Monday, December 10, 2018

upaya pemeliharaan kesehatan bagi anak usia dini.

BAB I
PENDAHULUAN


1.1.    Latar Belakang
Kebijakan pembangunan urusan kesehatan di Kabupaten Purwakarta diarahkan pada upaya pengadaan obat esensial, program dan generik buffer stock; peningkatan pengawasan obat dan makanan; pemberantasan penyakit menular; meningkatkan status gizi masyarakat (bumil, bayi dan balita); promosi kesehatan; upaya kesehatan berbasis masyarakat; peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas puskesmas; peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan; penyehatan air dan pengamanan limbah; penyehatan lingkungan; peningkatan pelayanan kesehatan puskesmas dan jaringannya; penyediaan sarana dan prasarana menuju Desa Siaga; peningkatan, pembinaan, pengawasan fasilitasi pelayanan kesehatan kerja; pembinaan, pengawasan, fasilitasi pengobatan tradisional; peningkatan kesehatan anak balita; peningkatan kesehatan lansia; peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak; penyusunan standar akreditasi dan regulasi institusi kesehatan; peningkatan pelayanan kesehatan SDM rumah sakit dan laboratorium daerah; pengadaan sarana dan prasarana rumah sakit serta laboratorium daerah dan meningkatkan status akreditasi rumah sakit daerah.
Hasil pembangunan urusan kesehatan di Kabupaten Purwakarta pada tahun 2010, dapat diukur dari capaian kinerja melalui indikator derajat kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat tergambar dari tinggi rendahnya indeks kesehatan, yang dipengaruhi oleh tiga indikator, yaitu Angka Harapan Hidup (AHH/UHH), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI).
Anak usia dini merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
Kesehatan masyarakat  merupakan suatu tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Di jaman era globalisasi sekarang ini yang tentunya diikuti dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada berbagai sektor kehidupan manusia, begitu pula permasalahannya juga semakin meningkat yang terkait dengan kesehatan masyarakat.
Di dalam kehidupan masyarakat yang sudah berkembang pesat sekarang ini, terkadang masyarakat sering melupakan kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan baik itu kesehatan pribadi, kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, serta penyakit yang sifatnya menular dan tidak menular, serta cara pencegahan penyakit menular dan tidak menular bagi mereka asalkan sudah bisa makan dan beraktivitas sudah cukup untuk menjadikan mereka sehat. namun perkembangan dan pengembangan berbagai ilmu yang terkait dengan kesehatan masyarakat juga sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Oleh karena itu kesehatan lingkungan merupakan faktor utama dalam lingkup kesehatan. Jika lingkungan kumuh dan tidak sehat maka akan menyebabkan masyarakat mudah terkena penyakit baik menular maupun tidak menular. Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan kebutuhan hidup dan hak setiap orang. Setiap orang berhak untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Setiap orang wajib melestarikan fungsi lingkungan hidup, mencegah, menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

  1.2  Rumusan Masalah
            Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.        Bagaimana pemeliharaan kesehatan pada Anak khususnya anak usia dini?
2.        Bagaimana perkembangan pada anak usia dini?
3.        Bagaimana pelayanan kesehatan bagi anak usia dini ?
4.        Apa upaya menjaga kesehatan pribadi, masyarakat dan lingkungan?
1.3  Tujuan
            Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.        Untuk mengetahui upaya pemeliharaan kesehatan bagi anak usia dini.
2.        Untuk mengetahui perkembangan anak usia dini.
3.        Untuk mengetahui pelayanan kesehatan bagi anak usia dini.
4.        Untuk mengetahui upaya menjaga kesehatan pribadi, masyarakat dan lingkungan.



BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pemeliharaan Kesehatan Anak
Secara umum, memelihara kesehatan anak bertujuan agar tidak terjadi penyakit yang dapat mengganggu belajar serta kecerdasan anak adalah dengan    a) menjaga kebersihan diri anak dan lingkungannya, b) imunisasi tepat waktu,     c) menjaga jenis makanan yang dikonsumsi. Perawatan kesehatan pada anak usia dini dapat diawali dari pemberian makanan yang sehat dan menjaga kebersihan. Pemberian makanan yang sehat dapat menjaga kesehatan, mendidik anak sejak usia dini untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat. Makanan yang diberikan kepada anak harus sesuai dengan kebutuhan gizi dan kebutuhan anak. Anak yang alergi terhadap makanan tertentu, maka berikanlah makanan pengganti untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Banyak anak yang tidak menyukai makanan yang sehat seperti sayuran, sebagai orang tua dan para guru harus bisa membuat sayuran menjadi makanan yang paling lezat bagi anak. Misalnya, dalam memasak sayuran bisa dimodifikasi dengan zat makanan lain yang cita rasanya dapat disukai anak.
Berbagai macam penyakit dapat diperoleh anak terutama anak usia 0-6 tahun. Masing-masing penyakit memiliki ciri dan akibatnya. Gejala penyakit anak perlu diketahui guru dan orang tua agar dapat memantau dan memberikan pelayanan kesehatan yang tepat untuk anak. Guru di kelas perlu menjelaskan kepada anak mengenai berbagai hal dalam pemeliharaan kesehatan, yaitu pemeliharaan kesehatan lingkungan, mata, telinga, kulit, gigi, dan jasmani. Hidup dengan budaya sehat perlu ditanamkan sejak dini, sejak anak sudah mulai dapat menangkap dengan panca inderanya mengenai arti pentingnya memelihara dan menjaga kesehatan.
2.2 Perkembangan dan Pemeliharaan
Pemeliharaan kesehatan anak juga disesuaikan dengan perkembangannya. Intensitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada bayi tentu lebih tinggi dibandingkan dengan usia anak-anak. Hal ini dikarenakan pada usia bayi, dia belum bisa mandiri dan masih butuh bantuan secara penuh dari orang dewasa. Sedangkan pada usia anak-anak, harus dibiasakan dan dilatih untuk mandiri dalam menjaga kesehatan pribadi dengan kegiatan yang ringan seperti memotong kuku, menggosok gigi, melatih anak untuk mandi sendiri, namun pemeliharaan kesehatan kepada anak juga masih memerlukan pengawasan orang tua.
2.3 Tingkat Pencapaian Perkembangan
Setiap rentang usia anak usia dini mempunyai tahap pencapaian perkembangan sendiri-sendiri. Ada tiga rentang usia yaitu, 0-2 tahun, 2-4 tahun, dan 4-6 tahun (berdasarkan Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tentang Standar PAUD) . Karakteristik perkembangan berdasarkan rentang usia tersebut yaitu:
a. Usia 0-2 tahun
Pasca lahir, bayi yang normal mempunyai berat badan 2,5 kg samapai 4,5 kg. Anak dalam rentang usia ini lebih membangun kemampuan sensori motoriknya, dan membangun kepercayaan dengan orang terdekatnya, khususnya sang ibu. Anak secara psikologis akan merasa nyaman terhadap ibunya sendiri, yang dilakukan melalui kegiatan menyusui. Sehingga anak usia 0-6 bulan harus diberi ASI eksklusif, jika terpaksa tidak bisa, maka bisa diberi susu formula namun setiap akan memberikan harus diberi jeda dengan minum air putih. Karena bayi belum bisa berkomunikasi seperti orang dewasa, bayi berkomunikasi dengan tangisan. Orang tua pun harus bisa membedakan tangisan ketika anak tidak nyaman akan sesuatu.
Misalnya, saat bayi tidak nyaman dengan popoknya yang sudah kotor, sehingga harus segera diganti agar kulit bayi tidak iritasi. Untuk bayi 1- 2 tahun lebih mengembangkan kemampuan motoriknya, seperti tengkurap, merangkak, dan berlatih berjalan, serta suka memasukkan benda-benda ke mulutnya. Pada rentang usia tersebut, keamanan mainan anak harus terjaga. Benda-benda yang masuk ke dalam mulut anak pun perlu diperhatikan, misal memilih roti yang cepat hancur di mulut, memilih mainan gigit (teether) yang empuk. Anak juga bisa diajak untuk bernyanyi dan mendengarkan musik, sehingga dapat mengembangkan aspek afektifnya selain rasa kasih sayang dan aman dari orang disekitarnya.
b. Usia 2-4 tahun
Pada rentang usia ini anak lebih aktif dalam aspek fisik motorik, kognitif, bahasa, moral-agama, dan sosial emosional. Orang tua atau guru sudah bisa mulai membiasakan anak untuk berdisiplin, taat dengan aturan, bekerja sama dengan teman lain. Anak pada usia ini juga perlu diajak untuk mengenal makhluk ciptaan Tuhan dan bersimpati kepada sesama teman. Kebutuhan akan bermain juga harus dipenuhi, agar anak tidak merasa tertekan. Anak juga harus diberikan media-media pembelajaran yang dapat merangsang berbagai kecerdasannya. Orang tua dan guru juga harus menjadi teladan bagi anak, kemudian mendengarkan apa yang diutarakan oleh anak, ajari anak tentang sopan santun dan kata-kata yang baik dan sopan. Anak juga sudah bisa dibiasakan untuk membuang sampah di tempatnya, menggosok gigi sesuai aturan, mencuci tangan sebelum makan, menggunting kuku, mandi sendiri.
c. Usia 4-6 tahun
Anak usia 4-6 tahun lebih suka bereksplorasi dan mencoba hal-hal baru, mampu mengklasifikasikan bentuk. Kemampuan fisik motoriknya menjadi lebih meningkan dan semakin terampil. Anak juga lebih sedikit makan, memiliki rasa cemburu yang kuat, tidur siang lebih sedikit (susah tidur siang). Jika anak susah makan, maka orang tua perlu memberikan obat penambah nafsu makan, namun kandungan gizi yang ada dalam makanan harus diperhatikan.
2.4 Pelayanan Kesehatan untuk Anak Usia Dini
Perkembangan dan pertumbuhan anak dapat dipantau melalui KMS (Kartu Menuju Sehat), saat pemeriksaan di posyandu. KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatannya. Manfaat adanya KMS, yaitu:
a. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
b. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak.
c. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi
Cara membaca KMS, yaitu:
a. Apabila anak berada di lajur bewarna hijau maka anak berada pada jalur pertumbuhan normal
b. Apabila anak berada di bawah lajur merah (warna putih) menunjukkan anak kurus dan perubahannya dapat dikatakan membaik apabila mendekati lajur hijau. Pendekatan grfik pada lajur hijau tua dikenal dengan catch-up growth.
Pelayanan kesehatan pada anak dilakukan pula dengan imunisasi. Imunisasi dilakukan dengan memberikan vaksin yang merupakan bibit penyakit yang telah dibuat lemah kapada seseorang agar tubuh dapat membuat antibodi sendiri terhadap bibit penyakit kuat yang sama. Imunisasi dapat melindungi bayi dan anak-anak dari serangan berbagai virus sehingga diharapkan seorang bayi dan anak yang memang sangat rentan terhadap penyakit akan lebih kuat dan terjaga kesehatannya. Vaksin yang digunakan dalam imunisasi, yaitu adalah :
a. BCG (Bacillus Calmette-Guerin): Untuk mencegah penyakit tuberkulosis.
b. Polio oral vaksin : Untuk mencegah panyakit polio.
c. DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus): Untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis, dan Tetanus.
d. Hepatitis B : Untuk mencegah penyakit Hepatitis B.
e. Campak : Untuk mencegah penyakit campak.

2.5  Kesehatan Pribadi, Masyarakat dan Lingkungan
Kesehatan pribadi adalah kesehatan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat membina keluarga dan masyarakat yang sehat, dan kesehatan pribadi merupakan dasar untuk melakukan berbagai kegiatan atau perbuatan yang positif selama hidup. Usaha kesehatan pribadi adalah daya upaya dari seseorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri. Membuat diri selalu sehat, disamping berguna untuk diri sendiri, juga akan menguntungkan kesehatan masyarakat.
Menurut Notoatmojo pengertian kesehatan lingkungan pada hakikatnya  adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh  positif terhadap  terwujudnya  status kesehatan yang optimum pula. Hal ini   tak senada dengan yang dikemukakan oleh Moeller yang menyatakan bahwa kesehatan lingkungan merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang memberi pengertian pada penilaian, pemahaman, dan pengendalian dampak manusia pada lingkungan dan dampak lingkungan pada manusia.
Lingkungan Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Pada zaman purba manusia bertempat tinggal di gua-gua, kemudian berkembang, dengan mendirikan rumah tempat tinggal di hutan-hutan dan di bawah pohon. Sampai pada abad modern ini manusia sudah membangun rumah (tempat tinggalnya) bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang serba modern. Sejak zaman dahulu pula manusia telah mencoba mendesain rumahnya, dengan ide mereka masing-masing yang dengan sendirinya berdasarkan kebudayaan masyarakat setempat dan membangun rumah mereka dengan bahan yang ada setempat (local material) pula. Setelah manusia memasuki abad modern ini meskipun rumah mereka dibangun dengan  bukan bahan-bahan setempat,  tetapi kadang-kadang desainnya masih mewarisi  kebudayaan generasi sebelumnya.
Tanah merupakan  bagian tertipis dari seluruh  lapisan bumi, tetapi pengaruhnya terhadap lingkungan sangat besar.  Hubungan tanah dengan makhluk hidup sangat erat, tanah menyediakan berbagai sumber daya yang berguna bagi kelangsungan  hidup manusia dan makhluk hidup  lainnya. Selain itu, tanah juga merupakan habitat alamiah bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu sudah selayaknya manusia memelihara kualitas tanah agar hidup  sejahtera. Kegiatan hutan seperti kerusakan hutan, perladangan  berpindah-pindah dan  penggalian  lahan secara besar-besaran sangat mempengaruhi kondisi tanah. Disamping itu, tanah yang terkontaminasi dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran air  tanah. Bila ini tidak dibatasi dapat mengakibatkan terjadinya  kerusakan tanah yang pada akhirnya akan menimbulkan bencana bagi manusia. Penurunan kualitas tanah terutama disebabkan karena kehadiran bahan-bahan pencemar di tanah. Selain itu, kualitas tanah juga dapat menurun  disebabkan oleh erosi. Pada dasarnya erosi dapat menyebabkan merosotnya produktivitas lahan, rusaknya lingkungan dan terganggunya keseimbangan ekosistem. Bila keadaan lebih parah lagi akan terbentuk lahan kritis. Beberapa ahli mengemukakan bahwa penurunan kualitas tanah telah memberikan dampak pada kesehatan, seperti dampak dari kekurangan unsur-unsur hara mikro yang terkandung dalam bahan makanan terhadap kesehatan manusia.
Agar  kualitas lingkungan tidak menurun atau tercemar, maka   perlu diadakan pengawasan. Seperti Pengelolaan Kualitas Udara, Pengolahan Kualitas Air, Pemulihan Tanah  Terkontaminasi, Sanitasi Makanan. Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan.
Sampah adalah suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah adalah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah merupakan hasil suatu kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna. Sehingga bukan semua benda padat yang tidak digunakan dan dibuang disebut sampah, misalnya : benda-benda alam, benda-benda yang keluar dari bumi akibat dari gunung meletus, banjir, pohon di hutan yang tumbang akibat angin ribut, dan sebagainya.
Kesehatan masyarakat (bahasa Inggris: public health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya.
Ilmu dan seni untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang meliputi upaya-upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, keluarga maupun perorangan serta penyehatan lingkungan hidupnya dalam bentuk fisik, biologis, sosio-ekonomi dan sosio-kultural dengan mengikutisertakan masyarakat. Kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi ang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan ditemukan bakteri-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi.
Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu mulai dengan adanya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat di takuti masyarakat pada waktu itu. Kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor di Indonesia kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sehingga mulai dari wabah kolera tersebut maka pemerintahan Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Ruang lingkup kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal yaitu ilmu dan seni. Sebagai ilmu kesehatan masyarakat pada mulanya hanya mencangkup dua hal pokok disiplin keilmuan, yakni ilmu bio-medis (medical biologi) dan ilmu-ilmu sosial (social sciences). Tetapi sesuai dengan perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat pun berkembang.
Banyak konsep atau istilah yang kita jumpai dalam konteks pendidikan kesehatan, termasuk istilah yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang ada kaitannya dengan hidup sehat itu. Salah satu definisi yang dianggap memadai adalah sebagai berikut “Suatu keadaan sehat paripurna dan lengkap mencangkup fisik, mental, dan sosial dan bukan hanya tidak sakit atau mengalami cacat.”
Banyak masalah kesehatan yang pemecahannya harus ditangani oleh masyarakat secara keseluruhan. Sebagai contoh penyakit musiman  pada saat musim kemarau, seperti penyakit mata yang diakibatkan oleh asap hutan terbakar, merupakan salah satu contoh dari masalah kesehatan yang memerlukan kerja sama berbagai pihak, termasuk seluruh warga masyarakat setempat. Pihak keluarga memang merupakan unit terkecil dari masyarakat yang juga harus bertanggung jawab dalam menangani masalah kesehatan.
Hasil belajar pendidikan kesehatan masyarakat menjadi kebiasaan yang merekat pada siswa apabila praktik kesehatan di setiap keluarga selaras dengan isi dan tujuan program yang dilaksanakan sekolah. Untuk menangani masalah kesehatan di masyarakat dibutuhkan fasilitas yang telah berkembang sekarang dalam pendidikan. Pusat kesehatan masyarakat yang sudah masuk ke pelosok-pelosok desa di seluruh tanah air. Sehubungan dengan keadaan itu, maka sekolah harus mampu tampil sebagai pusat belajar soal kesehatan dari guru pemdidikan kesehatan bersama-sama guru lainnya sebaiknya mampu membentuk wadah, bukan perawatan tetapi penyuluhan bidang kesehatan.
Konsep gaya hidup sehat mencangkup keputusan yang dibuat oleh seseorang untuk bertindak yang kemudian mempengaruhi kesehatannya. Keputusan itu sering menyeret seseorang untuk dihadapkan dengan resiko. Keputusan  dapat berupa seperangkat prilaku yang membahayakan diri pribadi.
Salah satu cara dalam memenuhi konsep gaya hidup sehat ini adalah pola makan kita. Makanan sangat berpengaruh pada kesehatan, karena makanan merupakan sumber dari energi. Manusia selalu mengeluarkan energi, bahkan sewaktu tidur. Jika anda tetap berada di tempat tidur selama 24 jam dan tidak melakukan apapun, anda akan mengeluarkan kira-kira 1.600 kalori (untuk berat 154 pon atau 70 kilogram).
Berbagai jenis penyakit kini semakin banyak saja. Salah satu penyebabnya, gaya hidup dan lingkungan yang semakin tidak sehat. Secara umum ada dua jenis penyakit, yaitu yang menular dan tidak menular. Penyakit yang tidak menular seperti jantung, tekanan darah tinggi, kencing manis, osteoporosis, rematik, dan sebagainya. Dalam kelompok penyakit menular ada yang ringan dan ada juga yang berat. Yang ringan misalnya influenza dan diare. Sedangkan yang berat seperti HIV/AIDS, polio, demam berdarah, campak, TBC, malaria, flu burung, SARS, dan sederet penyakit lainnya. Menular atau tidaknya suatu penyakit tetaplah harus diwaspadai dan tidak boleh dianggap enteng. Sebab, ketika seseorang terkena suatu penyakit aktivitas kehidupannya akan terganggu.
Apalagi jika penyakitnya sudah parah, bisa mengakibatkan kematian. Pada penyakit menular, medium penularannya bermacam-macam. Ada yang karena kontak langsung dengan penderita, lewat udara, kotoran, atau lewat perantara binatang. ''Penyakit menular itu sangat luas cakupannya. Tapi, secara sederhana yang disebut penyakit menular adalah yang bisa menularkan dari satu orang ke orang lain,'' kata dr Siselia Titis Iramati dari Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta, kepada Republika. Dari bagian tubuh paling atas hingga bawah, ujar Titis, bisa terkena penyakit menular. Mata, misalnya, bisa terkena mata merah karena infeksi (belekan) yang bisa menular. Kelenjar lidah bisa menularkan penyakit gondongan. Jenis penyakit pada tenggorok yang menular misalnya flu. Paru-paru juga bisa terkena penyakit menular. TBC, misalnya.
Sedangkan pada pencernaan, jenis penyakit yang menular adalah diare, disentri, dan thypus. ''Organ seksual juga bisa terkena penyakit menular. Ini lebih dikenal sebagai penyakit menular seksual. Misalnya kencing nanah atau GO. Yang paling menakutkan adalah HIV/AIDS,'' ujar Titis menambahkan. Pada kulit, jenis penyakit yang menular adalah campak dan cacar air. Sedangkan penyakit menular yang penularannya lewat perantara binatang misalnya demam berdarah, malaria, flu burung, dan sebagainya. Sedangkan penyakit polio menular lewat kotoran manusia.
Mencegah penyakit menular, sebenarnya mudah. Yaitu, dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Yang paling sederhana adalah dengan mencuci tangan sebelum makan. Sayangnya, kesadaran untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan ini masih cukup rendah di kalangan masyarakat kita. Contoh yang paling mudah adalah perilaku para pekerja kantoran. Mereka sering kali makan di pinggir jalan tanpa cuci tangan terlebih dahulu. Juga jarang melakukan olahraga.
Makanan yang dimakan pun haruslah yang sehat dan bebas dari kotoran, tidak dihinggapi oleh lalat. Yang tidak kalah pentingnya adalah dengan membiasakan hidup sehat, seperti rajin berolahraga dan istirahat cukup. Olahraga ini sangat penting karena banyak penyakit yang bisa dicegah atau dihindari dengan aktivitas fisik. Lingkungan yang sehat, memang sangat penting untuk pencegahan penyakit menular. Misalnya, penyakit TBC. Sirkulasi dan ventilasi udara yang cukup bisa membunuh virus penyebab TBC.
Salah satu upaya mencegah penyakit menular adalah pemberian imunisasi. Dengan imunisasi tubuh mendapatkan kekebalan terhadap jenis penyakit tertentu. Misalnya, campak, polio, hepatitis B, dan sebagainya. Menurut dr Siselia Titis Iramawati dari Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta, imunisasi merupakan salah satu cara untuk mencegah tertularnya penyakit menular. Jika sudah diimunisasi, maka kemungkinan kecil akan terserang penyakit menular. Kalau pun masih kena, maka tidak sehebat yang tidak diimunisasi. Imunisasi campak, misalnya. Anak yang sudah diimunisasi ini kemungkinan kecil bisa terkena.
Kesehatan masyarakat memiliki tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan menggerakkan seluruh potensi masyarakat. Dapat diartikan bahwa perilaku sehat masyarakat harus ditingkatkan dan dipelihara oleh petugas kesehatan. Kondisi masalah kesehatan di Indonesia sebagian besar terkait perilaku masyarakat dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung menuju perilaku hidup sehat. Upaya merubah perilaku masyarakat menjadi perilaku sehat dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan atau secara khusus promosi kesehatan. Atas dasar keadaan tersebut maka wajib bagi petugas kesehatan memiliki kompetensi melakukan promosi kesehatan.


BAB III
PENUTUP


3.1   Kesimpulan
 Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan kesehatan sejak dini sangatlah penting. Setiap tahap perkembangan anak juga perlu dipantau agar anak tumbuh dan berkembang dengan sehat, cerdas, dan bermoral. Pemeliharaan kesehatan anak juga disesuaikan dengan perkembangannya. Intensitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada bayi tentu lebih tinggi dibandingkan dengan usia anak-anak.
Sedangkan pada usia anak-anak, harus dibiasakan dan dilatih untuk mandiri dalam menjaga kesehatan pribadi dengan kegiatan yang ringan seperti memotong kuku, menggosok gigi, melatih anak untuk mandi sendiri, namun pemeliharaan kesehatan kepada anak juga masih memerlukan pengawasan orang tua.
Untuk menangani masalah kesehatan di masyarakat dibutuhkan fasilitas yang telah berkembang sekarang dalam pendidikan. Pusat kesehatan masyarakat yang sudah masuk ke pelosok-pelosok desa di seluruh tanah air. Sehubungan dengan keadaan itu, maka sekolah harus mampu tampil sebagai pusat belajar soal kesehatan dari guru pemdidikan kesehatan bersama-sama guru lainnya sebaiknya mampu membentuk wadah, bukan perawatan tetapi penyuluhan bidang kesehatan

3.2  Saran
Untuk meningkatkan kesehatan mulai dari kesehatan pribadi, masyarakat dan lingkungan maka perlu dilakukan penyuluhan yang dilakukan secara kontinu dan mencapai di pelosok-pelosok masyarakat terutama di wilayah pedesaan. Untuk anak usia dini yang masih rentan terhadap penyakit maka perlu mendapat perhatian yang lebih komprehensif sehingga anak yang masih dalam usia perkembangan dapat berkembang dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA


Aqib, Zainal. 2011. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Bandung: Nuansa Aulia.
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tentang Standar PAUD


No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive