Sunday, December 16, 2018

PENERAPAN TEKNIK GALI KUNCI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS PUISI


A.      Hakikat Menulis
1.       Pengertian Menulis
Tarigan (2008:21) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Ketika menulis, penulis berkomunikasi dengan cara mengubah pesan menjadi lambang-lambang. Dalam kaitan ini Load (Tarigan, 2008 : 21) menyatakan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa.     
Yang dilukiskan dengan lambang-lambang grafik adalah pikiran penulis, karena menurut D’angelo dalam Tarigan (2008:21)  menulis adalah suatu bentuk berpikir dan belajar menulis adalah belajar berpikir dengan cara tertentu.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan menulis adalah suatu proses dan aktivitas yang melahirkan pikiran, gagasan, dan perasaan kepada orang lain ataupun diri sendiri melalui media bahasa berupa tulisan.

2.       Tujuan Menulis
          Tujuan menulis adalah response atau jawaban yang diharapkan oleh penulis dari pembaca. (Tarigan, 2008: 23). Menurut tujuan dan maksud yang dikandungnya, tulisan dapat dibagi ke dalam beberapa jenis. Menurut tujuan dan maksud yang dikandungnya, tulisan dapat dibagi ke dalam beberapa jenis. Menurut D’angelo dalam Tarigan (2008: 24), diantara tujuan menulis adalah sebagai berikut:
  1. Tulisan yang bertujuan meyakinkan pembaca, disebut dengan wacana persuasif;
  2. Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan, disebut wacana informatif;
  3. Tulisan yang bertujuan untuk mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat dan berapi-api, disebut wacana ekspresif.
Hartig dalam Tarigan (2008: 24-25) mengemukakan tujuan menulis sebagai berikut :
a.    Tujuan penugasan
Penulis tidak memiliki tujuan, untuk apa dia menulis. Penulis hanya menulis, tanpa mengetahui tujuannya. Dia menulis karena mendapat tugas, bukan atas kemauan sendiri. Misalnya siswa ditugaskan merangkum sebuah buku atau seorang guru disuruh membuat laporan oleh kepala sekolahnya.
b.    Tujuan altrustik
Penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan menyenangkan dengan karyanya itu. Penulis harus berkeyakinan bahwa pembaca adalah “teman” hidupnya, sehingga penulis benar-benar dapat mengkomunikasikan suatu ide atau gagasan bagi kepentingan pembaca.
c.    Tujuan persuasif
Penulis bertujuan mempengaruhi pembaca, agar pembaca yakin akan kebenaran gagasan atau ide yang dituangkan atau diutarakan oleh penulis. Tulisan semacam ini banyak dipergunakan oleh para penulis untuk menawarkan sebuah produksi barang dagangan, atau dalam kegiatan politik.
d.   Tujuan penerangan
Penulis menuangkan ide/gagasan dengan tujuan memberi informasi atau keterangan-keterangan kepada pembaca. Di sini, penulis berusaha menyampaikan informasi agar pembaca menjadi tahu mengenai apa yang diinformasikan oleh penulis.
Akhadiah, dkk (1998:45) menyatakan bahwa setiap kegiatan menulis apa yang disampaikan kepada pembaca? Mungkin penulis ingin menyampaikan amanat atau pesan sekedar memberikan informasi saja tentang sesuatu. Dalam hal ini ada kalanya penulis menyampaikan suatu gagasan dan mengembangkan melalui tulisannya.
Dalam menulis bukan hanya memiliki tujuan menyampaikan informasi, tetapi memiliki tujuan lain, antara lain : menghibur dan mengutarakan perasaan. Dalam hal ini Tarigan (2008:23) berpendapat bahwa tujuan menulis adalah memberitahukan atau mengajak, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api.
Lebih jauh diungkapkan pula oleh Tarigan (2008:23) yang dimaksud dengan tujuan menulis adalah respon atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca. Berdasarkan batasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa:
a.       Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajak disebut wacana informasi (informative discourse).
b.      Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacara persuasif (persuasive discourse).
c.       Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana kesastraan atau literary discourse)
d.      Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive discourse).
Uraian di atas dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya tujuan menulis adalah untuk menyampaikan informasi, mengajak, meyakinkan, menghibur, dan mengekspresikan perasaan.

3. Fungsi Menulis
Fungsi utama menulis adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Penulis dan pembaca dapat berkomunikasi melalui tulisan. Oleh karena itu, pada prinsipnya hasil (tulisan) yang paling utama ialah dapat menyampaikan pesan penulis kepada pembaca, sehingga pembaca memahami maksud penulis yang dituangkan dalam tulisannya.
Pada prinsipnya fungsi utama menulis adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan siswa berpikir juga dapat menolong kita berpikir secara kritis. Selain itu, memudahkan pula untuk merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap, atau persepsi kita memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman. Tulisan dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita”. (D’Angelo dalam Tarigan, 2008:22)
          Menurut Tarigan (2008:26) fungsi menulis berdasarkan kegunaannya adalah melukiskan, memberi petunjuk, memberi tahu dan mengingat.
a.    Melukiskan
Dalam hal ini, penulis menggambarkan atau mendeskripsikan sesuatu baik menggambarkan wujud benda atau mendeskripsikan keadaan sehingga pembaca dapat membayangkan secara jelas apa yang digambarkan atau yang dideskripsikan penulisnya. Pembaca seolah-olah melihat sendiri atau mengalami sendiri. Fungsi ini terdapat dalam karangan lukisan.
b.    Memberi petunjuk
Dalam tulisan ini, penulis memberikan petunjuk tentang cara melaksanakan  sesuatu. Fungsi seperti ini terdapat dalam resep, pedoman, dan lain-lain.
c.    Memerintahkan
Penulis dalam karangan ini memberi perintah, permintaan anjuran, nasihat, agar pembaca memenuhi keinginan penulis. Sebaliknya penulis juga melarang, meminta, maupun menganjurkan untuk tidak berbuat sesuatu dengan memberi alasan, mengapa hal itu harus dilaksanakan atau dilarang. Tulisan ini terdapat pada tulisan berbentuk undang-undang atau peraturan.
d.               Mengingat
Penulis karangan mencatat peristiwa, keadaan, keterangan dengan tujuan mengingat atau hal-hal penting itu tidak terlupakan. Tulisan seperti ini biasanya diperlukan untuk penulis itu sendiri atau bisa saja keperluan orang lain, misalnya penulis piagam.
e.    Berkorespondensi
Dalam karangan ini, penulis melakukan surat menyurat dengan orang lain. Ia memberitahukan, menanyakan, memerintahkan atau meminta sesuatu kepada orang yang dituju dan mengharapkan orang itu memenuhi kepada orang yang dituju dan mengharapkan orang itu memenuhi apa yang dikemukakannya. Fungsi tersebut terdapat pada karangan surat.
Dinyatakan pula Erdina, dkk (2001:5) bahwa “Fungsi menulis yaitu penulis berusaha membuat suatu karangan dengan jalan menggambarkan atau mendeskripsikan tentang suatu hal kepada pembaca”.
Fungsi menulis dalam kegiatan berbahasa yang utama adalah sebagai alat komunikasi secara tertulis dan tidak langsung. Fungsi lain kegiatan menulis atau mengarang adalah sebagai berikut.
a.    Fungsi Penataan
Tulisan merupakan proses penataan terhadap gagasan, pikiran, pendapat, dan imajinasi. Oleh karena itu, tulisan dapat menggambarkan proses penataan gagasan, pikiran, pendapat, dan imajinasi dari seorang penulis.

b.    Fungsi Pengawetan
Mengarang dapat berfungsi untuk mengawetkan pengutaraan sesuatu wujud dokumen tertulis. Dokumen tersebut sangat berharga, misalnya karena dapat mengungkapkan kehidupan zaman dahulu.
c.    Fungsi Penciptaan
Dengan menulis, kita menciptakan sesuatu yaitu mewujudkan sesuatu hal yang baru. Karangan sastra menunjukkan fungsi yang demikian.
d.   Fungsi Penyampaian
Gagasan, pikiran, imajinasi yang sudah ditata dan diawetkan dalam wujud tertulis sehingga dapat dibaca dan disampaikan kepada orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan pada dasarnya menulis berfungsi untuk mengembangkan kemampuan seseorang melalui tulisan untuk melukiskan, memberi petunjuk, dan memberitahu.

4.       Aspek-aspek Menulis  
Menurut Gie (2002:4) ada 4 aspek yang harus diperhatikan dalam menulis yaitu :
a.    Gagasan, berupa pendapat pengalaman atau pengetahuan yang ada dalam pikiran masing-masing.
b.    Tuturan, ialah bentuk pengungkapkan gagasan sehingga dapat dipahami pembaca.
c.    Tatanan, ialah tertib pengaturan dan penyusunan gagasan dengan mengintai berbagai asas, aturan dan teknik sampai merencanakan rangka dan langkah.
d.   Wahana, ialah sarana pengantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosa kata, gramatika, dan retorika.
5. Ragam Tulisan
          Salisbury (dalam Tarigan, 2008:27) membagi tulisan berdasarkan bentuknya sebagai berikut :
a.         Bentuk-bentuk obyektif, yang mencakup:
1)        Penjelasan yang terperinci mengenai proses
2)        Batasan
3)        Laporan
4)        Dokumen
b.        Bentuk-bentuk subyektif, yang mencakup:
1)        Otobiografi
2)        Surat-surat
3)        Penilaian pribadi
4)        Esei informal
5)        Potret/gambaran
6)        Satire
Brooks dan Warren (dalam Tarigan, 2008:29) juga berdasarkan bentuk, membuat klasifikasi sebagai berikut:
a.         Eksposisi yang mencakup:
1)        Komparasi dan kontras
2)        Ilustrasi
3)        Klasifikasi
4)        Definisi
5)        Analisis

b.        Persuasi
c.         Argumen
d.        Deskripsi

B.      Apresiasi Puisi
1.       Pengertian Apresiasi Puisi
Apresiasi berasal dari kata appreciate (bahasa Belanda), appreciation (bahasa Inggris), yang berarti penghargaan, to appreciate berarti menghargai, apprehension (bahasa Inggris), berarti pengertian, penghayatan, dan penghargaan. Dalam konteks yang lebih luas istilah apresiasi menurut Gove (Aminuddin, 2011: 34) mengandung makna yaitu, pengenalan melalui perasaan dan kepekaan batin, dan pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang.
Apresiasi menurut kamus istilah sastra adalah penghargaan (terhadap karya sastra) yang didasarkan pada pemahaman. Lebih lanjut diterangkan bahwa apresiasi merupakan jawaban seseorang yang sudah matang dan sudah berkembang ke arah nilai dengan tepat, dan menjawabnya dengan hangat dan simpatik. Seseorang yang telah memiliki apresiasi bukan sekedar yakin bahwa sesuatu dikehendaki, tetapi benar-benar mengisyaratkan sesuatu dan menyambutnya dengan sikap yang penuh kegairahan.
Pengertian apresiasi yang lain disampaikan oleh Squire dan Taba (dalam Aminuddin 2011: 34) bahwa sebagai suatu proses apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yaitu aspek kognitif, aspek emotif, dan aspek evaluatif. Aspek kognitif  berkaitan dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik. Aspek emotif berkaitan dengan unsur-unsur emosi dalam upaya menghayati unsur keindahan sastra yang dihadapi. Aspek evaluatif berkaitan dengan penilaian baik buruk, indah tak indah, sesuai tidak sesuai, dan sebagainya.
Kegiatan apresiasi sastra merupakan suatu proses. Pembinaan sastra di sekolah merupakan proses menuju apresiasi yang sebenarnya. Proses apresiasi dibagi dalam empat tingkatan, yaitu tingkat menggemari, menikmati, mereaksi, dan memproduksi. Tingkat menggemari ditandai dengan adanya rasa tertarik pada buku-buku sastra serta adanya keinginan untuk membacanya.Tingkat menikmati ditandai dengan adanya kemampuan menikmati karya sastra karena mulai tumbuh pengertian tentang sastra.
Tingkat mereaksi dimulai dengan adanya keinginan untuk menyatakan pendapat tentang cipta sastra yang dinikmati, sedangkan tingkat produksi ditandai dengan keikutsertaan pembaca untuk menghasilkan karya sastra. Apresiasi seseorang dapat dikembangkan ke arah tingkatan yang lebih tinggi. Pada tingkatan apresiasi awal keterlibatan emosi dan imajinasi pada karya sastra masih sangat kuat, sedangkan pada perkembangan yang lebih tinggi kemampuan intelektual dan penguasaan pengertian teknis lebih dominan.
Apresiasi puisi berkaitan dengan kegiatan yang ada sangkut pautnya dengan puisi, yaitu mendengar atau membaca puisi dengan penghayatan yang sungguh-sungguh, menulis puisi, mendeklamasikan puisi, dan menulis resensi puisi. Kegiatan ini menyebabkan seseorang memahami puisi secara mendalam (dengan penuh penghayatan) merasakan apa yang ditulis penyair, mampu menyerap nilai-nilai yang terkandung di dalam puisi, dan menghargai puisi sebagai karya seni dengan keindahan atau kelemahannya (Waluyo, 2005: 44).
Menurut Zaidan, apresiasi puisi dibatasi sebagai penghargaan atas puisi sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan atas karya tersebut, yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam puisi itu. Dalam batasan ini syarat untuk dapat mengapresiasi adalah kepekaan batin terhadap nilai-nilai karya sastra sehingga seseorang  mengenal, memahami, mampu menafsirkan, menghayati, dan dapat menikmati.
Disick menyebutkan empat tingkatan apresiasi puisi, yaitu:
a. Tingkatan menggemari
Keterlibatan batin belum kuat, baru akan kuat dengan sering terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan puisi. Jika ada puisi ia akan senang membaca, jika ada acara pembacaan puisi secara langsung atau berupa siaran tunda, ia akan menyediakan waktu untuk menontonnya. Jika ada lomba deklamasi ia akan melihatnya
b. Tingkatan menikmati
Keterlibatan batin pembaca terhadap puisi sudah semakin mendalam. Pembaca akan ikut sedih terharu, dan bahagia, dan sebagainya. Ketika membaca puisi, pembaca atau pendengar pembacaan puisi mampu menikmati keindahan yang ada dalam puisi itu secara kritis.
c. Tingkatan mereaksi
Sikap kritis terhadap puisi lebih menonjol karena ia telah mampu menafsirkan dengan seksama dan mampu menilai baik buruknya sebuah puisi. Penafsir puisi mampu menyatakan keindahan puisi dan menunjukkan di mana letak keindahan itu. Demikian juga jika ia menyatakan kekurangan suatu puisi, ia akan mampu menunjukkan di mana letak kekurangannya.
d. Tingkatan memproduksi
Apresiator puisi mampu menghasilkan (menulis), mengkritik, mendeklamasikan atau membuat resensi terhadap sebuah puisi secara tertulis. Dengan kata lain, ada produk yang dihasilkan oleh seseorang yang berkaitan dengan puisi.

2. Kata dalam Puisi
Berdasarkan bentuk dan isi, kata-kata dalam puisi dapat dibedakan antara:
a.    Lambang, yakni bila kata-kata itu mengandung makna seperti makna dalam kamus (makna leksikal) sehingga acuan maknanya tidak menunjuk pada berbagai macam kemungkinan lain (makna denotatif).
b.    Utterance dan indice, yakni kata-kata yang mengandung makna sesuai dengan keberadaan dalam konteks pemakaian.
c.    Simbol, yakni bila kata-kata itu mengandung makna ganda (makna konotatif) sehingga untuk memahaminya seseorang harus menafsirkannya (interpretative) dengan melihat bagaimana hubungan makna kata tersebut dengan makna kata lainnya (analisis kontekstual), sekaligus berusaha menemukan fitur semantisnya lewat kaidah proyeksi, mengembalikan kata ataupun bentuk larik (kalimat) ke dalam bentuk yang lebih sederhana lewat pendekatan parafrastis (Aminuddin, 2011: 140).
Lambang dalam puisi mungkin dapat berupa kata tugas, kata dasar, maupun kata bentukan. Sedangkan simbol dapat dibedakan antara:
  1. Blank Symbol, yakni bila simbol itu, meskipun acuan maknanya bersifat konotatif, pembaca tidak perlu menafsirkannya karena acuan maknanya sudah bersifat umum, misalnya “tangan panjang”, “lembah duka”, “mata keranjang”.
  2. Natural Symbol, yakni bila simbol itu menggunakan realitas alam, misalnya “cemara pun gugur daun”, “ganggang menari”, “hutan kelabu dalam hujan”, dan
  3. Private Symbol yakni bila simbol itu secara khusus diciptakan dan digunakan penyairnya, misalnya “aku ini binatang jalang”, “mengabut nyanyian”, “lembar bumi yang fana”. Batas antara private symbol dengan natural symbol dalam hal ini seringkali kabur.

3. Ciri-ciri Kebahasaan Puisi
Ciri-ciri kebahasaan puisi adalah sebagai berikut:
a. Aspek Lahiriah Puisi
1) Pemadatan Bahasa
Bahasa dipadatkan agar berkekuatan gaib. Jika dibaca kata-kata membentuk larik dan bait. Kata dan frasa memiliki makna yang lebih kuat daripada kalimat biasa.
Contoh:
 Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
Cayamu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi






2) Pemilihan Kata Khas
Kata-kata yang dipilih penyair dipertimbangkan betul dari berbagai aspek dan efek pengucapannya. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan kata (diksi) dalam puisi adalah sebagai berikut:
a)    Makna Kias
b)   Lambang
c)    Persamaan bunyi atau rima
        Contoh:
Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan ditingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam


3) Kata Konkret
Penyair ingin menggambarkan sesuatu secara konkret. Oleh karena itu, kata-kata diperkonkret. Bagi penyair mungkin dirasa lebih jelas, namun bagi pembaca kadang sulit ditafsirkan maknanya.
Contoh:
Sawah tersusun di lereng gunung,
Berpagar dengan bukit barisan,
Sayup-sayup ujung ke ujung,
Padi mudanya hijau berdandan
                        Di dangau perawan duduk menyulam,
                        Memandang padi huma,
                        Sekali-kali ia bermalam,
                        Dipetik dari hati mudanya.
Kalau turun pipit berkawan,
Merayap hinggap di mayang padi,
Terdengar teriak suara perawan,
Menyuruh pipit menjauhkan diri.



4) Pengimajian
Penyair juga menciptakan pengimajian atau pencitraan dalam puisinya. Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dianggap dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan penyair. Melalui pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
Effendi (dalam Aminuddin, 2011:141) mengemukakan adanya istilah pengimajian, yakni penataan kata yang menyebabkan makna-makna abstrak menjadi kongkret dan cermat. Adanya kekongkretan dan kecermatan makna kata-kata dalam puisi membuat pembaca lebih mampu mengembangkan daya imajinasinya sekaligus mengembangkan daya kritisnya dalam upaya memahami totalitas makna suatu puisi.
Contoh: 
Dengan ketam kupanen terus kesabaran hatimu
Cangkulku iman dan sajadahku lumpur yang kental
Langit yang menguji ibadahku meneteskan cahaya redup
........................................................................................
Mendekatlah padaku dan dengarkan kasidah ikan-ikan
Kini hatiku kolam yang menyimpan kemurnianMu

5) Irama (ritme)
Irama atau ritme berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, atau frasa, dan kalimat. Dalam puisi lama irama berupa pengulangan yang teratur suatu baris puisi yang menimbulkan gelombang yang menciptakan keindahan. Irama juga berarti pergantian keras-lembut, tinggi-rendah, atau panjang–pendek kata secara berulang-ulang dengan tujuan menciptakan gelombang yang memperindah puisi.
Contoh:
Pagiki hilang/ sudah melayang
Hari mudaku/telah pergi
Kini petang/datang membayang
Batang usiaku/sudah tinggi


6) Tata Wajah (Tipografi)
Dalam puisi mutakhir banyak ditulis puisi yang mementingkan tata wajah, bahkan penyair berusaha menciptakan puisi seperti gambar. Puisi semacam ini sering disebut puisi konkret karena tata wajahnya membentuk gambar yang mewakili maksud tertentu.
Contoh:
Doktorandus Tikus I
Selusin toga
                  Me
                              Nga
                                          Nga
Seratus tikus berkampus
                                          Di atasnya
                              Dosen dijerat
Profesor diracun
                  Kucing
                              Kawin
                                          Dan bunting
Dengan predikat
                              Sangat memuaskan

2.  Aspek Batiniah Puisi
Di samping aspek di atas yang digolongkan sebagai aspek lahiriah, puisi juga terbangun atas aspek batiniah puisi, yakni:
a)        Tema
Tema, merupakan subject matter/gagasan pokok yang dikemukakan oleh penulis puisi dalam karyanya. Tema yang dapat diangkat bisa ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme, cinta tanah air, cinta kasih antara pria dan wanita, kerakyatan dan demokrasi, pendidikan dan budi pekerti, dan lain-lain.
b)        Nada dan suasana
Nada dan suasana, nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca, apakah menasihati, mengejek, menyindir, mengagumi, atau membesarkan hati.
c)        Perasaan dalam puisi
Perasaan, rasa benci, suka, bangga, kecewa, dan sebagainya, yang diungkapkan penulis dalam karyanya.
d)       Amanat puisi
Amanat atau pesan, sesuatu yang disampaikan penulis kepada pembaca melalui karyanya, yang sering disebut pula dengan istilah nilai. Menurut Kamus Istilah Sastra Dunia, nilai karya sastra meliputi lima hal, yakni nilai hedonik, artistik, kultural, etik-moral-religius, dan nilai praktis. Sedangkan menurut Baribin, suatu karya sastra bernilai seni tinggi apabila di dalamnya mengandung lima tingkatan pengalaman jiwa (niveau), yakni niveau anorganis, vegetatif, animal, human, dan religius/filosofis.


C.      Metode Pembelajaran
1.       Pengertian Metode Pembelajaran
 Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan (Hamalik, 2001: 24).  
Pendidikan memegang peran penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut bisa tercapai apabila siswa dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil belajar yang baik. Hasil belajar  seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang yaitu, kemampuan guru (profesionalisme guru) dalam mengelola pembelajaran dengan metode-metode yang tepat, yang memberi kemudahan bagi siswa untuk mempelajari materi pelajaran, sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih baik.
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
  1. Ceramah;
  2. Demonstrasi;
  3. Diskusi;
  4. Simulasi;
  5. Laboratorium;
  6. Pengalaman lapangan;
  7. Brainstorming;
  8. Debat,
  9. Simposium, dan sebagainya.
Menurut Sudjana (2004:76) metode pembelajaran adalah, “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan Sutikno (2004: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”.
Metode pembelajaran dipilih berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai, materi pembelajaran yang akan disampaikan, serta sarana dan kondisi siswa yang dihadapi oleh para pengajar. Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan metode mengajar adalah:
  1. Tidak ada satu metode yang terbaik yang dapat digunakan untuk segala situasi dan tujuan pengajaran.
  2. Setiap metode yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
  3. Penggunaan metode yang bervariasi akan membuat situasi pembelajaran menjadi lebih efektif (Suroso, 2009:19-20).
Berdasarkan definisi/pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan. Pribadi (dalam Suroso, 2009:21) menyatakan, “tujuan proses pembelajaran adalah agar siswa dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan proses pembelajaran perlu dirancang secara sistematik dan sistemik”.

2. Teknik Gali Kunci
Berangkat dari hakikat puisi yang berupa pemadatan kata, bahkan kata melahirkan berjuta makna, kata mempunyai otoritas yang juga tidak boleh terjajah oleh pengguna kata-kata, penulis memberanikan diri menggunakan teknik pembelajaran apresiasi puisi dengan cara menggali kata kunci. Kata kunci di sini adalah kata-kata yang penulis pilih lalu siswa menggali kata-kata lain yang berkaitan dengan kata kunci yang dimaksud.
Kata kunci yang digunakan masih tersembunyi dalam suatu amplop. Siswa dibentuk berkelompok. Setiap kelompok mendapat satu amplop kata kunci. Dalam kelompok siswa menggali kata-kata yang berkait dengan kata kunci tersebut. Setelah setiap kelompok memaparkan hasil kerja kelompoknya, secara perorangan mencoba untuk menyusun kata-kata yang telah diperoleh dalam kelompok menjadi puisi utuh. Setelah selesai, setiap siswa membacakan puisinya di depan kelas dan akan ditanggapi oleh siswa lain dan juga guru.
Menurut Sudibyo (2008:35) puisi dapat dibuat dengan menyusun sebuah atau beberapa kata yang berasal dari satu kata. Semua baris dalam puisi menceritakan atau mendeskripsikan topik kata yang penting atau kata kunci.
Pola rima dan jumlah angka baris dapat bervariasi dalam puisi ini karena puisi ini lebih deskriptif yang mana menjelaskan kata yang menjadi kata kunci. Siswa akan lebih mudah menyusun kata-kata karena sudah ada rangsangan sebelumnya dari kata kunci yang diberikan sehingga siswa tinggal menambahkan beberapa kata lainnya.
Menurut Salam (2009:25) kegiatan menulis puisi dengan teknik gali kunci dapat dilakukan dengan mengikuti tahap-tahap sebagai berikut :
  1. Tahap preparasi, yaitu berupa kegiatan pengumpulan data atau informasi yang akan dijadikan bahan penulisan.
  2. Tahap inkubasi dilakukan dalam usaha mengendapkan atau mematangkan ide-ide yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya.
  3. Tahap aluminasi merupakan tahap pelahiran ide, gagasan, atau pengalaman ke dalam bentuk puisi.
  4. Tahap verifikasi yaitu kegiatan menilai puisi hasil karya sendiri.


No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive