A.
Kemampuan Berbicara Melalui Metode Bermain Peran
Kemampuan yang diharapkan dalam
penggunaan metode bermain peran dalam meningkatkan kemampuan berbicara dapat
dilaksanakan melalui penguasaan materi, keterlibatan guru, pemberian motivasi
pada anak, mengeksplorasi dan pengayaan.
Upaya peningkatan kemampuan
berbicara melalui metode bermain peran adalah sebagai berikut: 1) bermain peran
harus diberikan secara bertahap dan tidak boleh menilai baik buruk terhadap
peran yang dimainkan terutama dalam hal perasaan anak didik; 2) guru harus mampu
sebagai dinamisator sehingga mampu mengeksplorasi permasalahan dari berbagai
dimensi dengan kata lain guru harus bisa menangkap esensi dan pandangan peserta
didik, merefleksinya dan menyesuaikan dengan baik; 3) anak didik harus dibuka
wawasannyakarena terdapat beberapa alternatif pemeran dalam suatu alur cerita
dengan konsekuensi yang menyertainya; 4) mengkaji ketepatan masalah(
Nurbiana,2005,7.6 )
Dengan diterapkannya metode bermain
peran diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara dan
kegiatan pembelajaran akan menyenangkan, tidak membosankan, belajar dengan
bergairah dengan menggunakan berbagai sumber belajar, anak aktif dan kreatif.
B. Kemampuan
Berbicara
Pengertian
berbicara menurut Tarigan (1990 : 3) berbicara adalah suatu keterampilan
berbahasa yang berkembang pada kehidupan yang didahului oleh keterampilan
menyimak dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara mulai dipelajari. Strok
dan Widdowson membedakan antara
kematangan menyimak (receptive language skill) dan kematangan mengeluarkan
bunyi bahasa atau berbicara (expressive language skill). Kematangan menyimak
terjadi lebih dulu daripada kematangan berbicara meskipun dalam perkembangan
kedua kematangan ini saling berhubungan.
Selanjutnya Tarigan
(1990 : 15) mengatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan
gagasan dan perasaan.
Berbicara merupakan
tindakan penggunaan bahasa secara lisan. Manusia sebagai makhluk sosial selalu
menggunakan bahasa dalam berkomuniksi dengan sesamanya dalam hidup
bermasyarakat. Seperti yang diutaraka Tarigan, (2009 : 14) komunikasi adalah
suatu ide-ide, gagasan-gagasan informasi dan sebagainya antara dua orang atau
lebih. Berbicara merupakan suatu
keterampilan berbahasa yang berkembang dan dipengaruhin oleh keterampilan
menyimak. Berbicara dan menyimak adalah kegiatan komunikasi dua arah atau tatap
muka yang dilakukan secaya langsung. Kemampuan berbicara berkaitan dengan
kosakata yang diperoleh anak dari kegiatan menyimakdan membaca. Menurut Haris
& Sipay (dalam Bromley, 1992), menjelang usia 5-6 tahun, anak dapat
memahami sekitar 8000 kata dan dalam satu tahun berikutnya kemampuan anak dapat
mencapai 9000 kata.
Hurlock dan Itta
(2007 : 5) menyatakan bahwa awal masa kanak-kanak umumnya merupakan saat
berkembang pesatnya tugas pokok dalam belajar berbicara yaitu menambah
kosakata, menguasai pengucapan kata dan menggabungkan kata-kata menjadi
kalimat.
Dhieni (2006:3.5)
memaparkan bahwa terdapat dua tipe perkembangan berbicara anak, yaitu:
1.
Egosentric Speech, terjadi ketika anak berusia 2-3 tahhun, dimana anak
berbicara kepada dirinya sendiri (monolog). Perkembangan berbicara anak dalam
hal ini sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya.
2.
Socialized Speech, terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya atau
pun lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan beradaptasi
sosial anak.
Tahapan kemampuan berbicara anak menurut Jmaris (2006 :
30) mengatakan pada dasarnya tahapan
perkembangan berbicara anak terbagi menjadi dua yaitu perkembangan reseptif (
menerima bahasa ) dan perkembangan ekspresif ( mengungkapkan bahasa ).
Anak akan dapat mengutarakan pendapatnya secara lisan
dalm komunikasi sehari hari apabila anak telah melewati tahapan perkembangan
berbicara sebelumnya. Berhasilnya anak melewati satu tahapan dengan baik maka
akan mempengaruhi tahapan selanjutnya.
Vygotsky dalam Dhieni (2006 : 3.7) ada tiga tahap
perkembangan bicara anak yang menentukan tingkat perkembangan berpikir dengan
bahasa, yaitu :
1.
Tahap
eksternal terjadi ketika anak berbicara secara eksternal dimana sumber berpikir
berasal dari luar diri anak. Sumber berpikir ini sebagian besar berasal dari
orang dewasa yang memberikan pengarahan, informasi, dan melakukan tanya jawab
dengan anak.
2.
Tahap
egosentris dimana anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan pembicaraan
orang dewasa bukan lagi menjadi persyaratan.
Tahap internal dimana
dalam proses berpikir, anak telah memiliki penghayatan sepenuhnya.
No comments:
Post a Comment