Thursday, December 13, 2018

Makalah Seni Tari Untuk Meningkatkan kecerdasan interpersonal pada anak usia dini

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Kecerdasan merupakan ungkapan dari cara berfikir seseorang yang dapat dijadikan modal untuk belajar. Kecerdasan bagi seseorang memiliki manfaat yang besar bagi diri sendiri dan untuk pergaulannya di masyarakat. Pada umumnya tingkat kecerdasan yang dimiliki seseorang akan menentukan penghargaan orang lain terhadap dirinya. Setiap orangtua menginginkan anaknya menjadi cerdas, tetapi untuk mewujudkan anak yang cerdas tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Anak perlu mendapatkan kesempatan agar dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasannya.
Usia Dini merupakan masa keemasan perkembangan anak atau yang biasa disebut Golden Age. Pada masa itu anak mengalami proses lompatan kemajuan yang luar biasa secara fisik, emosional, dan sosial. Untuk melejitkan potensi perkembangan tersebut, setiap anak membutuhkan asupan gizi yang seimbang, perlindungan kesehatan, asuhan penuh kasih sayang, dan rangsangan pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan dan kemampuan masing-masing anak. Sehingga seluruh aspek kecerdasannya bisa berkembang secara optimal. Seorang psikolog Harvard yang bernama Howard Gardner mengemukakan sekurang-kurangnya ada delapan kecerdasan dasar yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan matematika logis, kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.
Menurut Gardner (Musfiroh, 2004) kecerdasan adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau menghasilkan produk yang dibuat dalam satu atau beberapa budaya. Salah satu kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner adalah  kecerdasan intrapersonal. Gardner dalam Armstrong (2004:4) mengungkapkan “kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan ini meliputi kekuatan memahami diri (kekuatan dan keterbatasan) ; kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, dan keinginan, serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri”. 
Pada umumnya orang memberikan predikat cerdas kepada orang yang mempunyai intelektual tinggi saja. Padahal kecerdasan seseorang tidak hanya dinilai dari aspek intelektual atau kognitifnya saja, tetapi bisa dilihat dari sisi psikomotor atau keterampilan yang dimilikinya, afektif (sikap) yang ada pada dirinya, serta aspek spiritualnya. Cerdas, pintar kalkulasi, memang penting. Apalagi bila ditambah luwes bersosialisasi dan punya rasa seni. Ketika anak berusia 4-6 tahun, anak sudah menyadari keberadaan dirinya (aku). Perasaan atau emosi yang berkembang pada usia ini adalah kemampuan mengenal perasaan dengan baik, emosi anak berfungsi sebagai sarana untuk mengkomunikasikan kebutuhan, suasana hati, dan perasaan yang dialaminya. Anak pada usia tersebut membutuhkan sarana atau stimulasi agar anak dapat mengungkapkan dan mengekspresikan perasaan atau emosinya.

B. Rumusan Masalah
            Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana deskripsi Seni tari untuk anak usia dini ?
2.      Bagaimana deskripsi kecerdasan interpersonal pada anak usia dini ?
3.      Bagaimana hubungan seni tari dalam rangka meningkatkan kecerdasan interpersonal pada anak usia dini ?



BAB II
PEMBAHASAN


A. Deskripsi Seni Tari Untuk Anak Usia Dini
1. Pengetahuan Dasar Tari
            Media tari adalah gerak tubuh manusia. Melelui gerak tubuh manusia dipakai untuk mengungkapkan ide-ide, perasaan, dan pengalaman sang seniman kepada orang lain. Ciri khas gerak tari adalah gerak yang sudah diolah dari aspek tenaga, ruang, dan waktu.
            Ada 2 jenis tari, yakni tari tradisional dan tari non-tradisional. Hal yang termasuk tari tradisional Indonesia adalah tari primitif, tari rakyat, dan tari klasik. Ke 3 tari ini tujuan upacara, hiburan, dan tontonan. Sedangkan yang termasuk dalam jenis tari non tradisional adalah tari kreasi baru, tari modern, dan tari kontemporer. Ciri khas tari kreasi baru adalah tari tradisional yang diperbaharui. Ciri khas tari modern dan tari kontemporer adalah penemuan baru dalam hal tema, bentuk, dan penyajian tari.
            Wujud tari modern dan tari kontemporer Indonesia biasanya merupakan gabungan dari unsur-unsur budaya setempat dengan unsur-unsur budaya dunia. Ada pula yang sepenuhnya menampilkan unsur budaya dunia. Ciri khas tari kontemporer Indonesia adalah menyajikan tema, bentuk yang terkenal, sedang menjadi sorotan saat ini. Jika tari kontemporer cirinya menyajikan tema dan bentuk yang sedang terkenal, sedang menjadi sorotan saat ini, namun tari modern belum tentu menyajikan tema dan bentuk yang sedang terkenal saat ini.
Tari untuk Anak TK sebagai Seni Pertunjukan
            Guru TK wajib membimbing dan melatih anak didiknya mengerti tari yang menarik. Sebuah tarian anak TK akan dikatakan menarik, apabila tarian tersebut menjadi media bagi anak untuk mengungkapkan ide-ide, perasaan, dan pengalamannya.
            Untuk dapat membimbing anak sampai pada kemampuan bisa mengungkapkan ide-idenya, perasaannya, pengalamannya dengan bahasa tari guru harus memiliki pengetahuan tentang komposisi tari. Dengan pengetahuan komposisi inilah guru membimbing anak menjadi mengerti tari sebagai seni pertunjukan dan dengan pengetahuan komposisi juga, guru menyadarkan anak bahwa menari bukan hanya sekadar untuk kesenangan bergerak.
            Pengetahuan komposisi tari adalah pengetahuan yang berhubungan dengan bagaimana memilih dan menata gerakan menjadi sebuah karya tari, pengetahuan itu diantaranya desain lantai, desain atas, musik, dramatik, dinamika, tema, tata rias dan busana, tata pentas, tata lampu dan tata suara.
2. Unsur Pokok Tari
            Media memiliki 2 pengertian, yaitu bahan dan alat. Bahan baku tari adalah gerak dan tubuh manusia sebagai alat untuk mengungkapkan ide, perasaan, dan pengalaman. Gerak tari terbentuk karena adanya kombinasi tenaga, ruang dan waktu di dalam setiap gerak tari maka ketiganya disebut sebagai unsur pokok tari. Tenaga adalah kekuatan yang mendorong terjadinya gerak. Jenis tenaga adalah berat/ringan, kuat/lemah.
            Ruang adalah tempat untuk bergerak. Tempat untuk bergerak yang bersifat harfiah, contohnya panggung terbuka, panggung tertutup. Sedangkan bersifat imajinatif tercipta karena benda-benda di panggung dan karena gerakan penari, arah gerak penari, teba gerak, tinggi rendah penari pada waktu menari.
            Waktu adalah tempo yang diperlukan penari untuk melakukan gerak. Waktu tergantung dari cepat lambatnya penari dalam melakukan gerakan, panjang pendeknya ketukan penari dalam bergerak dan lamanya penari melakukan gerakan.
3. Unsur Komposisi Tari
            Pengetahuan komposisi tari adalah pengetahuan yang berhubungan dengan bagaimana memilih dan menata gerakan menjadi sebuah karya tari. Pengetahuan komposisi tari mempelajari tentang desain lantai, desain atas, desain musik, dramatik, dinamika, tema, tata rias dan busana, tata pentas, tata lampu dan tata suara. Semua itu disebut sebagai unsur komposisi tari.
            Desain lantai adalah garis-garis lantai yang dilalui seorang penari atau garis yang dibuat oleh formasi penari. Desain atas adalah desain yang dibuat oleh anggota badan yang berada di atas lantai. Desain musik adalah pola ritmik dalam tari.
            Desain dramatik adalah tahap-tahapan emosional untuk mencapai klimaks dalam sebuah tari. Dinamika adalah segala perubahan di dalam tari karena adanya variasi di dalam tari. Tema adalah ide persoalan dalam tari. Tata rias dan busana adalah rias wajah dan pakaian untuk mendukung penampilan penari di atas pentas. Tata pentas adalah penataan pentas untuk mendukung pergelaran tari.
            Seperangkat benda yang berada di atas pentas untuk mendukung pergelaran tari disebut dengan setting. Tata lampu adalah penataan seperangkat lampu di pentas untuk mendukung pergelaran tari. Tata suara adalah penataan seperangkat alat sumber bunyi untuk tujuan pengaturan musik iringan tari, pada waktu pergelaran tari berlangsung.
4. Keterampilan Menari
            Menari adalah kegiatan seseorang yang sedang melakukan tari. Orang yang sedang menari disebut penari. Menari berbeda dengan bermain, berpantomim, atau bersenam. Seorang anak dapat dikatakan menari apabila anak menyadari bahwa ia sedang menari., bukan sedang bermain, bukan sedang bersenam. Anak menyadari bahwa ia sedang mengungkapkan sesuatu melalui tarian yang sedang ditarikan. Sesuatu itu dapat berupa gagasan, perasaan, pengalaman atau pikiran. Anak tidak bergerak spontanitas. Ia bergerak berdasarkan gerak yang telah disusun dan ditata. Ukuran keberhasilan anak TK dalam menari apabila anak tesebut mencapai tujuan pembelajaran  TK yang berbasis kompetensi melalui kegiatan menari.
            Di dalam proses pembelajaran tari, guru harus dapat menciptakan suasana kebebasan bergerak kepada anak didiknya. Guru diharapkan membimbing anak dapat mengungkapkan cara bergerak mereka sendiri yang unik sesuai dan cara bergerak sesuai dengan perasaannya.
            Bentuk kegiatan guru dalam membimbing anak didiknya belajar menari adalah:
a)        latihan mempersiapkan tubuh sebagai alat ekspresi
b)        latihan gerak kepala, tangan, badan, dan kaki untuk menumbuhkan kesadaran kepada anak didiknya bahwa seluruh anggota badan  merupakan sumber gerak tari.
c)        latihan bergerak dengan ritme untuk tujuan memperkenalkan dan membiasakan anak menanggapi birama, tempo, dan frase dalam musik iringan tarinya.
d)       latihan bergerak dengan arah untuk tujuan membiasakan anak dapat cepat menyesuaikan dengan tempat menari.
e)        latihan bergerak dengan membentuk formasi untuk tujuan melatih konsentrasi, dapat cepat menyesuaikan dengan tempat menari dan melatih kemampuan bekerja sama dalam kelompok.
5. Kemampuan Dasar Tari Anak TK
            Pengetahuan tentang kemampuan dasar anak TK dari aspek intelektual, emosional, perseptual, fisik, estetik, dan kreatif sangat penting bagi guru sebagai dasar menentukan materi pelajaran tari. Kemampuan dasar intelektual anak usia TK dapat dikenali dari kemampuannya mengungkapkan kosep warna, ukuran, bentuk, arah, besaran dan fungsi dalam gerak tari. Kemampuan dasar emosional anak usia TK dapat dikenali dari kemampuannya menyalurkan perasaan batinnya yang meluap timbul dari hati dengan gerak dalam tari. Kemampuan dasar sosial anak usia TK dapat dikenali dari kemampuannya berkomunikasi, bekerja sama, dan melakukan kegiatan bersama dalam kegiatan tari.
            Kemampuan dasar perseptual anak usia TK dapat dikenali dari kemampuannya dalam memahami dan menanggapi  hal-hal yang mereka lihat, dengar dan rasakan dalam wujud gerak tari. Kemampuan dasar fisik anak usia TK dapat dikenali dari kemampuannya melakukan gerakan keseimbangan, lokomotor, kecepatan, perubahan, ekspresi, teknik, mengendalikan tubuh, gerak yang energik dan koordinasi anggota tubuh. Kemampuan dasar estetik anak TK terlihat dari kemampuannya mengungkapkan  keindahan tari baik dalam kegiatan penciptaan tari maupun dalam kegiatan menari. Kemampuan dasar kreatif anak TK dapat dikenali dari kemampuannya membuat gerak-gerak yang unik, berbeda dengan teman-temannya, bahkan kemampuannya membuat gerak baru, serta kecepatannya menyesuaikan diri dengan teman-temannya, apabila melakukan kesalahan pada waktu menari.
Ciri-ciri tari untuk anak TK adalah tari yang sesuai dengan kemampuan dasar anak usia TK dari aspek intelektual, emosional, sosial, perseptual, fisikal, estetik dan kreatif. Bermain merupakan pendekatan anak usia TK adalah tari yang bertema, gerak tariannya bersifat tiruan, gerak tari yang variatif, berbentuk tari kelompok, berpola lantai kurang lebih 5, lama waktu menari kurang dari 5 menit, dan diringi oleh musik.

B. Kecerdasan Interpersonal
1. Pengertian Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal atau bisa saja disebut sebagai kecerdasan sosial, baik kata interpersonal ataupun sosial hanya istilah penyebutan saja, namun keduanya menjelaskan hal yang sama. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan menciptakan, membangun dan mempertahankan suatu hubungan antar pribadi (sosial) yang sehat dan saling menguntungkan (Safaria, 2005: 23- 24).
Kecerdasan interpersonal lebih dari kecerdasan-kecerdasan lain, kecerdasan interpersonal yang kuat menempatkan kita untuk kesuksesan  sebaliknya kecerdasan interpersonal yang lemah akan menghadapkan kita pada rasa frustasi dan kegagalan terus menerus dan keberhasilan kita, kalaupun ada terjadi secara kebetulan saja (Hoerr, 2007: 114). Kecerdasan interpersonal memungkinkan kita untuk bisa memahami berkomunikasi dengan orang lain, melihat perbedaan dalam mood, temperamen, motivasi, dan kemampuan. Termasuk juga kemampuan untuk membentuk dan juga menjaga hubungan, serta mengetahui berbagai perasaan yang terdapat dalam suatu kelompok, baik sebagai anggota maupun sebagai pemimpin (Cambell, 2006: 172).
Williams (2005: 162) mengungkapkan bahwa kecerdasan Interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan baik dengan orang lain. Kemampuan ini melibatkan kemampuan ini penggunaan kemampuan verbal dan nonverbal, kemampuan kerjasama, menagemen konflik, strategi membangun konsensus, kemampuan untuk percaya, menghormati, memimpin, dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan umum. Gordon dan Huggins-Cooper (2013: 57) menyebut kecerdasan interpersonal sebagai kecerdasan sosial, dengan memiliki kecerdasan sosial membantu kita untuk memahami perasaan, motivasi, dan intense orang lain.
Menurut Amstrong (2005: 21), kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain, kecerdasan interpersonal mencakup kemampuan membaca orang atau menilai orang lain, kemampuan berteman, dan keterampilan berinteraksi dengan orang dalam lingkungan baru. Adi W Gunawan (2006: 118) mengungkapkan kecerdasan interpersonal meliputi kemampuan untuk membentuk dan mempertahankan suatu hubungan.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk membangun suatu hubungan yang meliputi kepekaan sosial yang ditandai dengan anak memiliki perhatian terhadap semua teman tanpa memilih-milih teman, pemahaman sosial yang ditandai dengan anak dapat menyelesaikan konflik atau masalah walaupun dengan dibimbing guru, dan komunikasi sosial yang ditandai dengan anak dapat mengemukakan pendapat kepada teman tanpa didekati oleh teman terlebih dahulu.
2. Karakteristik Kecerdasan Interpersonal Anak
Ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan Interpersonal menurut Amstrong (2002: 33) adalah sebagai berikut:
a.       Mempunyai banyak teman
b.      Banyak bersosialisi di sekolah atau di lingkungan terlibat dalam kelompok di luar jam sekolah
c.       Berperan sebagai penengah keluarga ketika terjadi pertikaian
d.      Menikmati permainan kelompok
e.       Berempati besar terhadap perasaan orang lain
f.       Dicari sebagai penasihat atau pemecah masalah oleh teman-temannya
g.      Menikmati mengajari orang lain
h.      Tampak mempunyai bakat memimpin.
Hal ini juga dikemukakan oleh Sujiono (2012: 192), bahwa karakteristik kecerdasan interpersonal mengacu pada keterampilan manusia, dapat dengan mudah membaca, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Menurut Amstrong (2003: 42), terdapat beberapa karakteristik cara belajar anak yang memiliki kecenderungan kecerdasan interpersonal, sebagai berikut:
a.    Cara berpikir anak biasanya dengan cara melemparkan gagasan kepada orang lain agar dapat belajar secara optimal dikelas dan dapat menciptakan komunikasi aktif dengan orang lain.
b.    Kegemaran anak dalam proses belajar biasanya menjadi pemimpin, mengorganisasi kelompoknya, menghubungkan, menebarkan pengaruh, dan menjadi mediator.
c.    Kebutuhan anak yang memliki kecerdasan interpersonal dalam belajarnya adalah teman-teman, permainan kelompok, pertemuan sosial, perlombaan, peristiwa sosial, perkumpulan, dan penasihat. Anak terlibat aktif dalam komunikasi dan jarang terlihat menyendiri.
Menurut Gordon dan Huggins-Cooper (2013: 57), anak dengan kecerdasan interpersonal biasanya menyukai orang lain secara tulus, memiliki banyak teman, pandai mengatasi konflik, dan dapat berkomunikasi dengan anak-anak yang cenderung pemalu. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Campbell (2006: 172) bahwa murid dengan kemampuan interpersonal yang baik biasanya suka berinteraksi dengan orang lain, baik dengan mereka yang lebih tua atau lebih muda dan kadang mereka menonjol sekali dalam kerja kelompok, usaha-usaha kelompok dan juga proyek kolaboratif.
Williams (2005: 162) menyatakan anak dengan kecerdasan interpersonal yang kuat lebih suka bekerjasama daripada bekerja sendirian dan menunjukan keterampilan empati dan komunikasi yang baik diruang kelas, permainan kelompok dan proyek team dapat mendorong timbulnya kecerdasan interpersonal.
Menurut Amstrong (2002: 161), terdapat beberapa kriteria anak dengan kecerdasan interpersonal kurang baik, yaitu:
a.    Malu bila bertemu dengan orang-orang baru. Hal ini juga terjadi pada anak-anak yang baru memasuki dunia sekolah, awal tahun ajaran baru biasanya masih banyak anak yang masih malu berkenalan atau memulai komunikasi dengan teman baru.
b.    Sering kali mengalami kesalahpahaman atau bertengkar dengan orang lain. Anak biasanya hanya berpikir dari sisi dia sendiri dan tidak melihat cara berpikir orang lain atau sudut pandang orang lain sehingga sering menimbulkan kesalahpahaman.
c.    Sering bersikap bermusuhan atau membela diri di depan orang lain.
d.   Mempunyai kesulitan besar untuk berempati dengan orang lain. Karena anak dengan kriteria seperti ini pada umumnya hanya memikirkan dirinya sendiri dan acuh dengan kondisi psikologi orang lain.
e.    Mempunyai kesulitan dalam membaca suasana hati orang lain, maksud, dan motivasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak dengan kecerdasan interpersonal yang baik mempunyai karakteristik memiliki kemampuan berkomunikasi, memiliki banyak teman, pandai mengatasi konflik, menyukai permainan kelompok, dan memiliki empati besar terhadap perasaan orang lain
3. Perkembangan Interpersonal Anak
Menurut Bronson (Musfiroh, 2005: 90), anak usia empat sampai lima tahun menunjukkan peningkatan minat terhadap kelompok dalam kegiatan bermain peran. Anak usia empat tahun relatif berkembang, mulai mengikuti permainan kooperatif yang diwarnai aktivitas memberi dan menerima (Musfiroh, 2005: 91). Bredkemp dan Couple (Musfiroh, 2005: 91), menyatakan anak usia empat tahun mulai mempunyai memiliki keinginan untuk menyenangkan teman, memuji orang lain, dan tampak senang memiliki teman.
Menurut Brewer (Musfiroh, 2005: 90), anak usia empat tahun sudah menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a.    Lebih mengembangkan perasaan yang alturistik atau mementingkan kepentingan orang lain. Akulristik adalah lawan dari sifat egois yang mementingkan diri sendiri, sehingga bisa diartikan anak sudah mulai mengurangi karakter egoisnya.
b.    Dapat mengerti perintah dan mengikuti beberapa aturan, aturan dalam permainan atau dalam kelompok. Anak usia empat tahun biasanya sudah mulai bermain dengan beberapa teman atau permainan kelompok dimana permainan tersebut tentunya memiliki aturan main.
c.    Memiliki perasaan yang kuat terhadap rumah dan keluarga.
d.   Bermain paralel masih dilakukan, tetapi mulai melakukan permainan yang  melibatkan kerjasama. Anak sudah mulai dapat berkomunikasi mengenai pembagian tugas dan bermain atau bekerjasam dengan teman mainnya.
e.    Mengkhayalkan teman sepermainan. Anak biasanya bicara sendiri dengan teman khayalannya.
Menurut Gardner (Musfiroh, 2005: 69), kecerdasan interpersonal dipengaruhi oleh interaksi sosial. Sejalan dengan pendapat Amstrong (Musfiroh, 2005: 69), bahwa kecerdasan interpersonal dipengaruhi oleh kualitas pendekatan atau kasih sayang selama kritis tiga tahun pertama, sehingga anak yang dipisahkan dari ibunya pada masa pertumbuhan awal, biasanya akan mengalami permasalahan mengenai kecerdasan interpersonalnya.
Sujiono (2012: 192) mengungkapkan mengembangkan atau meningkatkan kecerdasan interpersonal dapat dilakukan dengan cara antara lain belajar kelompok, belajar dengan metode proyek, resolusi konflik, mencapai konsensus sekolah, berteman dalam kehidupan sosial dan atau pengenalan jiwa orang lain. Senada dengan Hoerr (2007: 19), bahwa kecerdasan interpersonal dapat dikembangkan menggunakan kerjasama, kerja kelompok, memberi kesempatan anak untuk mengajari teman sebayanya, mendiskusikan penyelesaian masalah, menciptakan situasi yang dapat membuat siswa saling mengamati dan memberi masukan.
Claire dan Huggins-Cooper (2013: 59) mengungkapkan terdapat beberapa hal untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal yaitu dengan mengembangkan komunikasi nonverbal, mengarahkan anak untuk menjalin pertemanan, adanya tantangan dalam menjalin hubungan, dan masalah sosial. Senada dengan Gunawan (2006: 119), mengembangkan kecerdasan interpersonal dapat dilakukan dengan cara melatih kemampuan berkomunikasi efektif secara verbal dan non verbal, mempelajari, dan mengerti serta peka terhadap perasaan orang lain, bekerjasama dalam suatu kelompok, belajar dalam suatu kelompok, menjadi atau penengah konflik, mengerti maksud dari cara pandang seseorang, dan mempertahankan sinergi.
4.  Unsur Kecerdasan Interpersonal
Goleman (2007: 114) mengemukakan terdapat dua kategori besar dalam unsur kecerdasan sosial, yaitu kesadaran sosial dan fasilitas sosial.
a.    Kesadaran sosial menunjuk pada spectrum yang merentang dari secara instan merasa keadaan batiniah orang lain sampai memahami perasaan dan pikirannya, untuk mendapat situasi sosial yang rumit. Hal tersebut meliputi empati dasar, penyelarasan, ketepatan empati, dan pengertian sosial.
b.    Fasilitas sosial berhubungan dengan bagaimana orang lain merasa atau mengetahui apa yang mereka pikirkan dan tidak melakukan banyak interaksi. Fasilitas sosial bertumpu pada kesadaran sosial untuk memungkinkan interaksi yang baik dan efektif. Fasilitas sosial ini meliputi berinteraksi secara baik dalam kemampuan nonverbal atau sinkron, presentasi diri dan efektif dalam kemampuan mempresentasikan diri sendiri, pengaruh untuk membentuk hasil interaksi sosial, peduli akan kebutuhan orang lain, dan dapat melakukan tindakan yang tepat yang sesuai dengan keadaan tersebut.

C. Hubungan Seni Tari Dalam Rangka Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini
Seni sebagai alat terapi, ungkapan dan komunikasi. Melalui kegiatan menari khususnya tarian anak-anak, maka anak-anak usia taman kanak-kanak diharapkan dapat mengekspresikan emosi atau perasaannya, dan anak dapat mengungkapkan pengalaman-pengalaman hidup mereka sendiri melalui tarian. Anak-anak juga biasanya akan merasa bangga dan senang apabila hasil kreasinya biasa dilihat atau ditonton oleh orang lain, terutama kedua orangtuanya.
Dan tontonan itu bisa direalisasikan melalui pertunjukkan tari. Tentu saja pertunjukkan tari anak. Hal ini bisa memotivasi anak untuk lebih percaya diri serta berani menunjukkan kemampuan atau bakatnya serta kreasinya. Melalui kegiatan menari, anak juga diajarkan untuk bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini anak bertanggungjawab untuk menampikan tarian yang terbaik ketika tarian tersebut akan dipertontonkan kepada orang lain. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Desfina (2005:4) tari untuk anak TK adalah gerak berirama yang ritmis dan indah sesuai dengan karakteristik perkembangan anak usia TK, kegiatannya bersifat kreatif dan kontruktif serta menumbuhkan kreativitas bagi siswa, serta dapat dijadikan sebagai aktivitas rekreasi atau alat ekspresi untuk sebuah seni pertunjukkan.
Anak-anak dapat mengasah kemampuan intra dan interpersonalnya melalui kegiatan menari. Tarian dapat diajarkan kepada anak-anak tanpa harus memandang faktor usia, kondisi fisik, maupun mental seorang anak. Oleh karena itu, seni tari sebaiknya diajarkan sedari kecil yaitu mulai usia taman kanak-kanak. Tarian yang diajarkan tentunya tari anak-anak. Melalui tarian, tentu saja tari anak-anak, mereka diajak untuk berkreasi, berkoordinasi dengan teman-temannya dan belajar bercerita melalui menari. Melalui tari, anak-anak dapat belajar sambil bermain.
Anak usia dini biasanya menciptakan gerakan berdasarkan pengamatan terhadap sesuatu yang biasa dilihat, misalnya berbagai macam profesi yang dikenalnya, pasti akan bermunculan gerak-gerak yang lucu berbeda satu dengan yang lainnya. Tidak tertutup kemungkinan akan munculnya gerak sambil bersuara atau berteriak mengekspesikan hasil pengamatannya. Dengan demikian anak dapat mengekspresikan emosi dan perasaannya melalui tarian. Melalui tarian beberapa pun kecerdasan dapat terstimulasi. Tetapi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai meningkatkan kecerdasan intrapersonal melalui kegiatan menari.
Dalam merangsang kecerdasan intrapersonal anak di Taman Kanak-kanak, dilakukanlah kegiatan menari yang membuat anak anak dapat mengekspresikan emosi dan perasaannya, agar anak berani menampilkan kreasi serta bakatnya, dan agar anak lebih percaya diri. Kegiatan menari untuk anak usia dini di Taman Kanak-kanak menstimulasi anak untuk lebih ekspresif dalam melakukan berbagai gerakan dalam tarian. Hal ini pernah dilakukan di sekolah tersebut melalui kegiatan menari yang mengambil tema “Profesi”. Akan tetapi kendala yang dihadapi sekolah saat ini adalah ketidak sabaran orang tua yang ingin anaknya tampil dengan sempurna dalam pertunjukkan tersebut, baik sempurna dalam penampilan (kostum) maupun gerakkan-gerakan tarian. Pada akhirnya pihak sekolah dalam melakukan kegiatan menari selalu mengandalkan atau memanggil pelatih tari.
Sedangkan pelatih tersebut kurang memahami karakter anak usia dini serta pembelajaran seni tari untuk anak dini. Sehingga dalam melakukan gerakan tarian, anak selalu meniru atau mencontoh gerakkan yang diajarkan pelatih tersebut. Dan hal ini dapat menghambat kebebasan anak dalam berkreasi serta mengungkapkan emosi atau perasaannya. Padahal pihak sekolah menginginkan kegiatan menari tersebut dapat mengembangkan potensi anak, salah satunya kecerdasan intrapersonal. Tetapi pada kenyataannya dalam melakukan kegiatan menari tersebut, tidak semua anak mampu untuk mengkomunikasikan atau menunjukkan perasaannya kepada orang lain. Bahkan ada beberapa anak yang tidak percaya diri (minder) serta selalu bergantung kepada orang dewasa. Anak juga belum sepenuhnya memiliki kepercayaan diri serta tanggungjawab untuk menampilkan tarian yang terbaik.
Tentu saja hal ini tidak selaras dengan tujuan pendidikan kesenian yang diungkapkan oleh Iyus Rusliana yaitu tujuan pendidikan kesenian terutama pendidikan seni tari di sekolah dasar dan taman kanak-kanak, bertujuan agar anak- anak memiliki pengetahuan, nilai dan sikap serta keterampilan yang memadai sesuai dengan tingkat perkembangannya. Melalui pendidikan seni tari anak-anak diharapkan mampu mengungkapkan ide-idenya, imajinasinya dan fantasinya secara kreatif. Menyadari tentang pentingnya kegiatan menari sebagai sarana yang dapat digunakan untuk mengembangkan kecerdasan intrapersonal, maka Guru dan peneliti tidak ingin membatasi kreatifitas anak dalam melakukan kegiatan menari.




BAB III
KESIMPULAN


Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk membangun suatu hubungan yang meliputi kepekaan sosial yang ditandai dengan anak memiliki perhatian terhadap semua teman tanpa memilih-milih teman, pemahaman sosial yang ditandai dengan anak dapat menyelesaiakan konflik atau masalah walaupun dengan dibimbing guru, dan komunikasi sosial yang ditandai dengan anak dapat mengemukakan pendapat kepada teman tanpa didekati oleh teman terlebih dahulu. Penting meningkatkan kecerdasan interpersonal pada anak sejak dini, pada dasarnya manusia tidak bisa menyendiri karena banyak kegiatan dalam hidup anak ini terkait dengan orang lain dan anak yang gagal mengembangkan interpersonalnya akan mengalami banyak hambatan pada dunia sosialnya.
Ada beberapa metode pembelajaran yang menarik dan mengarah kepada kecerdasan interpersonal anak salah satunya adalah dengan seni tari. Metode seni tari banyak memberikan manfaat untuk kegiatan belajar anak. Dengan metode seni tari anak memperoleh pemahaman yang tentang bagaimana bekerjasama dengan anak lain secara terpadu. Dengan seni tari membantu anak dengan melihat sudut pandang orang lain dan mengantisipasi emosinya atau yang disebut dengan empati. Melalui menari anak akan dibagi menjadi beberapa kelompok, akan belajar berbaur dan belajar bekerjasama dalam memperagakan seni tari sehingga terbentuk tarian yang indah. Dalam metode ini juga terdapat pembagian tugas, sehingga akan tercipta komunikasi antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan kelompoknya yaitu menghasilkan suatu tarian yang indah.






DAFTAR PUSTAKA


Amstrong, Thomas. (2002). 7 Kinds of Smart. (Terjemahan T. Hermaya). Jakarta: Gramedia Pustaka.

Amstrong, Thomas. (2003). Sekolah Para Juara. (Terjemahan Yudhi Murtanto). Bandung: KAIFA.

Amstrong, Thomas. (2005). Setiap Anak Cerdas. (Terjemahan Lina Buntaran) Jakarta: Gramedia Pustaka.

Campbell L, et al. (2006) Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegence. Depok: Intuisi Press.

Goleman, Daniel. (2007). Social Intellegence. (Terjemahan Hariono S.Imam). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gordon C & Lynn Huggins-Cooper. Meningkatkan 9 Kecerdasan Anak. (Terjemahan Chynthia Rozyandra). Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Gunawan. (2000). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Gunawan. (2006). Genius Learning Strategi. Jakarta: GramediaPustaka.

Hoerr, Thomas R. (2007). Buku Kerja Multiple Intellegence. (Terjemahan Ary Nilandari). Bandung: Kaifa MZN.

Musfiroh. (2010). Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Universitas Terbuka.

Musfiroh. (2005). Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Kependidikan dan Perguruan Tinggi

Safaria.(2005). Interpersonal Intellegence. Sleman: Amara Books.

Yuliani Nurani Sujiono .(2012). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.


No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive