Ekosistem laut dan darat tidak pernah lepas dari
berbagai keindahan yang ada. Keindahan mahakarya Tuhan ini sudah selayaknya
dijaga dengan cara melestarikan dan menghidari kerusakan. Upaya untuk
melestarikan ekosistem yang ada di darat, laut, maupun ekosistem rawa,
ekosistem danau serta wilayah lainnya menjadi suatu kewajiban dan kebutuhan
bersama.
Potensi keindahan yang paling nyata dapat kita
lihat melalui kedalaman laut. Beberapa laut di Indonesia memiliki jenis-jenis
terumbu karang yang amat cantik. Sayangnya, tidak sedikit pula kerusakan yang
terjadi pada biota laut ini karena berbagai hal, terutama karena ulah
tangan-tangan tidak bertanggungjawab milik manusia.
Terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut
hasil dari hewan-hewan karang dan sejumlah alga penghasil kapur yang akhirnya
membentuk sebuah deposit kalsium karbonat. Kegiatan biota-biota laut ini akan
membentuk sebuah kalsium karbonat dan akhirnya menjadi tempat perlindungan para
hewan ini.
Kehadiran terumbu karang dapat membantu hewan
vertebrata dan invertebrata yang ada di laut ini untuk melindungi dirinya dari
serangan predator maupun gelombang laut yang kuat. Hewan karang yang
biasanya membentuk kalsium karbonat ini adalah hewan invertebrata yang termasuk
dalam golongan Filum Coelenterata atau Chindaria. Hewan-hewan karang yang
dihidup dan membentuk terumbu karang ini berukuran mulai dari 1 mm sampai lebih
besar dari 50 cm.
Kerusakan terumbu karang sebagai habitat para hewan
laut menjadi hal yang harus ditindaklanjuti. Saat terumbu karang rusak, secara
otomatis dapat merusak biota laut yang hidup di dalamnya. Maka dari itulah
harus ada budidaya terumbu karang untuk merehabititasi ekosistem terumbu karang
yang sudah rusak. Proses budidaya terumbu karang yang cukup efektif dengan cara
transplatasi karang. Adapun Cara Budidaya Terumbu Karang yaitu :
1. Memilih dan Menentukan Lokasi Terumbu Karang
Berdasarkan pengamatan para ahli, pemilihan dan
penentuan lokasi untuk proses transplantasi terumbu karang sangatlah penting.
Pertumbuhan karang yang prosesnya terbilang cukup lama dan panjang, membutuhkan
lokasi yang minim kandungan mikro alga karena jenis-jenis alga dan penyakit
karang lainnya adalah faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk proses rehabilitasi
terumbu karang.
2. Melakukan Seleksi Bibit Karang dengan Selektif
Alga dan berbagai penyakit karang rupanya dapat
menyerang pada bibit karang yang sedang dalam persiapan untuk transplantasi
sehingga perlu selektif dalam memilih bibit karang yang sehat. Ciri bibit
karang yang sehat dapat dilihar dari warnanya yang cerah dan tegas.
3. Meminimalisir Keadaan Bibit Terumbu Karang yang
Stres
Terumbu karang yang mengalami stres biasanya akan
mengeluarkan cairan lendir yang banyak. Terumbu karang terkadang mengalami
stres karena proses transplantasi yang tidak benar. Saat bibit terumbu karang
akan diangkat dari asalnya, terumbu karang harus ditempatkan dalam wadah
plastik untuk menghindari terjadinya stres.
4. Memberikan Pemantauan dan Perawatan terhadap Bibit
Karang
Saat bibit karang sudah dipasang dan dalam proses
pertumbuhan, harus dilakukan pemantauan dan pembersihan karang secara
berkala. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan bibit karang. Bibit
karang yang sudah terjangkit penyakit biasanya akan sulit dipulihkan kembali.
Cara satu-satunya hanya dengan memotong karang yang sudah berpenyakit agar
penyakit tersebut tidak menyebarluas. Pada banyak kasus, sangat jarang
karang yang sudah terjangkit penyakit dapat kembali pulih dan tumbuh dengan sehat.
5. Memilih Metode Transplantasi yang Tepat
Ada banyak metode yang dapat diaplikasikan untuk
proses transplantasi karang, diantaranya metode rak, metode jaring, metode
substrat, dan metode beton. Berbagai metode ini dapat digunakan sesuai dengan
kondisi lokasi terumbu karang. Adapun beberapa keunggulan dari metode-metode
tersebut, diantaranya :
Metode rak, jaring, dan substrat banyak digunakan
untuk budidaya karang hias. Metode ini banyak digunakan karena memudahkan
secara operasional.
Metode beton lebih direkomendasikan untuk budidaya
karang dengan tujuan untuk merehabilititasi terumbu karang yang rusak.
Metode rak, jaring, dan substrat yang
bahan-bahannya terbuat dari kayu, pipa ataupun besi tidak cukup kuat untuk
menahan beban dari terumbu karang. Terumbu karang akan terus tumbuh dan
berkembang, sehingga koloni karang akan semakin membesar.
Metode beton yang terbuat dari beton memiliki konstruksi yang kuat dan
mampu menahan beban terumbu karang yang semakin membesar. Penggunaan beton jauh
lebih stabil dibandingkan dengan kayu, pipa atau besi. Pada banyak kasus, media
beton ini dapat dijadikan tempat untuk penempelan larva karang dan penempelan
karang secara alami tanpa bantuan manusia.
6. Menjaga Ekosistem Bibit Terumbu Karang dari Pencemaran Lingkungan
Bibit-bibit terumbu karang sangat sensitif dengan lingkungan hidupnya.
Tidak membuang sampah sembarangan, dan terhindar dari berbagai limbah adalah
hal-hal yang wajib dihindari untuk mendapatkan sebuah koloni terumbu karang
yang sehat dan indah.
7. Melibatkan Peran Serta Masyarakat
egiatan budidaya terumbu karang ada baiknya melibatkan masyarakat
pesisir di lokasi-lokasi yang membutuhkan rehabilitasi terumbu karang.
Pendampingan terhadap masyarakat pesisir dalam menjaga ekosistem terumbu karang
dan bagaimana cara menangkap ikan yang legal adalah cara terbaik untuk
memberikan kesadaran tentang pentingnya menjaga terumbu karang yang ada di
laut.
8. Melakukan Penelitian Berkala bagi Terumbu Karang
Beberapa ilmuwan yang memiliki konsentrasi di bidang ini hendaknya terus
mengembangkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pertumbuhan terumbu karang.
Penting untuk melibatkan para ilmuwan ini agar ekosistem terumbu karang dapat
tumbuh dan terjaga dengan baik di dalam lautan Indonesia.
Dewasa ini, bukan hanya budidaya terumbu karang saja yang sedang
dilaksanakan. Pembudidayaan rumput laut sudah dilakukan sebagai bentuk
pelestarian terhadap jenis-jenis rumput laut yang ada di Indonesia. Rumput laut
merupakan tempat hidup biota laut dan berperan dalam keseimbangan ekosistem
laut. Keunikan dari rumput laut yang ada di lautan Indonesia termasuk dalam
klasifikasi rumput laut yang harus dilindungi dan dilestarikan keberadaannya.
Faktor-faktor yang Menyebabkan Rusaknya Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang memang sangat sensitif.
Lingkungan tempat terumbu karang hidup dan berkembang menjadi salah satu hal
yang mempengaruhi terumbu karang itu. Transplantasi karang adalah salah satu
cara untuk membudidayakan ekosistem terumbu karang. Teknik yang digunakan
adalah memperbanyak koloni karang dengan menggunakan reproduksi aseksual dari
karang secara fagmentasi.
Adanya gerakan untuk melakukan budidaya terumbu
karang karena ekosistem ini sangat penting bagi kelangsungan hidup bioata laut
yang ada. Keadaan terumbu karang di Indonesia, menurut hasil penelitian dari
P3O-LIPI, dari 371 tempat observasi karang yang ada di Indonesia hanya 6,20%
keadaan terumbu karang yang ada dalam kondisi sangat sehat dan baik, 33% dalam
keadaan yang masih baik, sedangkan sisanya dalam keadaan yang krisis dan rusak.
Keadaan terumbu karang yang rusak memang
dipengaruhi berbagai faktor. Faktor-faktor yang berperan dalam rusaknya terumbu
karang diantaranya faktor fisik, biologi, dan aktivitas manusia. Faktor fisik
dan biologi memang tidak dapat dihindari karena ini terjadi sesuai dengan
kondisi alam diluar kendali manusia. Kerusakan akibat ulah manusialah yang
harus menjadi perhatian bersama. Berikut ini penjelasan tentang faktor-fakto
yang menyebabkan rusaknya terumbu karang, yaitu :
1. Faktor Fisik
Faktor fisik dipengaruhi karena adanya perubahan suhu, dan kondisi
cuaca mulai dari hujan deras sampai badai.
2. Faktor Biologi
Faktor biologi dipengaruhi oleh keadaan pemangsaan karang yang terjadi
dari Bulu Seribu dan Bulu Babi saat biota laut ini mengalami peningkatan
populasi karena ekosistem yang tidak seimbang.
3. Faktor Aktivitas Manusia
Faktor dari aktivitas manusia ini seharusnya dapat dihindari atau
paling tidak diminimalisir untuk-terciptanya terumbu karang yang indah.
Faktor-faktor tersebut, diantaranya :
Adanya pengambilan terumbu karang dan bunga karang secara besar-besaran
untuk keperluan perdagangan.
Mengambil terumbu karang yang mati untuk penggunaan bahan bangunan.
Melakukan penangkapan ikan-ikan untuk kebutuhan konsumsi dengan cara
terlarang seperti menggunakan dinamit, sianida, arus listrik, dan alat-alat
lainnya yang membahayakan bagi ekosistem laut.
Wisatawan yang datang kemudian membuang sampah atau meninggalkan sampah
secara sembarangan.
Adanya pencemaran limbah baik dari industri ataupun rumah tangga.
Kehadiran terumbu karang tentu menjadi sebuah keseimbangan ekosistem
dalam laut, dengan cara menjaga pelestarian ekosistem tersebut. Pelestarian
biota laut adalah salah satu cara melestarikan laut karena laut merupakan
habitat hidup dari hewan-hewan tersebut. Tidak melakukan hal-hal yang merugikan
bagi setiap makhluk hidup adalah salah satu cara menjaga keseimbangan ekosistem
karena ini melibatkan peran manusia dalam menjaga keseimbangan lingkungan yang
ada di muka bumi ini.
No comments:
Post a Comment