I.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan
suatu usaha manusia untuk
membina kepribadiannya agar sesuai dengan norma-norma atau aturan di
dalam masyarakat. Setiap orang dewasa di dalam masyarakat dapat menjadi
pendidik, sebab pendidik merupkan suatu perbuatan sosial yang mendasar untuk
petumbuhan atau perkembangan anak didik menjadi manusia yang mampu
berpikir dewasa dan bijak. Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama
dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya
disinilah dimulai suatu proses pendidikan. Sehingga orang tua berperan
sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan
lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam
keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam
keluarga. Menurut Hasbullah (1997), dalam tulisannya tentang dasar-dasar ilmu
pendidikan, bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi
yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak dan mendidik anak
dirumah, fungsi keluarga/orang tua dalam mendukung pendidikan di sekolah.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Pengertian Pendidikan Anak Dalam Keluarga.
B.
Tujuan Pendidikan Anak Dalam Keluarga.
C.
Peran
Pendidikan Anak Dalam Keluarga.
D.
Kajian Perilaku Anak Dalam Keluarga.
E.
Model
Pendidikan Orang Tua Dalam Keluarga
F.
Pengaruh Orang Tua Pada Tumbuh
Kembang Anak.
G.
Menjadi Orang Tua Yang Penuh Kasih
Sayang.
H.
Biarlah Anak Menjadi Dirinya
Sendiri.
·
Hargai
anak.
·
Do’a.
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pendidikan Anak Dalam Keluarga
Di dalam pendidikan anak dalam keluarga perlu diperhatikan dalam memberikan kasih
sayang, jangan berlebih-lebihan dan jangan pula kurang. Oleh karena itu
keluarga harus pandai dan tepat dalam memberikan kasih sayang yang dibutuhkan
oleh anaknya. Pendidikan keluarga yang baik adalah: pendidikan yang memberikan
dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan-pendidikan agama.
Pendidikan keluarga mempunyai pengaruh yang penting untuk mendidik anak.
Hal tersebut mempunyai pengaruh yang positif dimana lingkungan keluarga
memberikan dorongan atau memberikan motivasi dan rangsangan untuk menerima,
memahami, meyakini, serta mengamalkan ajaran islam. Dalam keluarga hendaknya
dapat direalisasikan tujuan pendidikan agama islam. Yang mempunyai tugas untuk
merealisasikan itu adalah orang tua.
B.
Tujuan Pendidikan Anak Dalam Keluarga
Hoghughi (2004) menyebutkan bahwa Pendidikan mencakup
beragam aktifitas yang bertujuan agar anak dapat berkembang secara optimal dan
dapat bertahan hidup dengan baik. Prinsip Pendidikan menurut Hoghughi tidak
menekankan pada siapa (pelaku) namun lebih menekankan pada tujuan dari
perkembangan dan pendidikan anak. Oleh karenanya tujuan Pendidikan meliputi pendidikan fisik, pendidikan emosi
dan pendidikan sosial.
1. Pendidikan fisik mencakup semua aktifitas yang
bertujuan agar anak dapat bertahan hidup dengan baik dengan menyediakan
kebutuhan dasarnya.
2. Pendidikan emosi mencakup pendampingan ketika anak
mengalami kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan seperti merasa terasing
dari teman-temannya, takut, atau mengalami trauma. Pendidikan emosi ini mencakup pendidikan agar anak merasa dihargai sebagai
seorang individu, mengetahui rasa dicintai, serta memperoleh kesempatan untuk
menentukan pilihan dan untuk mengetahui resikonya. Pendidikan emosi ini
bertujuan agar anak mempunyai kemampuan yang stabil dan konsisten dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.
3. Sementara itu, pendidikan sosial bertujuan agar anak
tidak merasa terasing dari lingkungan sosialnya yang akan berpengaruh terhadap
perkembangan anak pada masa-masa selanjutnya.
C.
Peran Pendidikan Anak Dalam Keluarga
Peran keluarga dalam pendidikan anak dapat dilakukan dengan beberapa pola,
yaitu:
1. Bermain pada anak.
Bermain merupakan salah satu cara yang tepat untuk melepaskan atau
menumpahkan seluruh energi dan perasaan yang dimiliki anak termasuk didalamnya
emosi anak. Selain itu biasanya dengan bermain anak juga dapat mengembangkan
hubungan sosial mereka.
2. Permainan yang dapat melatih kecerdasan sosial
emosional antara lain:
·
Bermain peran
dengan boneka tangan maupun wayang.
·
Film
pembelajaran bermuatan nilai sosial emosional.
·
Ajak anak keluar
rumah untuk berinteraksi dengan orang lain.
·
Ajak anak
bermain kelompok (cooperative play), seperti: sepak bola.
3. Sentuhan, belaian dan pelukan kepada anak.
Interaksi antara orang tua dengan anak sangat berpengaruh terhadap
kecerdasan sosial emosional anak.
Sentuhan, belaian dan pelukan yang diberikan kepada anak merupakan beberapa
cara yang tepat untuk membangun hubungan baik atau kelekatan antara orang tua
dengan anak.
4. Pemberian kata positif dan empati orang tua terhadap
anak.
Kata
positif yang diberikan kepada anak membuat anak termotifasi untuk melakukan dan
mengulangi perilaku yang positif dan membuat anak percaya diri. Sedangkan
empati dari orang tua membuat anak merasa orang tua berada di pihaknya,
terutama saat anak memiliki masalah, empati dari orang tua sangatlah penting
agar anak dapat lebih tenang dan merasa orang tua merasakan apa yang anak rasakan.
D.
Kajian Perilaku Anak Dalam Keluarga
Menurut
Hurlock Bahwa perkembangan sosial anak merupakan perolehan kemampuan
berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. “Sosialisasi “ adalah
Kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma nilai atau harapan
sosial.
1. Proses Perkembangan Sosial.
Proses sosialisasi ini terpisah, tetapi saling
berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Menurut Hurlock antara lain :
a. Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang tepat
diterima dimasyarakat.
b. Belajar memainkan peran sosial yang ada dimasyarakat.
c. Mengembangkan sikap / tingkah laku sosial
terhadap individu lain dan aktivitas sosial yang ada di masyarakat.
Berdasarkan
ke-3 tahap proses sosial ini individu dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
a. Individu sosial.
b. Individu non sosial.
Menurut teori perkembangan psikososial Erikson
ada empat tingkat perkembangan anak yaitu:
a. Usia anak 0 - 1 tahun yaitu trust versus mistrust.
Pengasuhan dengan kasih sayang yang tulus dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi
menimbulkan "trust" pada bayi terhadap lingkungannya. Apabila
sebaliknya akan menimbulkan "mistrust" yaitu kecemasan dan kecurigaan
terhadap lingkungan.
b. Usia 2 - 3 tahun, yaitu autonomy versus shame and
doubt. Pengasuhan melalui dorongan untuk melakukan apa yang diinginkan anak,
dan sesuai dengan waktu dan caranya sendiri dengan bimbingan orang tua atau
pendidik yang bijaksana, maka anak akan mengembangkan kesadaran autonomy.
Sebaliknya apabila pendidik tidak sabar, banyak melarang anak, akan menimbulkan
sikap ragu-ragu pada anak. Hal ini dapat membuat anak merasa malu.
c. Usia 4 - 5 tahun, yaitu inisiative versus guilt, yaitu
pengasuhan dengan memberi dorongan untuk bereksperimen dengan bebas dalam
lingkungannya. Pendidik dan orang tua tidak menjawab langsung pertanyaan anak,
maka mendorong anak untuk berinisiatif sebaliknya, bila anak selalu dihalangi,
pertanyaan anak disepelekan, maka anak akan selalu merasa bersalah.
d. Usia 6 - 11 tahun, yaitu industry versus inferiority,
bila anak dianggap sebagai "anak kecil" baik oleh orang tua, pendidik
maupun lingkungannya, maka akan berkembang rasa rendah diri, dampaknya anak
kurang suka melakukan tugas-tugas yang bersifat intelektual dan kurang percaya
diri.
E.
Model Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga
1.
Dalam
menciptakan keluarga yang kondusif para orang tua hendaknya memperhatikan
suasana harmonis dan kondusif dalam keluarga sehingga memungkinkan pertumbuhan
anak secara normal yang diantaranya meliputi:
a.
Sikap orang tua
yang authoritative dengan memberikan
kebebasan kepada anak untuk berpendapat melalui pemberian pengarahan-pengarahan
yang tidak hanya bersifat satu arah, sediakan waktu untuk diskusi, hargai
pendapat mereka sekalipun mungkin salah.
b.
Pertanyaan-pertanyaan
anak yang tidak diperhatikan akan mematikan rasa ingin tahu, yang berdampak
pada anak menjadi masa bodoh dan bersikap tidak peduli dan akan menjadikannya
sulit berkembang, baik kecerdasan maupun kreativitasnya.
c.
Bermain, baik
dalam arti metode belajar (learning by
playing) maupun bermain bersama anak (aktivitas fisik) gerakan-gerakan
seperti berguling, melompat-lompat, berayun-ayun, sangat mempengaruhi
syaraf-syaraf kecerdasan anak. Helicopter
spin salah satu metode yang dapat digunakan, melalui bermain dapat
dimaksimalkan saluran indrawi.
d.
Berikan
keteladanan, bagi anak menirukan pekerjaan yang dilakukan orang tua lebih mudah
dibandingkan dengan melakukan apa yang diucapkan, tunjukkan sikap, ucapan
maupun perilaku baik yang dapat dicontoh oleh anak.
e.
Hindari hukuman
fisik, hukuman fisik lebih banyak menimbulkan dampak negatif, jika emosi orang
tua sudah tinggi, hukuman fisik seringkali merupakan pelampiasan yang tidak
terkendali.
f.
Berikan perhatian
pada kebutuhan anak khususnya yang berkaitan dengan emosi dan intelektual
mereka, harus disadari bahwa kebutuhan seorang anak tidak hanya fisik semata.
2. Kondisikan dengan suasana membaca
Para orang tua dapat
memperkenalkan buku cerita kepada anak sedini mungkin dan saat yang paling
mudah menanamkan kebiasaan membaca adalah: saat anak belum bisa protes. Yaitu:
waktu bayi. Bahkan sejak dalam kandungan. Jika kita membacakan cerita kepada bayi
setiap malam secara rutin, maka acara tersebut menjadi suatu ritual yang
dinantikan anak, membaca cerita kepada bayi juga mengembangkan keingintahuan
serta kecerdasan anak. Ketika bayi semakin besar, sudah bisa duduk di pangkuan,
mulai meraba buku dan merasakan kehangatan orang tua pada saat membacakan
cerita dan itu suatu perasaan yang sangat menyenangkan anak. Perasaan itu akan
terus terbawa sampai dewasa, inilah yang disebut dengan neuro association. Dengan demikian bagi anak, buku menjadi suatu
yang menyenangkan saat besar.
3. Pemberian sugesti positif dan tidak membandingkan
dengan anak lain.
Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar waktu dari perjalanan hidup manusia lebih
banyak mendapatkan sugesti yang negative dibandingkan yang positif. Untuk
itulah disarankan agar memberi dorongan pada apa yang harus dilakukan bukan
yang dilarang, karena dorongan akan membuat anak berani mencoba sementara
larangan membuat anak menjadi takut untuk mencoba.
Sedangkan anak diserahkan
membandingkan dengan anak lain karena secara umum manusia tidak akan berkenaan
jika dibandingkan dengan orang lain demikian pula pada anak. Hal ini akan
berdampak rendahnya rasa percaya diri yang disebabkan eksistensi diri yang
tidak dihargai.
4. Perkenalkan bahasa kedua.
Memperkenalkan bahwa kedua
(Arab, Inggris, Jepang, Jerman, Perancis) kepada anak sejak awal adalah saat
yang paling tepat. Kemampuan belajar suatu bahasa asing paling tinggi sejak
kelahiran hingga usia enam tahun. Dan sesudah itu menurun secara tetap dan tak terpulihkan.
Lonjakan terbesar perkembangan otak mulai berakhir pada usia sekitar 10 tahun.
Oleh karena itu bahasa asing sebaiknya diajarkan sedini mungkin.
F. Pengaruh Orang Tua Pada Tumbuh
Kembang Anak.
Orang tua adalah pendidik yang
pertama dan utama bagi anak-anak. Pendidik yang pertama, karena orang tua
adalah yang pertama kali melakukan kegiatan pendidikan untuk memberanikan
pengasuh positif maupun negatif, bahkan semenjak dalam kandungan. Sebagai pendidik
yang utama karena anak menjalin hubungan yang sangat kuat dalam waktu yang
panjang dan dalam ikatan hubungan emosional yang kuat dengan orang tuanya.
Maka dari itu, orang tua yang
menginginkan masa depan anak-anaknya sukses, bermanfaat bagi sesamanya,
berakhlak mulia, dan bahagia perlu belajar ccara bergaul dan melayani anak
dengan benar. Banyak orang tua malah melakukan hal yang seharusnya tidak
dilakukan kepada anaknya sehingga merugikan perkembangan anak, mereka tidak
melakukan hal-hal yang sebenarnya sangat dibutuhkan anak-anak agar mereka
tumbuh dan berkembang optimal. Akibatnya, pertumbuhan dan perkembangan
anak-anak menjadi tidak maksimal.
G.
Menjadi
Orang TuaYang Penuh Kasih Sayang.
Kehangatan kasih sayang orang tua,
dalam berbagai penelitian bisa memengaruhi secara positif pertumbuhan dan
perkembangan anak. Anak yang di beri kehangatan dan kasih sayang yang tulus
akan meningkatkan status kesehatan dan kecerdasan anak, berikan anak-anak denga
kalimat yang menyenangkan, sentuhan kasih sayang, pelukan, senyuman, dibelai,
dll.
Anak yang merasa lingkungannya
(utamanya orang tua) memberi kasih sayang yang tulus dan dalam jumlah yang
cukup. Hasilnya, bisa dipastikan bahwa anak akan bersikap dan berperilaku
positif. Sebaiknya, anak merasa tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang
dari orang tuanya seperti yang diharapkan, maka anak berisiko akan berkembang
menjadi anak bermasalah.
Beberapa cara orang tua menyatakan
kasih sayangnya kepada anak-anaknya :
1. Sering
memeluk, membelainya.
2. Memberikan
senyuman yang tulus.
3. Memberi
panggilan yang menyenangkan anak.
4. Dengan
pernyataan-pernyataan “Aku Menyayangimu”.
5. Bermain
bersama.
6. Membacakan
buku sebelum tidur.
7. Menggendong
sambil bersenandung.
H.
Biarlah
Anak Menjadi Dirinya Sendiri.
Anak-anak terlahir dengan bekal dari
Allah Swt berupa potensi yang luar biasa. Namun, satu anak dengan anak lainnya
berbeda, untuk itu orang tua jangan selalu memaksakan kehendaknya karena sangat
merugikan bagi anak. Orang tua yang mengarahkan anaknya sesuai minat dan
potensinya.
Anak bukanlah diri kita. Kita tidak
bisa memprogram atau membentuk anak sesuai yang ada dalam pikiran diri sendiri.
·
Hargai
Anak
Anak
hendaknya diperlukan sebagai pribadi yang dihargai sebagaimana ibu bapak
menghargai orang yang sejajar dengan kita. Ini menjadi penting karena akan
meningkatkan harga diri dan rasa percaya dirinya secara langsung mengajarkan
untuk bersikap menghargai orang lain. Anak adalah peniru yang ulung, mereka
belajar dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Oleh karena itu hanya
hal-hal positif yang perlu diberikan kepada anak.
·
Do’a
Hal
lain yang tidak kalah penting adalah do’a orang tua. Orang tua sebaiknya
mendo’akan anak-anaknya dalam setiap kesempatan, do’a orang tua berkaitan
dengan pertolongan Allah Swt, juga akan membimbing perilaku orang tua terhadap
anaknya sesuai dengan do’a yang diucapkan.
IV.
Kesimpulan
Mengasuh anak dengan penuh kasih
sayang, sebenarnya bisa dilakukan oleh siapapun. Asalkan mau sabar dan belajar.
Orang tua yang penuh kasih sayang akan memberi pengaruh yang sangat besar
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Kelak setelah dewasa, anak akan
menjadi seseorang yang sangat dipengaruhi pola asuh yang diberlakukan oleh
orang tuanya secara normal tidak ada orang tua yang menghendaki anaknya
sengsara dan tidak bahagia dimasa dewasanya.
Sayangnya tidak jarang orang tua
yang melakukan kesalahan dan berdampak buruk. Penyebabnya, kekuangan pahaman
orang tua serta kurangnya pengetahuan.
Rumah adalah basis utama pendidikan
dan sebagai pendidik utamanya adalah orang tua. Orang tua adalah faktor utama
yang memngaruhi anak kelak, untuk itu rumah sebagai basis utama pendidikan
harus mendapat perhatian dibanding sekolah. Jika para pendidik disekolah secara
berkala mendapat pelatihan untuk meningkatkan kemampuan, maka sudah selayaknya
orang tua mengupayakan dirinya agar meningkat kemampuannya.
Jika Guru disekolah memberlakukan
peraturan jumlah minimal waktu mengajar maka orang tua sudah sebayaknya
menyediakan waktu yang cukup untuk bersama anaknya, mulai dari bermain bersama
anaknya dan mendampingi anaknya belajar. Jika tugas guru disekolah mungkin saja
digantikan oleh Guru lain maka tugas orang tua nyaris tidak mungkin digantikan,
kecuali oleh keadaan yang memaksa, Naudhubillahimindalik....
No comments:
Post a Comment