Keterampilan membaca harus
dimulai sejak dini. Guru sedapat mungkin membimbing anak untuk mengembangkan
dan meningkatkan keterampilan membaca. Misalnya membimbing siswa dalam
memperkaya kosakata dan memahami makna struktur kata atau makna kiasan dan
ungkapan.
Anak yang berada pada masa
peka untuk belajar membaca akan dengan mudah menerima dan menanggapi rangsangan
yang diberikan padanya dalam bentuk huruf, suku kata, kata, atau kalimat. Anak
pun akan cepat memberi respon tiap kali stimulus yang sama muncul, dan sebagai
hasilnya anak akan menunjukkan perubahan perilaku sebagai indikator
keberhasilan proses belajarnya, yang dalam hal ini berarti anak menguasai
kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam membaca.
Membaca secara teknis juga
mengandung makna bahwa dalam tahap ini anak belajar mengenal fonem dan
menggabungkan (blending) fonem menjadi suku kata atau kata. Kemampuan
membaca ini berbeda dengan kemampuan membaca secara formal (membaca pemahaman),
di mana seseorang telah memahami makna suatu bacaan. Tidak ada rentang usia
yang mendasari pembagian tahapan dalam proses membaca, karena hal ini
tergantung pada tugas – tugas yang harus dikuasai pembaca pada tahapan
tertentu.
Membaca permulaan dalam
pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori keterampilan, maksudnya
menekankan pada proses penyandian
membaca secara mekanikal. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca
merupakan proses recording dan decoding (Tarigan, 2008:209). Membaca
merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat
fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual.
Dengan indera visual,
pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya.
Melalui proses recording, pembaca
mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan
bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya
menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata,
dan kalimat yang bermakna.
Pengajaran membaca
permulaan jika maksud pengajaran membaca itu yang diutamakan adalah memberikan kecakapan
kepada para siswa untuk mengubah rangkaian-rangkaian huruf menjadi
rangkaian-rangkaian bunyi bermakna dan melancarkan teknik membaca pada
anak-anak. Pengajaran membaca permulaan sebaiknya diajarkan sejak dini dengan
cara mengenalkan tulisan-tulisan yang konkret yang sering ditemukan dalam dunia
anak. Metode ini dikemas dengan pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat
meningkatkan motivasi anak untuk belajar membaca (Purwanto dan Alim, 1997:29).
Membaca pada tingkatan ini
merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa
dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut. Untuk
memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan
membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosa kata untuk memberi
arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian kemampuan membaca permulaan mengacu pada kecakapan (ability)
yang harus dikuasai pembaca yang berada dalam tahap membaca permulaan.
Kecakapan yang dimaksud adalah penguasan kode alfabetik, di mana pembaca hanya
sebatas membaca huruf per huruf, mengenal fonem, dan menggabungkan fonem
menjadi suku kata atau kata.
No comments:
Post a Comment