Sunday, December 16, 2018

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR


2.1     Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak (Sujiono, 2009:6).
Anak usia dini atau anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya) (Yusuf, 2005:162).
Pada saat anak mulai memasuki usia 3 tahun, biasanya seorang anak akan semakin mandiri dan mulai mendekatkan diri pada teman-teman sebayanya. Pada tahapan usia 3 tahun ini anak mulai menyadari tentang apa yang dirasakan dan apa yang telah mampu dilakukan dan yang belum mampu dilakukan. Anak akan melakukan kegiatan yang mampu untuk dilakukannya. Selain itu, pola kegiatan bermainnya pun telah berubah karena anak mulai memasuki tahapan bermain paralel di mana seorang anak bermain dengan anak lain tanpa interaksi dan tidak mau memberikan mainannya ketika ada yang ingin meminjam atau sebaliknya menolak mengembalikan mainan yang dipinjamnya. Hal ini berdampak pada kegiatan bermain mereka yang seringkali diwarnai dengan konflik atau pertikaian tetapi biasanya hanya bersifat sementara saja (Sujiono dan Sujiono, 2010:23).
          Pada hakikatnya anak usia dini selalu termotivasi untuk bermain. Artinya bermain secara alamiah memberi kepuasan pada anak. Melalui bermain bersama dalam kelompok atau sendiri tanpa orang lain, anak mengalami kesenangan yang lalu memberikan kepuasan baginya (Montolalu, 2009:2).
          Menurut Montessori (dalam Putra dan Dwilestari, 2012:35) mengemukakan bahwa anak usia dini menyerap ilmu pengetahuan secara langsung ke dalam alam psikisnya. Semata-mata dengan melanjutkan hidup, anak belajar menuturkan bahasa ibu/aslinya. Anak menciptakan “otot mentalnya” sendiri dengan menggunakan segala sesuatu yang dijumpainya di sekelilingnya untuk tujuan itu.
Menurut Coughlin (dalam Sujiono dan Sujiono, 2010:24) ciri-ciri umum anak dalam rentang usia 3-6 tahun, diantaranya:
1)      Anak-anak pada usia tersebut menunjukkan perilaku yang bersemangat, menawan, dan sekaligus tampak kasar pada saat-saat tertentu.
2)     Anak mulai berusaha untuk memahami dunia di sekeliling mereka walaupun mereka masih sulit untuk membedakan antara khayalan dan kenyataan.
3)     Pada suatu situasi tertentu anak tampak sangat menawan dan dapat bekerja sama dengan teman dan orang lain tetapi pada saat yang lain mereka menjadi anak yang pengatur dan penuntut.
4)     Anak mampu mengembangkan kemampuan berbahasa dengan cepat, mereka seringkali terlihat berbicara sendiri dengan suara keras ketika mereka memecahkan masalah atau menyelesaikan suatu kegiatan, serta
5)     Secara fisik, anak memiliki tenaga yang besar tetapi rentang konsentrasinya pendek sehingga cenderung berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lain.

2.2     Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan, dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Pendidikan anak usia dini pada dasarnya harus meliputi aspek keilmuan yang menunjang kehidupan anak dan terkait dengan perkembangan anak (Sujiono, 2009:7).
Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orang tua, saudara dan teman sebaya). Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain anak belajar memahami tentang kegiatan mana yang baik/boleh/diterima/disetujui atau buruk/tidak boleh/ditolak/tidak disetujui. (Yusuf, 2005:175).
Pendidikan dasar anak usia dini pada dasarnya harus berdasarkan pada nilai-nilai filosofis dan religi yang dipegang oleh lingkungan yang berada di sekitar anak dan agama yang dianutnya. Di dalam Islam dikatakan bahwa “seorang anak terlahir dalam keadaan fitrah/Islam/lurus”, orang tua mereka yang membuat anaknya menjadi yahudi, nasrani atau majusi,” maka bagaimana kita bisa menjaga serta meningkatkan potensi kebaikan tersebut, hal itu tentu harus dilakukan dari sejak usia dini (Sujiono, 2009:9).

2.3     Kemampuan Motorik
1. Pengertian Motorik
Motorik adalah sesuatu yang berkenaan dengan penggerak (Poerwadarminta, 1996:538). Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord.
Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak. Anak usia 5 bulan tentu saja tidak akan bisa langsung berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan umum tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan fisik anak. Fisik atau tubuh manusia merupakan organ yang kompleks dan sangat mengagumkan terbentuk pada periode prenatal/dalam kandungan (Gesell, dalam Santrock, 2007:58).
Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Misalnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
Selain itu teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru. Kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak faktor diantaranya yaitu perkembangan sistem syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik. Hal ini akan terlihat ketika misalnya anak akan mulai berjalan. Jika sistem syarafnya sudah matang, proposi kakinya cukup kuat menopang anak itu sendiri sekaligus ingin berjalan untuk mengambil mainannya.
Usia emas dalam perkembangan motorik adalah masa anak-anak, yang mana terjadi dalam usia anak dan terbagi dalam 3 tahapan yaitu usia 0 sampai 3 tahun, usia 3 sampai 6 tahun, dan usia 6 sampai 11 tahun. seperti yang diungkapkan Petterson (1996:88). Pada usia ini, kesehatan fisik anak mulai stabil. Anak tidak mengalami sakit seperti usia sebelumnya. Hal ini menyebabkan perkembangan fisik jadi lebih maskimal dari pada usia sebelumnya.
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak, karena motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot dan otak. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996:54) sebagai berikut:
a.    Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
b.    Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
c.    Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
d.   Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang terpinggirkan
e.    Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otaklah yang menyetir setiap gerakan yang dilakukan anak. Perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot semakin matang memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak.
2. Jenis Motorik
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Kedua jenis perkembangan motorik anak tersebut akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya sampai dewasa kelak. Karena kedua jenis motorik tersebut akan memberikan dampak yang cukup besar terhadap perkembangan anak sebagai individu yang menjalankan berbagai aktifitasnya sehari-hari.

2.4     Pengertian Motorik Halus
   Menurut Moeslichatoen (2004:48) motorik halus adalah “merupakan kegiatan yang menggunakan otot – otot halus pada jari dan tangan. Gerakan ini keterampilan bergerak”. Saputra dan Rudyanto (2005: 118) mengatakan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggambar, menggenggam, menyusun balok dan memasukkan kelereng.
Sujiono (2009: 14) berpendapat, motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Sehingga gerakan ini tidak memerlukan tenaga melainkan membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Dalam melakukan gerakan motorik halus, anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik lain serta kematangan mental.
Menurut Sumantri (2005: 143) keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunakan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan obyek yang kecil atau pengontrolan terhadap mesin misalnya mengetik, menjahit dan lain-lain.

Keterampilan motorik halus sangat penting karena berpengaruh pada segi pembelajaran lainnya. Keadaan ini sesuai dengan penelitian Tedjasaputra (2001:46) bahwa motorik halus penting karena ini nantinya akan dibutuhkan anak dari segi akademis. Kegiatan akademis tersebut seperti menulis, menggunting, menjiplak, mewarnai, melipat, menarik garis dan menggambar. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (1999:45) bahwa penguasaan motorik halus penting bagi anak, karena seiring makin banyak keterampilan motorik yang dimiliki semakin baik pula penyesuaian sosial yang dapat dilakukan anak serta semakin baik prestasi di sekolah.
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan otot-otot kecil atau halus, gerakan lebih menuntut koordinasi mata dan tangan serta kemampuan pengendalian gerak yang baik, yang memungkinkan melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerakan-gerakan.
Senada dengan pengertian tersebut, Sujiono (2009:113) mengatakan bahwa: “Keterampilan motorik halus adalah keterampilan yang gerakannya hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil. Seperti keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.”
Koordinasi antara mata dan tangan dapat dikembangkan melalui kegiatan permainan membentuk atau memanipulasi dari tanah liat/lilin/adonan, memalu, menggambar, mewarnai, menempel, menggunting, memotong, merangkai benda dengan benang (meronce). Pengembangan keterampilan motorik halus akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis, kegiatan melatihkan koordinasi antara tangan dan mata yang dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai (Sumantri, 2005:145).
Sedangkan menurut Nursalam (2005:35) perkembangan motorik halus adalah “kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerak yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga”. Anak dalam melakukan kegiatan sehari-hari baik di rumah maupun di sekolah akan banyak melakukan gerakan dengan menggunakan tangan dan kakinya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti ketrampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu, gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Karena koordinasi antara mata dan tangan sudah semakin baik maka anak sudah dapat mengurus diri sendiri dengan pengawasan orang yang lebih tua.
Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, membuka dan menutup retsluiting, memakai sepatu sendiri, mengancingkan pakaian, serta makan sendiri dengan menggunakan sendok dan garpu. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan klip untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Namun, tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama.
Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan ketrampilan fisik lain serta kematangan mental, misalnya ketrampilan membuat gambar. Dalam membuat gambar, selain anak memerlukan ketrampilan menggerakkan pergelangan dan jari-jari tangan, anak juga memerlukan kemampuan kognitif yang memungkinkan terbentuknya sebuah gambar. Misalnya, untuk menggambar lingkaran, anak perlu memahami konsep lingkaran terlebih dahulu sebelum menerjemahkannya dalam bentuk gambar. Contoh lain, saat anak berlatih bermain balok dengan menumpuk balok-balok kayu atau lego, anak memerlukan ketrampilan mengambil balok, dan anak harus mengetahui apa yang akan diperbuatnya dengan balok-balok itu (Sujiono, 2009 : 11).
Gerakan motorik halus anak sudah mulai berkembang pesat di usia kira-kira 3 tahun. Di usia itu, anak dapat meniru cara ayahnya memegang pensil. Namun, posisi jari-jarinya masih belum cukup jauh dari mata pensil. Namun, saat anak berusia 4 tahun, ia sudah dapat memegang pensil warna atau crayon untuk menggambar. Gerakan motorik halus, seperti menulis dan menggambar akan diperlukan anak saat ia bersekolah nanti.

2.5     Perkembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini
Perkembangan motorik halus anak usia dini ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan.
Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan, antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
Kegiatan motorik halus sebaiknya sudah diperkenalkan kepada anak-anak usia prasekolah. Tentu saja hal ini seiring dengan kegiatan motorik kasarnya. Sebab kegiatan motorik halus merupakan langkah awal bagi pematangan dalam hal menulis dan menggambar. Anak-anak memerlukan persiapan yang matang sebelum mereka bersekolah, sehingga kelak diharapkan mereka mampu menguasai gerakan-gerakan yang akan dilakukan nantinya pada saat bersekolah.
Menurut Sumantri (2005:145) aktivitas pengembangan keterampilan motorik halus anak usia TK bertujuan untuk melatihkan kemampuan koordinasi motorik anak. Koordinasi antara tangan dan mata dapat dikembangkan melalui kegiatan permainan membentuk atau memanipulasi dari tanah liat/lilin/adonan, memalu, menggambar, mewarnai, menempel dan menggunting, memotong merangkai benda dengan benda (meronce).
Pengembangan keterampilan motorik halus akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis (pengembangan bahasa), kegiatan melatih koordinasi antara tangan dengan mata yang dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai. Kemampuan daya lihat juga merupakan kegiatan keterampilan motorik halus lainnya, melatihkan kemampuan anak melihat kiri dan kanan, atas bawah yang penting untuk persiapan membaca awal.
Kemudian Saputra dan Rudyanto (2005:115) menjelaskan tujuan dari pengembangan motorik halus yaitu “mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan, mampu mengkoordinasikan kecepatan mata dengan tangan, mampu mengendalikan emosi”.
Pengembangan motorik halus dilakukan agar otot-otot kecil seperti jari tangan dapat berfungsi dengan baik. Selain itu pengembangan motorik halus dilakukan agar terjadi koordinasi yang baik antara kecepatan mata dengan tangan serta emosi dapat dikendalikan dengan baik. 
Sedangkan menurut Sumantri (2005:146) tujuan pengembangan motorik halus di usia 4-6 tahun adalah anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan, mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari jemari seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda-benda, mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan serta mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.
Begitu pula halnya seperti diungkapkan oleh Depdiknas (dalam Sumantri 2005:146) secara khusus tujuan pengembangan motorik halus untuk anak usia TK (4-6 tahun) adalah anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuhnya dan terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan sebagai persiapan untuk pengenalan menulis.
Sudah menjadi ciri khas, hampir semua anak memiliki sifat ingin tahu yang tinggi, memiliki imajinasi yang alami serta kreatif. Anak-anak akan beradaptasi dan merespon dengan cepat ketika mereka berinteraksi dengan orang-orang atau benda yang ada di lingkungannya. Mereka sangat tertarik dengan berbagai hal, seperti bagaimana sesuatu bekerja atau mengapa sesuatu terjadi sebagaimana sesuatu itu terjadi.
Keterampilan motorik halus adalah aktivitas-aktivitas yang memerlukan pemakaian otot-otot kecil pada tangan. Aktivitas ini termasuk memegang benda kecil seperti manik-manik, butiran kalung, memegang sendok, memegang pensil dengan benar, menggunting, melipat kertas, mengikat tali sepatu, mengancing, dan menarik ritsleting. Aktivitas tersebut terlihat mudah namun memerlukan latihan dan bimbingan agar anak dapat melakukannya secara baik dan benar (Hamdani, 2010:25).
Keterampilan motorik halus ternyata memang harus melalui proses latihan yang rutin, berkelanjutan dan tepat sasaran. Hal ini bisa dibuktikan karena tidak semua anak pandai menggerakkan tangannya, misalnya ada seorang anak yang kesulitan ketika ia akan memegang sebuah bola pingpong, bola tersebut selalu lepas ketika akan diraihnya, tetapi ada anak lainnya dengan begitu mudah memegangnya.
Anak yang mengalami kesulitan dalam motorik halus diakibatkan karena pesatnya kemajuan teknologi. Adanya permainan melalui video games atau computer telah menyebabkan anak-anak kurang menggunakan waktu mereka untuk permainan yang memakai motorik halus. Tentu saja hal ini dapat menyebabkan berkembangnya otot-otot halus pada tangan mereka kurang berkembang. Keterlambatan otot-otot ini berdampak pada anak yang mengalami kesulitan menulis ketika mereka mulai masuk sekolah. Beberapa anak menunjukkan keterlambatan dalam kemampuan motorik halus karena keterlambatan tumbuh kembang atau diagnose medik seperti down syndrome atau cerebral palsy (cacat mental).
Karakteristik keterampilan motorik halus anak menurut Depdiknas (2007) antara lain :
1.    Pada usia 4 tahun koordinasi motorik halus anak sudah lebih substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat, bahkan cenderung ingin sempurna.
2.    Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik halus anak sudah lebih sempurna lagi. Tangan, lengan dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata. Anak juga mampu membuat dan melaksanakan kegiatan yang lebih majemuk, seperti dalam kegiatan proyek.
Ciri-ciri perkembangan motorik halus anak usia dini diantaranya :
a.    menempel
b.    mengerjakan puzzle (menyusun potongan-potongan gambar)
c.    menjahit sederhana
d.   makin terampil menggunakan jari tangan (mewarnai dengan rapi)
e.    Mengisi pola sederhana (dengan sobekan kertas, stempel)
f.     Mengancingkan baju
g.    Menggambar dengan gerakan naik turun bersambung (seperti gunung atau bukit)
h.    Menarik garis lurus, lengkung, miring.
i.      Mengekspresikan gerakan dengan irama bervariasi.
j.      Melempar dan menangkap bola
Tujuan pengembangan motorik halus untuk anak usia dini yaitu :
a.         Sebagai alat untuk pengembangan keterampilan gerak kedua tangan.
b.        Anak dapat menciptakan suatu hasil karya yang orisinil dari anak tersebut.
c.         Sebagai alat untuk pengembangan koordinasi kecepatan tangan dan kecepatan mata.
d.        Untuk menyeimbangkan penglihatan pada saat seorang guru menggunakan metode demontrasi dalam pengembangan motorik halus anak.
e.         Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi anak.
f.         Karena dalam membuat hasil karya untuk anak usia dini sangat menguras emosi anak karena pada dasarnya egosentrisnya sangat tinggi.
Prinsip pengembangan motorik halus menurut (Jamaris, 2003:9) prinsip untuk pengembangan motorik adalah kematangan, urutan, motivasi, pengalaman, dan latihan atau praktik.


a.         Kematangan saraf
Pada waktu anak dilahirkan hanya memiliki otak sebesar 25% dari berat otak orang dewasa. Saraf-saraf tersebut belum berkembang sesuai dengan fungsinya dalm mengontrol berbagai gerak motorik baik motorik kasar maupun motorik halus. Dengan bertambahnya umur anak yang makin bertambah dan perkembangan semakin besar anak mengalami proses neurological naturalation (kematangan neorologis).
b.     Urutan
Proses perkembangan fisiologis manusia berlangsung secara berurutan yang terdiri atas :
1)                  Pembedaan yang mencakup perkembangan secara berlahan dari motorik kasar yang belum terarah dengan baik kepada gerak yang lebih terarah sesuai fungsi gerak motorik kasar.
2)                  Keterpaduan yaitu  kemampuan dalam menggabungkan gerakan motorik yang saling berlawanan dalam koordinasi gerak yang baik, seperti berlari dan berhenti.
c.      Motivasi
Kematangan motorik ini memotivasi untuk melakukan aktifitas motorik dalam lingkup yang luas, hal ini dapat dilihat dari :
1)        Aktifitas fisiologi meningkat dengan tajam.
2)         Anak seakan-akan tidak mau berhenti untuk melakukan aktifitas fisik baik yang melibatkan motorik kasar maupun motorik halus.
Motivasi yang datang dari dalam diri anak tersebut perlu didukung dengan Motivasi yang datang dari luar. Misalnya memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai aktifitas motorik dan menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak
d.     Pengalaman latihan
Pada saat anak mencapai kematangan untuk terlihat secara aktif  dalam aktifitas fisik yang ditandai motivasi yang tinggi, orang tua dan guru perlu memberi kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan motorik anak secara optimal. Peluang ini tidak saja berbentuk memberikan anak melakukan kegiatan fisik akan tetapi perlu dukungan dengan berbagai fasilitas yang berguna bagi pengembangan keterampilan motorik kasar maupun motorik halus anak.

2.6     Kegiatan Menggambar
Menurut Depdiknas Pusat Bahasa (2002), gambar adalah angan-angan gambar yang terbayang (dikhayalkan) di angan-angan atau bagan gambar yang berupa garis-garis dan merupakan bagian yang penting-penting saja. Sedangkan menggambar adalah membuat gambar, melukis. Gambar-menggambar yang perihal/menggambar dan menggambarkan artinya membuat gambar (lukisan) untuk mewujudkan (membayangkan) gambar; melukiskan (menceritakan) suatu peristiwa dan sebagainya.
Menurut Susanto (2009), menggambar adalah membuat guratan di atas sebuah permukaan yang secara grafis menyajikan kemiripan mengenai sesuatu. Menurut Darmawan (1988) kata menggambar atau kegiatan menggambar dapat diartikan sebagai memindahkan satu atau beberapa objek ke atas bidang gambar tanpa melibatkan emosi, perasaan dan karakter penggambarnya.
Menggambar adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak. Lewat menggambar, mereka bisa menuangkan beragam imajinasi yang ada di kepala mereka. Gambar-gambar yang mereka hasilkan juga dapat menunjukkan tingkat kreativitas dan suasana hati masing-masing anak.
Dalam tahapan pola perkembangan menggambar pada anak, menurut Yosef (2007) terdiri dari 6 tahap yaitu masa mencoreng, tahap prabagan, bagan, masa realisme awal.
a. Masa Mencoreng
            Tahap pertama adalah tahap coreng-moreng (usia 8 bulan sampai 4 tahun). Penelitian menunjukkan bahwa coreng-moreng merupakan bentuk kesadaran anak pada suatu pola dan pertumbuhan koordinasi tangan dan mata. Goresan-goresan yang dibuat anak usia 2-3 tahun belum menggambarkan suatu bentuk objek sedangkan hasil penelitian awal menunjukkan anak usia 4 tahun sudah dapat dikatakan tahap corengan terkendali dalam menggambar dan belum dapat dikatakan corengan bernama karena anak belum bisa menulis dan pada awalnya, coretan hanya mengikuti perkembangan gerak motorik hingga sekarang anak dapat menciptakan goresan coreng-moreng dengan arah yang sudah terkendali dan merupakan pengalaman kegiatan motorik.
b. Tahap Prabagan
            Tahap kedua ini memiliki ciri yaitu goresan-goresannya sudah mulai terkontrol karena anak sudah mulai semakin menguasai gerakan-gerakan, sudah menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan objek dari dunia sekitarnya, koordinasi tangan lebih berkembang. Periode ini juga menjadi sangat penting karena dalam lingkup sosial yang lebih luas, anak mendapat kesempatan mencipta, menjelajah, bereksperimen. Objek gambar sudah bermakna namun hubungan satu dan lainnya belum jelas, warna masih bersifat subjektif dan tidak sesuai dengan realitas.
            Pada masa ini biasanya anak menggambar lingkaran dan garis. Kadang mereka juga mulai menggambar binatang dan gambar anak sering disebut sebagai simbol dari kenyataan. Anak tampak senang dengan simbol yang sederhana dari suatu obyek. Umumnya hasil gambar bersifat geometris. Gambar binatang seringkali digambar menjadi bentuk lingkaran sebagai kepala yang langsung dihubungkan dengan beberapa garis untuk bagian-bagian anggota badan yang lain seperti mata, mulut dan kaki binatang.
Kebanyakan dari orang tua yang peduli dengan perkembangan kreativitas putra-putrinya biasanya akan mengikutsertakan anak-anak mereka untuk kursus menggambar atau kursus melukis sejak dini, karena semakin muda usia anak, semakin mudah diarahkan potensi dan bakatnya. Selain itu, aktivitas menggambar juga sudah menjadi bagian dari kehidupan anak, bukan hanya sebagai kegiatan untuk mengisi waktu kosong anak, tapi juga sebagai aktualisasi diri anak dalam bidang seni. Terlepas dari itu semua, perlu diketahui bahwa aktifitas mengambar memiliki banyak manfaat bagi anak, diantaranya:
a.         Sebagai Media Berekspresi
Seperti halnya orang dewasa, aktifitas menggambar merupakan cara bagi anak untuk mengungkapkan perasaaan dirinya. Melalui gambar yang dibuatnya dapat terlihat apa yang sedang dirasakannya, apakah itu perasaan gembira atau perasaan sedih.
b.        Melatih anak Menggenggam pensil
Bagi sebagian anak, krayon adalah benda pertama yang digenggamnya sebelum mereka menggenggam pensil. Saat mewarnai dengan krayon itulah pertama kali anak belajar menggengam dan mengontrol pensil di tangannya. Kemampuan tersebut yang nantinya akan membantunya dalam menulis saat anak menempuh pendidikan di sekolah.
c.         Melatih Kemampuan Koordinasi
Kemampuan berkoordinasi merupakan manfaat lain yang bisa diperoleh dari aktifitas menggambar. Dalam menggambar diperlukan koordinasi yang bagus antara mata dan tangan, mulai dari bagaimana cara yang tepat menggenggam pensil, hingga memilih dan menajamkan pensil. Kemampuan dasar berkordinasi inilah yang dapat mengembangkan kemampuan dasar anak hingga mereka besar nanti.
d.        Mengembangkan Kemampuan Motorik
Aktifitas menggambar merupakan aktifitas yang dapat membantu meningkatkan kinerja otot tangan sekaligus mengembangkan kemampuan motorik anak. Kemampuan tersebut sangat penting dalam perkembangan aktifitasnya kelak, seperti dalam mengetik, mengangkat benda dan aktifitas lainnya dimana dibutuhkan kinerja otot lengan dan tangan dalam prosesnya.
e.         Menggambar Meningkatkan Konsentrasi
Aktifitas menggambar dapat melatih konsentrasi anak untuk tetap fokus pada pekerjaan yang dilakukannya meskipun banyak aktifitas lain yang terjadi di sekelilingnya. Seorang anak yang sedang menyelesaikan tugas menggambar akan fokus pada lembar gambar yang sedang dikerjakannya, sehingga sekalipun pun di sekelilingnya ribut dengan aktifitas anak-anak lain, ia akan tetap fokus menyelesaikan tugas menggambarnya. Kemampuan berkonsentrasi inilah yang kelak berguna bagi anak dalam menyelesaikan soal matematika atau pelajaran lainnya yang membutuhkan konsentrasi tinggi.

f.         Menggambar Melatih Anak Mengenal Garis Batas Bidang
Mengenal batas bidang gambar merupakan manfaat lain dari aktifitas menggambar. Di masa awal anak memulai aktifitas menggambar, mereka tidak akan peduli dengan garis batas gambar di hadapannya, hal tersebut wajar-wajar saja, biarkan anak merasa nyaman dan exited terlebih dahulu dengan aktifitas mewarnainya. Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia anak, mereka akan mulai menghargai dan memperhatikan garis-garis batas tersebut, dan berusaha untuk mewarnai gambar di hadapannya tanpa keluar garis. Membiasakan anak belajar mewarnai sejak kecil akan melatihnya lebih peka terhadap batasan garis sejak dini. Kemampuan inilah yang menjadi bekal mereka saat mereka mulai belajar menulis di buku tulis bergaris.
Mengingat banyaknya manfaat aktivitas menggambar bagi anak, tak ada salahnya jika para orangtua mulai membiasakan anak-anaknya menggambar sejak dini, mulailah dengan gambar-gambar yang tidak terlalu detail agar anak lebih mudah mengaplikasikan yang ingin ditorehnya. Jangan terlalu banyak memberi aturan, baik dalam pemilihan warna maupun memberi batasan garis, biarlah ia bereksplorasi dengan warna-warna dan gambar di hadapannya (mommygadget.com/manfaat-mewarnai-bagi-si-kecil/).
Adapun manfaat kegiatan menggambar yang dilakukan dalam lingkungan pendidikan seperti di Taman Kanak-kanak adalah sebagai berikut:
a.         Mengembangkan Keterampilan Motorik
Ketika seorang anak menggambar sering tidak dianggap sebagai pelajaran yang membangun keterampilan. Namun, menggambar adalah kegiatan yang bagus untuk membantu anak-anak mengembangkan keterampilan motorik halus mereka. Pengembangan yang tepat dari keterampilan motorik halus mereka akan membantu anak-anak dikemudian hari ketika mereka belajar hal-hal seperti menulis, berpakaian dan mampu makan sendiri. Sering kali menggambar adalah pengalaman pertama dalam belajar memahami alat tulis. Seorang anak belajar bagaimana mengkoordinasi tangan dan mata untuk fokus pada garis-garis dalam kertas gambar.
b.        Pemahaman Pelajaran
Para ahli percaya bahwa anak-anak belajar dengan baik melalui bermain. Sebuah kegiatan menggambar sederhana dapat membantu pemahaman pelajaran yang diajarkan di kelas. Para guru pendidikan anak usia dini sering memberikan lembar kertas yang fokus pada huruf, bentuk dan angka. Tanpa disadari anak-anak bahwa mereka juga sudah belajar dengan lembar kegiatan menggambar. 
c.         Ekspresi Diri
Beberapa anak-anak sering mengalami kesulitan untuk mengekspresikan perasaan mereka. Menggambar dapat  mengeluarkan ekspresi perasaan mereka dan mengungkapkan pikiran mereka dengan sangat bebas. Menggambar juga dapat menjadi cara yang bagus untuk seorang anak bersantai setelah seharian sibuk dengan kegiatan mereka. Menggambar bebas juga dapat membantu mengembangkan imajinasi anak.
d.        Belajar Konsentrasi
Memperkenalkan kegiatan menggambar pada anak dapat membantu mereka belajar bagaimana untuk berkonsentrasi dalam menyelesaikan tugas. Seorang anak akan sangat senang saat mereka berhasil menyelesaikan sebuah tugas. Selain itu, ketika seorang anak fokus pada tugas dan berhasil menyelesaikan kegiatan menggambarnya dia akan merasa bangga. Penyelesaian tugas menggambar juga mengajarkan anak nilai kerja keras dan dedikasi. Ketika konsentrasi anak meningkatkan mereka akan dapat lebih fokus pada tugas-tugas lain yang lebih kompleks seperti matematika.
e.         Terampil  Dalam Mengambil Keputusan

Memberikan anak-anak suatu kegiatan yang membantu mereka mengembangkan keterampilan dalam mengambil keputusan mereka. Ketika menyelesaikan lembar menggambar anak-anak dapat memutuskan apa warna yang akan digunakan dan kemana arah gambar. Seorang anak juga dapat membuat keputusan apakah ingin menyelesaikan kegiatannya atau tidak. Anak-anak yang mampu membuat keputusan untuk menyelesaikan kegiatannya sering memiliki waktu yang lebih baik secara akademis.

No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive