Gaya
kepemimpinan, Secara langsung maupun tidak langsung mempunyai pengaruh yang
positif terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan atau pegawai. Hal ini
didukung oleh Sinungan (1987) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang
termasuk di dalam lingkungan organisasi merupakan faktor potensi dalam
meningkatkan produktivitas kerja. Dewasa ini, banyak para ahli yang menawarkan
gaya Kepemimpinan yang dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan, dimulai
dari yang paling klasik yaitu teori sifat sampai kepada teori situasional. Dari
beberapa gaya yang di tawarkan para ahli di atas, maka gaya kepemimpinan
situasionallah yang paling baru dan sering di gunakan pemimpin saat ini. Gaya
kepemimpinan situasional dianggap para ahli manajemen sebagai gaya yang sangat
cocok untuk diterapkan saat ini. Sedangkan untuk bawahan yang tergolong pada
tingkat kematangan yaitu bawahan yang tidak mampu tetapi berkemauan, maka gaya
kepemimpinan yang seperti ini masih pengarahan, karena kurang mampu, juga
memberikan perilaku yang mendukung. Dalam hal ini pimpinan atau pemimpin perlu
membuka komunikasi dua arah (two way communications), yaitu untuk
membantu bawahan dalam meningkatkan motivasi kerjanya. Selanjutnya, yang mampu
tetapi tidak mau melaksanakan tugas atau tangung jawabnya. Bawahan seperti ini
sebenarnya memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan, akan tetapi kurang
memiliki kemauan dalam melaksanakan tugas. Untuk meningkatkan produktivitas
kerjanya, dalam hal ini pemimpin harus aktif membuka komunikasi dua arah dan
mendengarkan apa yang diinginkan oleh bawahan. Sedangkan gaya delegasi adalah
gaya yang cocok diterapkan pada bawahan yang memiliki kemauan juga kemampuan dalam
bekerja. Dalam hal ini pemimpin tidak perlu banyak memberikan dukungan maupun
pengarahan, karena dianggap bawahan sudah mengetahui bagaimana, kapan dan
dimana mereka barus melaksanakan tugas atau tangung jawabnya. Dengan penerapan
gaya kepemimpinan situasional ini, maka bawahan atau pegawai merasa
diperhatikan oleh pemimpin, sehingga diharapkan produktivitas kerjanya akan
meningkat.
Harsey & Blanchard mengembangkan
model kepemimpinan situasional efektif dengan memadukan tingkat kematangan anak
buah dengan pola perilaku yang dimiliki pimpinannya.
Ada 4 tingkat kematangan bawahan,
yaitu:
·
M 1 : bawahan tidak mampu dan tidak mau atau tidak ada
keyakinan.
·
M 2 : bawahan tidak mampu tetapi memiliki kemauan dan
keyakinan bahwa ia bisa.
·
M 3 : bawahan mampu tetapi tidak mempunyai kemauan dan tidak
yakin.
·
M 4 : bawahan mampu dan memiliki kemauan dan keyakinan untuk
menyelesaikan tugas.
Ada 4 gaya yang efektif untuk
diterapkan yaitu:
·
Gaya 1 : telling, pemimpin memberi instruksi dan mengawasi
pelaksanaan tugas dan kinerja anak buahnya.
·
Gaya 2 : selling, pemimpin menjelaskan keputusannya dan
membuka kesempatan untuk bertanya bila kurang jelas.
·
Gaya 3 : participating, pemimpin memberikan kesempatan untuk
menyampaikan ide-ide sebagai dasar pengambilan keputusan.
Gaya 4 : delegating, pemimpin melimpahkan keputusan
dan pelaksanaan tugas kepada bawahannya.
No comments:
Post a Comment