Sunday, December 16, 2018

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR


2.1     Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak (Sujiono, 2009:6).
Anak usia dini atau anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya) (Yusuf, 2005:162).
Pada saat anak mulai memasuki usia 3 tahun, biasanya seorang anak akan semakin mandiri dan mulai mendekatkan diri pada teman-teman sebayanya. Pada tahapan usia 3 tahun ini anak mulai menyadari tentang apa yang dirasakan dan apa yang telah mampu dilakukan dan yang belum mampu dilakukan. Anak akan melakukan kegiatan yang mampu untuk dilakukannya. Selain itu, pola kegiatan bermainnya pun telah berubah karena anak mulai memasuki tahapan bermain paralel di mana seorang anak bermain dengan anak lain tanpa interaksi dan tidak mau memberikan mainannya ketika ada yang ingin meminjam atau sebaliknya menolak mengembalikan mainan yang dipinjamnya. Hal ini berdampak pada kegiatan bermain mereka yang seringkali diwarnai dengan konflik atau pertikaian tetapi biasanya hanya bersifat sementara saja (Sujiono dan Sujiono, 2010:23).
          Pada hakikatnya anak usia dini selalu termotivasi untuk bermain. Artinya bermain secara alamiah memberi kepuasan pada anak. Melalui bermain bersama dalam kelompok atau sendiri tanpa orang lain, anak mengalami kesenangan yang lalu memberikan kepuasan baginya (Montolalu, 2009:2).
          Menurut Montessori (dalam Putra dan Dwilestari, 2012:35) mengemukakan bahwa anak usia dini menyerap ilmu pengetahuan secara langsung ke dalam alam psikisnya. Semata-mata dengan melanjutkan hidup, anak belajar menuturkan bahasa ibu/aslinya. Anak menciptakan “otot mentalnya” sendiri dengan menggunakan segala sesuatu yang dijumpainya di sekelilingnya untuk tujuan itu.
Menurut Coughlin (dalam Sujiono dan Sujiono, 2010:24) ciri-ciri umum anak dalam rentang usia 3-6 tahun, diantaranya:
1)      Anak-anak pada usia tersebut menunjukkan perilaku yang bersemangat, menawan, dan sekaligus tampak kasar pada saat-saat tertentu.
2)     Anak mulai berusaha untuk memahami dunia di sekeliling mereka walaupun mereka masih sulit untuk membedakan antara khayalan dan kenyataan.
3)     Pada suatu situasi tertentu anak tampak sangat menawan dan dapat bekerja sama dengan teman dan orang lain tetapi pada saat yang lain mereka menjadi anak yang pengatur dan penuntut.
4)     Anak mampu mengembangkan kemampuan berbahasa dengan cepat, mereka seringkali terlihat berbicara sendiri dengan suara keras ketika mereka memecahkan masalah atau menyelesaikan suatu kegiatan, serta
5)     Secara fisik, anak memiliki tenaga yang besar tetapi rentang konsentrasinya pendek sehingga cenderung berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lain.

2.2     Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan, dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Pendidikan anak usia dini pada dasarnya harus meliputi aspek keilmuan yang menunjang kehidupan anak dan terkait dengan perkembangan anak (Sujiono, 2009:7).
Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orang tua, saudara dan teman sebaya). Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain anak belajar memahami tentang kegiatan mana yang baik/boleh/diterima/disetujui atau buruk/tidak boleh/ditolak/tidak disetujui. (Yusuf, 2005:175).
Pendidikan dasar anak usia dini pada dasarnya harus berdasarkan pada nilai-nilai filosofis dan religi yang dipegang oleh lingkungan yang berada di sekitar anak dan agama yang dianutnya. Di dalam Islam dikatakan bahwa “seorang anak terlahir dalam keadaan fitrah/Islam/lurus”, orang tua mereka yang membuat anaknya menjadi yahudi, nasrani atau majusi,” maka bagaimana kita bisa menjaga serta meningkatkan potensi kebaikan tersebut, hal itu tentu harus dilakukan dari sejak usia dini (Sujiono, 2009:9).

2.3     Kemampuan Motorik
Motorik adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh atau pergerakan. Kecerdasan motorik anak dipengaruhi oleh aspek perkembangan fisik motorik, emosi, kognitif, maupun psikososial. Perkembangan anak berlangsung dalam proses yang holistik atau menyeluruh dengan diberikan stimulasi langsung dalam kegiatan yang holistik. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, dan otak.
Pada anak usia 5 tahun, syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik sudah mencapai tingkat kematangannya dan menstimulasi serta mendorong berbagai kegiatan motorik yang dilakukan anak secara luas dalam kegiatannya. Otot besar yang mengontrol berbagai gerakan motorik kasar berkembang lebih cepat apabila dibandingkan dengan otot halus yang mengontrol berbagai kegiatan motorik halus. Pada waktu bersamaan persepsi visual motorik anak ikut berkembang dengan pesat, seperti mengisi gelas dengan air, menggambar, mewarnai dengan tidak keluar garis. Di usia 5 tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat kompleks yaitu kemampuan untuk mengkombinasikan gerakan motorik dengan seimbang seperti berlari sambil melompat dan mengendarai sepeda.
Ketika anak mampu melakukan suatu gerakan motorik, maka akan termotivasi untuk bergerak kepada motorik yang lebih luas lagi. Aktivitas fisiologis meningkat dengan tajam. Anak seakan-akan tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik, baik yang melibatkan motorik kasar maupun motorik halus. Pada saat mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam aktivitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang tinggi dan seiring dengan hal tersebut, perlu diberikan berbagai kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal (Saputra, 2005:36).
Kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan guna meningkatkan kualitas hidup. Perkembangan penguasaan gerak terjadi sejalan dengan pertumbuhan fisik, pada masa awal dan pembentukan pola gerak dasar. Gerak dasar tersebut meliputi berjalan, berlari, melompati, dan meloncat. Kesalahan pada gerak dasar yang tidak dikoreksi akan merugikan anak tersebut dan akan bersifat menetap dan sukar untuk dirubah, kerugian tersebut meliputi:
1.        Tidak efesiensinya gerakan,
2.        Buruknya mekanika pada saat penampilan
3.        Kemungkinan terjadinya cidera lebih besar,
4.        Pengeluaran energi lebih besar/pemborosan energi dan
5.        Prestasi yang diraih tidak maksimal akibat dari menurunnya kualitas gerak.
2.4     Peran Guru Dalam Mengembangkan Motorik Anak TK
          Anak-anak usia TK adalah anak-anak yang masih sangat memerlukan pengawasan dan bimbingan dari orang yang lebih tua. Salah satu cara belajar anak TK adalah dengan meniru perbuatan orang-orang yang lebih tua, misalnya orang tuanya atau gurunya. Oleh karena itu, dalam mengembangkan berbagai kemampuan dasar anak di TK peran guru sangatlah penting.
          Dalam merencanakan kegiatan fisik/motorik seorang guru membutuhkan latar belakang yang kuat untuk memilih kegiatan fisik/motorik yang bermakna dan sesuai bagi anak didiknya. Guru juga perlu menentukan tingkat keberhasilan yang terlalu tinggi sehingga anak sulit mencapainya maka anak akan merasa tertekan karena ia tidak dapat melakukan kegiatan tersebut. Oleh sebab itu, guru perlu mempelajari tingkat kemampuan anak didiknya sehingga dapat menentukan jenis kegiatan dan ukuran keberhasilan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.
          Guru mempunyai peran yang penting dalam pengembangan fisik/motorik dan sensitivitas anak dapat dikembangkan. Disekolah, gurulah yang menentukan apa aktivitas fisik atau olahraga yang dapat dilakukan anak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Guru juga berperan dalam menumbuhkan minat anak terhadap berbagai kegiatan motorik anak seperti berbagai jenis olahraga, menggambar, melipat kertas atau membuat kalung dari berbagai bahan. Tentunya minat anak terhadap suatu jenis kegiatan motorik kasar atau keterampilan motorik halus sangat beragam. Ada yang lebih senang meloncat dan berlari daripada menggambar dan menggunting. Peran gurulah yang dapat mengarahakan dan menumbuhkan minat anak untuk mengikuti semua kegiatan fisik/motorik tersebut dengan tujuan agar gerakan motorik kasar dan gerakan motorik halus anak dapat dikembangkan dengan baik.
          Guru dapat membantu mengembangkan minat dan rasa percaya diri anak dan perasaan mampu melakukan berbagai kegiatan fisik/motorik yang sesuai untuk anak TK. Dengan arahan yang baik, anak yang pemalu akan mau beraktivitas fisik bersama sekelompok teman-teman sebayanya. Pengembangan motorik anak yang baik akan meningkat kegiatan-kegiatan, seperti menggenggam, melempar, meloncat, memanjat, memeras, bersiul, melatih ekspresi muka (senang, sedih, marah, benci) lari, berjinjit, berdiri, berdiri di atas satu kaki, berjalan di titian.
          Perkembangan kekuatan otot tersebut sudah tentu perlu diimbangi dengan perkembangan dalam mengkoordinasikan gerakan antara otot yang satu dengan otot yang lainnya. Dengan demikian, apabila gerakan motorik kasar anak dapat berkembang dengan baik maka keterampilan motorik halus yang telah dimiliki anak juga akan meningkat. Keterampilan anak dalam melukis, menggambar atau menulis akan menjadi lebih baik.
          Dalam merencanakan kegiatan motorik, guru perlu menentukan tujuan yang akan dicapai. Guru juga perlu menentukan gerak dan keterampilan yang perlu dikuasai anak melalui pelaksanaan beberapa kegiatan pembelajaran. Selain itu, guru juga perlu menentukan apa dan bagaimana cara menilai hasil belajar anak serta melaporkan hasilnya kepada orang tua anak didik. 

2.5     Perkembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini
Perkembangan motorik halus anak usia dini ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan.
Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
Kegiatan motorik halus sebaiknya sudah diperkenalkan kepada anak-anak usia prasekolah. Tentu saja hal ini seiring dengan kegiatan motorik kasarnya. Sebab kegiatan motorik halus merupakan langkah awal bagi pematangan dalam hal menulis dan menggambar. Anak-anak memerlukan persiapan yang matang sebelum mereka bersekolah, sehingga kelak diharapkan mereka mampu menguasai gerakan-gerakan yang akan dilakukan nantinya pada saat bersekolah.
Sudah menjadi ciri khas, hampir semua anak memiliki sifat ingin tahu yang tinggi, memiliki imajinasi yang alami serta kreatif. Anak-anak akan beradaptasi dan merespon dengan cepat ketika mereka berinteraksi dengan orang-orang atau benda yang ada di lingkungannya. Mereka sangat tertarik dengan berbagai hal, seperti bagaimana sesuatu bekerja atau mengapa sesuatu terjadi sebagaimana sesuatu itu terjadi.
Keterampilan motorik halus adalah aktivitas-aktivitas yang memerlukan pemakaian otot-otot kecil pada tangan. Aktivitas ini termasuk memegang benda kecil seperti manik-manik, butiran kalung, memegang sendok, memegang pensil dengan benar, menggunting, melipat kertas, mengikat tali sepatu, mengancing, dan menarik ritsleting. Aktivitas tersebut terlihat mudah namun memerlukan latihan dan bimbingan agar anak dapat melakukannya secara baik dan benar (Hamdani, 2010:25).
Keterampilan motorik halus ternyata memang harus melalui proses latihan yang rutin, berkelanjutan dan tepat sasaran. Hal ini bisa dibuktikan karena tidak semua anak pandai menggerakkan tangannya, misalnya ada seorang anak yang kesulitan ketika ia akan memegang sebuah bola pingpong, bola tersebut selalu lepas ketika akan diraihnya, tetapi ada anak lainnya dengan begitu mudah memegangnya.
Anak yang mengalami kesulitan dalam motorik halus diakibatkan karena pesatnya kemajuan teknologi. Adanya permainan melalui video games atau computer telah menyebabkan anak-anak kurang menggunakan waktu mereka untuk permainan yang memakai motorik halus. Tentu saja hal ini dapat menyebabkan berkembangnya otot-otot halus pada tangan mereka kurang berkembang. Keterlambatan otot-otot ini berdampak pada anak yang mengalami kesulitan menulis ketika mereka mulai masuk sekolah. Beberapa anak menunjukkan keterlambatan dalam kemampuan motorik halus karena keterlambatan tumbuh kembang atau diagnose medik seperti down syndrome atau cerebral palsy (cacat mental).
Karakteristik keterampilan motorik halus anak menurut Depdiknas (2007) antara lain :
1.    Pada usia 4 tahun koordinasi motorik halus anak sudah lebih substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat, bahkan cenderung ingin sempurna.
2.    Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik halus anak sudah lebih sempurna lagi. Tangan, lengan dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata. Anak juga mampu membuat dan melaksanakan kegiatan yang lebih majemuk, seperti dalam kegiatan proyek.
Ciri-ciri perkembangan motorik halus anak usia dini diantaranya :
a.    menempel
b.    mengerjakan puzzle (menyusun potongan-potongan gambar)
c.    menjahit sederhana
d.   makin terampil menggunakan jari tangan (mewarnai dengan rapi)
e.    Mengisi pola sederhana (dengan sobekan kertas, stempel)
f.     Mengancingkan baju
g.    Menggambar dengan gerakan naik turun bersambung (seperti gunung atau bukit)
h.    Menarik garis lurus, lengkung, miring.
i.      Mengekspresikan gerakan dengan irama bervariasi.
j.      Melempar dan menangkap bola
Tujuan pengembangan motorik halus untuk anak usia dini yaitu :
a.         Sebagai alat untuk pengembangan keterampilan gerak kedua tangan.
b.        Anak dapat menciptakan suatu hasil karya yang orisinil dari anak tersebut.
c.         Sebagai alat untuk pengembangan koordinasi kecepatan tangan dan kecepatan mata.
d.        Untuk menyeimbangkan penglihatan pada saat seorang guru menggunakan metode demontrasi dalam pengembangan motorik halus anak.
e.         Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi anak.
f.         Karena dalam membuat hasil karya untuk anak usia dini sangat menguras emosi anak karena pada dasrnya egosentrisnya sangat tinggi.
Prinsip pengembangan motorik halus menurut (Jamaris, 2003:9) prinsip untuk pengembangan motorik adalah kematangan, urutan, motivasi, pengalaman, dan latihan atau praktik.


a.         Kematangan saraf
Pada waktu anak dilahirkan hanya memiliki otak sebesar 25% dari berat otak orang dewasa. Saraf-saraf tersebut belum berkembang sesuai dengan fungsinya dalm mengontrol berbagai gerak motorik baik motorik kasar maupun motorik halus. Dengan bertambahnya umur anak yang makin bertambah dan perkembangan semakin besar anak mengalami proses neurological naturalation (kematangan neorologis).
b.     Urutan
Proses perkembangan fisiologis manusia berlangsung secara berurutan yang terdiri atas :
1)                  Pembedaan yang mencakup perkembangan secara berlahan dari motorik kasar yang belum terarah dengan baik kepada gerak yang lebih terarah sesuai fungsi gerak motorik kasar.
2)                  Keterpaduan yaitu  kemampuan dalam menggabungkan gerakan motorik yang saling berlawanan dalam koordinasi gerak yang baik, seperti berlari dan berhenti.
c.      Motivasi
Kematangan motorik ini memotivasi untuk melakukan aktifitas motorik dalam lingkup yang luas, hal ini dapat dilihat dari :
1)        Aktifitas fisiologi meningkat dengan tajam.
2)         Anak seakan-akan tidak mau berhenti untuk melakukan aktifitas fisik baik yang melibatkan motorik kasar maupun motorik halus.
Motivasi yang datang dari dalam diri anak tersebut perlu didukung dengan Motivasi yang datang dari luar. Misalnya memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai aktifitas motorik dan menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak
d.     Pengalaman latihan
Pada saat anak mencapai kematangan untuk terlihat secara aktif  dalam aktifitas fisik yang ditandai motivasi yang tinggi, orang tua dan guru perlu memberi kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan motorik anak secara optimal. Peluang ini tidak saja berbentuk memberikan anak melakukan kegiatan fisik akan tetapi perlu dukungan dengan berbagai fasilitas yang berguna bagi pengembangan keterampilan motorik kasar maupun motorik halus anak.

2.6     Kegiatan Menggambar
Menurut Depdiknas Pusat Bahasa (2002), gambar adalah angan-angan gambar yang terbayang (dikhayalkan) di angan-angan atau bagan gambar yang berupa garis-garis dan merupakan bagian yang penting-penting saja. Sedangkan menggambar adalah membuat gambar, melukis. Gambar-menggambar yang perihal/menggambar dan menggambarkan artinya membuat gambar (lukisan) untuk mewujudkan (membayangkan) gambar; melukiskan (menceritakan) suatu peristiwa dan sebagainya.
Menurut Susanto (2009), menggambar adalah membuat guratan di atas sebuah permukaan yang secara grafis menyajikan kemiripan mengenai sesuatu. Menurut Darmawan (1988) kata menggambar atau kegiatan menggambar dapat diartikan sebagai memindahkan satu atau beberapa objek ke atas bidang gambar tanpa melibatkan emosi, perasaan dan karakter penggambarnya.
Menggambar adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak. Lewat menggambar, mereka bisa menuangkan beragam imajinasi yang ada di kepala mereka. Gambar-gambar yang mereka hasilkan juga dapat menunjukkan tingkat kreativitas dan suasana hati masing-masing anak.
Dalam tahapan pola perkembangan menggambar pada anak, menurut Yosef (2007) terdiri dari 6 tahap yaitu masa mencoreng, tahap prabagan, bagan, masa realisme awal.
a. Masa Mencoreng
            tahap pertama adalah tahap coreng-moreng (usia 8 bulan sampai 4 tahun). Penelitian menunjukkan bahwa coreng-moreng merupakan bentuk kesadaran anak pada suatu pola dan pertumbuhan koordinasi tangan dan mata. Goresan-goresan yang dibuat anak usia 2-3 tahun belum menggambarkan suatu bentuk objek sedangkan hasil penelitian awal menunjukkan anak usia 4 tahun sudah dapat dikatakan tahap corengan terkendali dalam menggambar dan belum dapat dikatakan corengan bernama karena anak belum bisa menulis dan pada awalnya, coretan hanya mengikuti perkembangan gerak motorik hingga sekarang anak dapat menciptakan goresan coreng-moreng dengan arah yang sudah terkendali dan merupakan pengalaman kegiatan motorik.
b. Tahap Prabagan
            tahap kedua ini memiliki ciri yaitu goresan-goresannya sudah mulai terkontrol karena anak sudah mulai semakin menguasai gerakan-gerakan, sudah menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan objek dari dunia sekitarnya, koordinasi tangan lebih berkembang. Periode ini juga menjadi sangat penting karena dalam lingkup sosial yang lebih luas, anak mendapat kesempatan mencipta, menjelajah, bereksperimen. Objek gambar sudah bermakna namun hubungan satu dan lainnya belum jelas, warna masih bersifat subjektif dan tidak sesuai dengan realitas.
            Pada masa ini biasanya anak menggambar lingkaran dan garis. Kadang mereka juga mulai menggambar binatang dan gambar anak sering disebut sebagai simbol dari kenyataan. Anak tampak senang dengan simbol yang sederhana dari suatu obyek. Umumnya hasil gambar bersifat geometris. Gambar binatang seringkali digambar menjadi bentuk lingkaran sebagai kepala yang langsung dihubungkan dengan beberapa gars untuk bagian-bagian anggota badan yang lain seperti mata, mulut dan kaki binatang.
Kebanyakan dari orang tua yang peduli dengan perkembangan kreativitas putra-putrinya biasanya akan mengikutsertakan anak-anak mereka untuk kursus menggambar atau kursus m  elukis sejak dini, karena semakin muda usia anak, semakin mudah diarahkan potensi dan bakatnya. Selain itu, aktivitas menggambar juga sudah menjadi bagian dari kehidupan anak, bukan hanya sebagai kegiatan untuk mengisi waktu kosong anak, tapi juga sebagai aktualisasi diri anak dalam bidang seni. Terlepas dari itu semua, perlu diketahui bahwa aktifitas mengambar memiliki banyak manfaat bagi anak, diantaranya:
a.         Sebagai Media Berekspresi
Seperti halnya orang dewasa, aktifitas menggambar merupakan cara bagi anak untuk mengungkapkan perasaaan dirinya. Melalui gambar yang dibuatnya dapat terlihat apa yang sedang dirasakannya, apakah itu perasaan gembira atau perasaan sedih.
b.        Melatih anak Menggenggam pensil
Bagi sebagian anak, krayon adalah benda pertama yang digenggamnya sebelum mereka menggenggam pensil. Saat mewarnai dengan krayon itulah pertama kali anak belajar menggengam dan mengontrol pensil di tangannya. Kemampuan tersebut yang nantinya akan membantunya dalam menulis saat anak menempuh pendidikan di sekolah.
c.         Melatih Kemampuan Koordinasi
Kemampuan berkoordinasi merupakan manfaat lain yang bisa diperoleh dari aktifitas menggambar. Dalam menggambar diperlukan koordinasi yang bagus antara mata dan tangan, mulai dari bagaimana cara yang tepat menggenggam pensil, hingga memilih dan menajamkan pensil. Kemampuan dasar berkordinasi inilah yang dapat mengembangkan kemampuan dasar anak hingga mereka besar nanti.
d.        Mengembangkan Kemampuan Motorik
Aktifitas menggambar merupakan aktifitas yang dapat membantu meningkatkan kinerja otot tangan sekaligus mengembangkan kemampuan motorik anak. Kemampuan tersebut sangat penting dalam perkembangan aktifitasnya kelak, seperti dalam mengetik, mengangkat benda dan aktifitas lainnya dimana dibutuhkan kinerja otot lengan dan tangan dalam prosesnya.
e.         Menggambar Meningkatkan Konsentrasi
Aktifitas menggambar dapat melatih konsentrasi anak untuk tetap fokus pada pekerjaan yang dilakukannya meskipun banyak aktifitas lain yang terjadi di sekelilingnya. Seorang anak yang sedang menyelesaikan tugas menggambar akan fokus pada lembar gambar yang sedang dikerjakannya, sehingga sekalipun pun di sekelilingnya ribut dengan aktifitas anak-anak lain, ia akan tetap fokus menyelesaikan tugas menggambarnya. Kemampuan berkonsentrasi inilah yang kelak berguna bagi anak dalam menyelesaikan soal matematika atau pelajaran lainnya yang membutuhkan konsentrasi tinggi.

f.         Menggambar Melatih Anak Mengenal Garis Batas Bidang
Mengenal batas bidang gambar merupakan manfaat lain dari aktifitas menggambar. Di masa awal anak memulai aktifitas menggambar, mereka tidak akan peduli dengan garis batas gambar di hadapannya, hal tersebut wajar-wajar saja, biarkan anak merasa nyaman dan exited terlebih dahulu dengan aktifitas mewarnainya. Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia anak, mereka akan mulai menghargai dan memperhatikan garis-garis batas tersebut, dan berusaha untuk mewarnai gambar di hadapannya tanpa keluar garis. Membiasakan anak belajar mewarnai sejak kecil akan melatihnya lebih peka terhadap batasan garis sejak dini. Kemampuan inilah yang menjadi bekal mereka saat mereka mulai belajar menulis di buku tulis bergaris.
Mengingat banyaknya manfaat aktivitas menggambar bagi anak, tak ada salahnya jika para orangtua mulai membiasakan anak-anaknya menggambar sejak dini, mulailah dengan gambar-gambar yang tidak terlalu detail agar anak lebih mudah mengaplikasikan yang ingin ditorehnya. Jangan terlalu banyak memberi aturan, baik dalam pemilihan warna maupun memberi batasan garis, biarlah ia bereksplorasi dengan warna-warna dan gambar di hadapannya (mommygadget.com/manfaat-mewarnai-bagi-si-kecil/).
Adapun manfaat kegiatan menggambar yang dilakukan dalam lingkungan pendidikan seperti di Taman Kanak-kanak adalah sebagai berikut:
a.         Mengembangkan Keterampilan Motorik
Ketika seorang anak menggambar sering tidak dianggap sebagai pelajaran yang membangun keterampilan. Namun, menggambar adalah kegiatan yang bagus untuk membantu anak-anak mengembangkan keterampilan motorik halus mereka. Pengembangan yang tepat dari keterampilan motorik halus mereka akan membantu anak-anak dikemudian hari ketika mereka belajar hal-hal seperti menulis, berpakaian dan mampu makan sendiri. Sering kali menggambar adalah pengalaman pertama dalam belajar memahami alat tulis. Seorang anak belajar bagaimana mengkoordinasi tangan dan mata untuk fokus pada garis-garis dalam kertas gambar.
b.        Pemahaman Pelajaran
Para ahli percaya bahwa anak-anak belajar dengan baik melalui bermain. Sebuah kegiatan menggambar sederhana dapat membantu pemahaman pelajaran yang diajarkan di kelas. Para guru pendidikan anak usia dini sering memberikan lembar kertas yang fokus pada huruf, bentuk dan angka. Tanpa disadari anak-anak bahwa mereka juga sudah belajar dengan lembar kegiatan menggambar. 
c.         Ekspresi Diri
Beberapa anak-anak sering mengalami kesulitan untuk mengekspresikan perasaan mereka. Menggambar dapat  mengeluarkan ekspresi perasaan mereka dan mengungkapkan pikiran mereka dengan sangat bebas. Menggambar juga dapat menjadi cara yang bagus untuk seorang anak bersantai setelah seharian sibuk dengan kegiatan mereka. Menggambar bebas juga dapat membantu mengembangkan imajinasi anak.
d.        Belajar Konsentrasi
Memperkenalkan kegiatan menggambar pada anak dapat membantu mereka belajar bagaimana untuk berkonsentrasi dalam menyelesaikan tugas. Seorang anak akan sangat senang saat mereka berhasil menyelesaikan sebuah tugas. Selain itu, ketika seorang anak fokus pada tugas dan berhasil menyelesaikan kegiatan menggambarnya dia akan merasa bangga. Penyelesaian tugas menggambar juga mengajarkan anak nilai kerja keras dan dedikasi. Ketika konsentrasi anak meningkatkan mereka akan dapat lebih fokus pada tugas-tugas lain yang lebih kompleks seperti matematika.
e.         Terampil  Dalam Mengambil Keputusan

Memberikan anak-anak suatu kegiatan yang membantu mereka mengembangkan keterampilan dalam mengambil keputusan mereka. Ketika menyelesaikan lembar menggambar anak-anak dapat memutuskan apa warna yang akan digunakan dan kemana arah gambar. Seorang anak juga dapat membuat keputusan apakah ingin menyelesaikan kegiatannya atau tidak. Anak-anak yang mampu membuat keputusan untuk menyelesaikan kegiatannya sering memiliki waktu yang lebih baik secara akademis.

No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive