkaf; Surabaya, 2005), hlm.24-25
[13] Ibid., hlm. 25-26
[14] Deni Febrini, Bimbingan Konseling..., hlm. 13-14
[15] Ibid., hlm. 14
[16] Tohirin, Bimbingan di Sekolah dan Madrasah…, hlm. 35-36
[17] Muwahid Sulhan & Soim, Manajemen Pendidikan Islam. (Teras; Yogyakarta, 2013), hlm.67-68
[18] Deni Febrini, Bimbingan Konseling,(Teras; Yogyakarta, 2011) hlm.16

No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive