Sunday, December 16, 2018

Upaya Meningkatkan Kemampuan Membilang Pada anak Kelompok B di TK


A.      Hakekat Anak Usia Dini
          Pada hakikatnya anak adalah makhluk individu yang membangun sendiri pengetahuannya. Itu artinya guru dan pendidik anak usia dini lainnya tidaklah dapat menuangkan air begitu saja ke dalam gelas yang seolah-olah kosong melompong. Anak lahir dengan membawa sejumlah potensi yang siap untuk ditumbuhkembangkan asalkan lingkungan menyiapkan situasi dan kondisi yang dapat merangsang kemunculan dari potensi yang tersembunyi tersebut (Sujiono, 2009:55).
          Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentangan usia 0 tahun (dari lahir) sampai 8 tahun. Anak usia pra sekolah merupakan kelompok anak berusia sekitar 4-6 tahun yang merupakan bagian dari anak usia dini. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan dari 50% menjadi 80% (Departemen Pendidikan Nasional, 2004:1)
          Pada masa anak usia dini merupakan periode kritis dalam perkembangan anak. Hasil kajian neurologi menunjukkan bahwa pada saat lahir otak bayi membawa potensi sekitar 100 milyar yang pada proses berikutnya sel-sel dalam otak tersebut berkembang dengan begitu pesat dengan menghasilkan bertrilyun-trilyun sambungan antar neuron. Supaya mencapai perkembangan optimal sambungan ini harus diperkuat melalui berbagai rangsangan psikososial, karena sambungan yang tidak diperkuat akan mengalami penyusutan dan musnah (Jalal dalam Wahyudin dan Agustin, 2010:2)
          Anak usia dini merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal (Departemen Pendidikan Nasional, 2004:1).

B. Konsep Bermain
Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. Anak usia dini tidak membedakan antara bermain, belajar, dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya di manapun mereka memiliki kesempatan. Piaget dalam Sujiono (2009:144) mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/ kepuasan bagi diri seseorang.
Melalui bermain anak belajar mengendalikan diri sendiri, memahami kehidupan, memahami dunianya. Jadi bermain merupakan cermin perkembangan anak. Bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak. Melalui bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai, dan sikap hidup.
Melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkan kreativitasnya, yaitu melakukan kegiatan yang mengandung kelenturan; memanfaatkan imajinasi atau ekspresi diri; kegiatan-kegiatan pemecahan masalah, mencari cara baru dan sebagainya. Melalui kegiatan bermain anak juga dapat melatih kemampuan bahasanya dengan cara: mendengarkan beraneka bunyi, mengucapkan suku kata atau kata, memperluas kosa kata, berbicara sesuai dengan tata bahasa Indonesia, dan sebagainya.
Melalui bermain anak dapat meningkatkan kepekaan emosinya dengan cara mengenalkan bermacam perasaan, mengenalkan perubahan perasaan, membuat pertimbangan, menumbuhkan kepercayaan diri. Melalui bermain anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya, seperti membina hubungan dengan anak lain, bertingkah laku sesuai dengan tuntutan masyarakat, menyesuaikan diri dengan teman sebaya, dapat memahami tingkah lakunya sendiri, dan paham bahwa setiap perbuatan ada konsekuensinya.
Menurut Catron dan Allen dalam Sujiono (2009:145) pada dasarnya bermain memiliki tujuan utama yakni memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Penekanan dari bermain adalah perkembangan kreativitas dari anak-anak. Semua anak usia dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual dan bervariasi antar anak yang satu dengan anak lainnya.
Aktivitas bermain ibarat laboratorium bahasa (Djuanda, 2006:18). Selama anak bermain, mereka mengungkapkan berbagai kata, berbagai ragam bahasa. Selama bermain, mereka memperoleh kesempatan untuk bercakap-cakap, berargumentasi, menjelaskan, meyakinkan. Bahkan waktu bermain imajinasi pun, ia bercakap-cakap. Bermain memungkinkan anak bereksperimen dengan kata-kata baru, sehingga memperkaya perbendaharaan kata serta keterampilan pemahamannya. Dalam proses ini anak-anak bisa menemukan hal menggembirakan yang membawa kesenangan tersendiri.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan bermain anak akan memperoleh kesempatan memilih kegiatan yang disukainya, bereksperimen dengan bermacam bahan dan alat, berimajinasi, memecahkan masalah dan bercakap-cakap secara bebas, berperan dalam kelompok, bekerja sama dalam kelompok, dan memperoleh pengalaman yang menyenangkan.

C. Hakikat Kemampuan Anak Taman Kanak-Kanak dalam Membilang
1.   Pengertian Membilang
Salah satu unsur yang ada didalam matematika adalah kemampuan membilang. Menurut Copley (2001:55) membilang merupakan komponen penting dalam bilangan dan operasi. Dengan demikian terdapat unsur penting dalam membilang diantaranya:
            Pertama, dengan membilang anak-anak menyadari adanya urutan dalam system bilangan. Bilangan 1 diikuti 1 diikuti bilangan 2 bilangan 2 diikuti bilangan 3 dan seterusnya, hal ini selaras dengan pendapat Copley (2001:55) bahwa “….dalam membilang memerlukan kecakapan membawakan urutan bilangan”. Kedua, dengan membilang anak-anak menyadari bahwa tiap-tiap bilangan adalah satu lebih dari bilangan yang mendahuluinya, atau satu kurang dari bilangan berikutnya. Bilangan 5 adalah 1 lebih dari 4 dan 1 kurang dari 6. Ketiga, dalam kehidupan sehari-hari anak-anak banyak membilang. Membilang dengan satuan 1, 2, 3 dan seterusnya.
Dengan demikian untuk menyadari konsep membilang, diperlukan dua faktor. Pertama, untuk membilang harus ada yang dibilang atau asfek sosial dari pembelajaran. Kedua, untuk membilang dalam diri anak-anak harus ada pengertian tentang perurutan bilangan atau asfek matematis.
            Bilangan dan operasi bilangan menurut Sriningsih (2009:63) “anak dapat menggunakan konsep dasar aritmatika yang meliputi hubungan satu-satu (one-to-one correspondence), berhitung, angka, nilai dan tempat, operasi bilangan bulat da pecahan”.
            Pakasi dalam Andriani (2009:24) menyatakan bahwa konsep membilang merupakan suatu hal yang bersifat abstrak. Konsep ini tidak dapat ditangkap dengan alat indra melainkan dapat di pegang dengan pikiran. Konsep membilang hanya ada dalam pikiran. Misalnya bila anak mengatakan tiga buah titik atau empat buah titik, maka yang dilihat oleh mata adalah titik dan bilangan, bilangan itu anak ketahui dan pahami. Mengembangkan konsep bilangan, anak-anak perlu diberikan kesempatan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan jumlah.
2.  Indikator Kemampuan Membilang Anak TK
            Copley (2001) mengungkapkan indikator yang berkaitan dengan bilangan yaitu berhitung, kuantitas, operasi bilangan, perbandingan, pengenalan dan penulisan bilangan, dan posisi tempat. Berhitung, merupakan kemampuan untuk menyebutkan angka secara urut dari satu, dua, tiga, dan seterusnya sampai anak mengingatnya.
            Hubungan dari satu ke satu, merupakan kemampuan yang dimiliki anak untuk mengurutkan, menyesuaikan jumlah angka dan benda-benda. Misalnya jika jumlah angka ada yang 10 maka anak harus mengungkapkannya dengan benda yang berjumlah sama yaitu 10.  Kuantitas merupakan kemampuan yang dimiliki anak untuk mengetahui jumlah benda yang ada di hadapannya dengan cara menghitung secara urut benda tersebut.
            Mengenal dan menulis angka merupakan kemampuan yang dimiliki anak untuk mengetahui angka 1-10 atau lebih. Pada mulanya untuk mengenal angka anak diperkenalkan dahulu dengan simbol untuk angka yang kemudian dihubungkan untuk menulis angka. Dapat dilakukan dengan guru atau orang tua, caranya yaitu dengan memperlihatkan beberapa gambar kemudian anak diminta untuk menulis jumlah gambar tersebut dengan angka.
Sedangkan membilang untuk taman kanak-kanak adalah untuk menunjukkan pengetahuan tentang angka dan sistem nomor.  Dalam Standar pendidikan anak usia dini indikator membilang untuk TK kelompok B yaitu:
(1)     Menyebut urutan bilangan dari 1 sampai 10; (2) Mengenal konsep bilangan benda-benda sampai 10; (3) Menunjuk lambang bilangan  1-10; (4) Membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda-benda; (5) Meniru lambang bilangan 1-10.
3.  Materi Bilangan Pada Anak TK
            Bilangan dan operasi bilangan merupakan salah satu pembelajaran matematika yang ditetapkan oleh NCTM (2003). Copley (2001) mengemukakan lima kemampuan yang diajarkan dalam bilangan dan operasi bilangan, yaitu (1) counting, (2) quantity, (3) change operations, (4) comparison dan (5) place value. Adapun kemampuan-kemampuan yang akan dibahas dalam pembelajaran kompetensi bilangan anak adalah: (1) counting, (2) hubungan satu-satu, (3) kuantitas dan (4) mengenal angka.
            Counting atau berhitung menurut Adawiyah (2011) merupakan kemampuan anak untuk menyebutkan urutan bilangan / membilang buta (roote counting /rational counting) atau kemampuan memperagakan sebuah pemahaman mengenal angka dan jumlah. Misalnya berhitung 1-10 dengan batu kerikil. Hubungan satu-satu merupakan kemampuan yang bertujuan untuk menanamkan konsep pada anak bahwa satu benda dapat dihubungkan dengan benda lain. Misalnya satu kue untuk satu anak. Kuantitas merupakan kemampuan utuk mengatakan banyaknya benda dalam satu kelompok tertentu dengan menyebutkan angka terakhir pada urutan berhitungnya. Misalnya sepuluh jari yang dimiliki oleh setiap anak. Mengenal angka merupakan kemampuan anak dalam memahami 10 simbol dasar (1,2,3,4,5,6,7,8,9 dan 0) dan mengingat bentuk dari masing-masing simbol tersebut.
4.   Tahapan Pengenalan Bilangan Anak Usia Dini
            Menurut Garnida (2011) anak membangun konsep-konsep matematika melalui berbagai kegiatan sehari-hari yang mereka lakukan. Anak-anak sering mendengar dan mengucapkan kata-kata yang berhubungan dengan matematika dari orang tua, guru, dan sesamanya. Pada umumnya anak mendengar dan mengucapkan terlebih dahulu berbagai konsep yang berhubungan dengan matematika baru kemudian dengan seiring meningkatnya usia dan kemampuan berfikirnya ia mulai memahami konsep-konsep matematika itu dengan lebih mendalam.
            Mengenalkan bilangan pada anak harus menarik dan menyenangkan, hal ini disebabkan agar minat anak tumbuh dengan sendirinya yakni dengan cara bermain. Tentu disini bukan untuk menjejali anak dengan pelajaran materi berhitung tetapi lebih kepada simbol angka yang kongkrit dan menyenangkan yaitu dengan cara bermain. Sebagaimana diungkapkan Montessori dalam Erawati (2010) mengatakan bahwa dengan bermain anak-anak memiliki kemampuan untuk memahami konsep dan pengertian secara alamiah tanpa paksaan seperti konsep bilangan dan konsep warna.
            Sedangkan menurut Simanjuntak dalam Erawati (2010:16) bahwa  pembelajaran matematika dan bilangan berdasarkan tahapan perkembangan mental anak diantaranya sebagai berikut: 1. Belajar matematika dan bilangan dapat dimulai pada usia muda apabila anak telah siap belajar atau disesuaikan dengan perkembangan mental anak, 2. Untuk memudahkan anak belajar matematika harus di mulai dari yang kongkrit (kerja praktek) kearah yang abstrak, 3. Pada saat tahap praoperasional anak berpindah dengan cepat ke tahap operasional kongkrit apabila anak dilatih dengan mainan yang dapat mengembangkan daya pikir anak.
            Menurut  NCTM dalam Andriani (2009:29) terdapat beberapa prinsip dan standar pembelajaran operasi dalam kurikulum pembelajaran matematika untuk pra taman kanak-kanak hingga kelas 2 sekolah dasar. Program instruksi tersebut adalah “understand numbers, way of refresenting numbers, relationship among numbers and system”. Program pembelajaran ini menyebutkan bahwa anak diharapkan dapat memahami bilangan, cara-cara menggambarkan bilangan hubungan-hubungan antara bilangan dan system bilangan sebagai berikut:
a.       Menghitung dengan pemahaman dan mengenali “berapa banyak” objek dalan himpunan benda.
b.      Menggunakan berbagai model untuk mengembangkan pemahaman awal tentang nilai tempat dan sistem bilangan dasar 10.
c.       Mengembangkan pemahaman posisi relatif, besarnya bilangan, bilangan ordinal dan kardinal serta hubungan-hubungannya.
d.      Mengembangkan pemahaman bilangan dan menggunakan cara-cara termasuk menghubungkan, menggabungkan dan menguraikan bilangan.
e.       Menghubungkan bilangan dan angka dengan jumlah-jumlah yang digambarkan, dengan menggunakan berbagai model fisik dan refresentasi.
f.       Memahami dan menggambarkan pecahan-pecahan yang biasa dugunakan seperti ¼ dan ½.
Menurut tahapan perkembangan di atas,  pada tahapan menghitung dengan pemahaman dan mengenali “berapa banyak” objek dalam himpunan benda. Anak diharapkan dapat membilang berbagai himpunan benda dan mengenali beberapa jumlahnya. Hal ini memberikan gambaran bahwa untuk dapat memahami bilangan dan memahami unsur  jumlah terikat didalamnya, anak-anak diharapkan dengan pemahaman dan bukuan dengan hapalan.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penyampaian materi pembelajaran membilang untuk anak usia taman kanak-kanak tidaklah mudah, anak tidak dapat memahami materi pembelajaran secara langsung, tetapi harus dilakukan secara bertahap dengan menggunakan media yang sesuai dengan materi pembelajaran membilang untuk anak.

D. Permainan Kartu Angka
   Permainan ini dirancang sebagai permainan berkelompok. masing-masing anggota kelompok diberi kartu yang bertuliskan angka secara acak. Setelah itu mereka disuruh untuk membuat formasi barisan berdasarkan urutan yang dikehendaki, mulai dari yang terkecil atau mulai dari yang terbesar secepat mungkin. Kelompok yang bisa menyusun barisan paling cepat sesuai urutan menjadi pemenang. Demi keleluasaan bermain, sangat disarankan permainan ini dilakukan di luar ruangan.
Kartu bisa dibuat dari kertas yang tidak terpakai, bisa dari bahan bekas kartun minuman yang dipotong dengan ukuran sama.  Misalnya ukuran 12 cm x 17 cm.  Menentukan ukuran kartu angka cukup kita perhitungkan bahwa kartu tersebut jika ditulisi bilangan ratusan, masih bisa terbaca jelas dalam jarak 5-7 meter. Biaya yang dikeluarkan untuk media ini cukup sebuah gunting ukuran sedang serta 2 atau 3 spidol besar baik yang permanen atau board maker. Anak-anak dalam permainan ini secara tidak langsung juga belajar bekerja sama dalam kelompok dan bagaimana mengembangkan komunikasi yang efektif dalam kelompok mereka. Permainan ini juga bisa dimodifikasi menjadi sebuah permainan bisu atau permainan buta. Pada permainan bisu, mereka dilarang meneriakkan angka mereka, hanya boleh menunjukkan angka pada kartu mereka.
Sebaliknya pada permainan buta mereka tidak boleh menunjukkan angka pada kartu mereka namun boleh meneriakkannya. Dengan modifikasi ini mereka bisa belajar, proses komunikasi mana yang lebih efektif, meneriakkan nomor yang ada pada kartunya atau menunjukkan kartunya sambil memperhatikan kartu teman sekelompoknya. Modifikasi ini juga mengaktifkan secara serentak semua panca indra murid dan saraf motorik mereka. Dengan demikian konsep makna angka yang mereka pegang pada kartunya lebih dipahami anak. Anak bisa membaca angka pada kartu, tahu bagaimana bentuk tulisannya dan yang terpenting mengerti maknanya.


No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive